Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tidak pernah terbayangkan oleh Sim F, sutradara film Susi Susanti atas pencapaiannya saat ini. Sim membagikan momen masa kecilnya ketika melihat Susi Susanti di televisi bersama teman-temannya di Panti Asuhan Candra Naya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sim menuturkan, ia hidup di panti asuhan sejak berusia 12 tahun. Kala itu ia melihat momen kemenangan Susi di aula kecil sebuah panti asuhan di Bogor. "Melihat kemenangan Susi pada saat itu, menjadi pertanyaan buat gue. Apakah suatu saat gue bisa menjadi orang berhasil seperti Susi," kata dia pada unggahan foto di akun Instagramnya, Minggu, 3 November 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat masih kecil, Sim mengaku tidak dapat memperkirakan masa depannya. Alasannya, saat itu panti asuhannya tidak dapat membiayainya hingga mengenyam bangku kuliah. Akhirnya, ia mengambil Sekolah Teknik Mesin (STM) dan mengambil jurusan bangunan.
Kala itu, ia berpikir masa depannya hanya menjadi juru gambar ataupun mandor dalam sebuat proyek kontraktor. Namun nasib berkata lain, Sim mendapatkan beasiswa untuk dapat mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Bandung. Pada 1994 ia tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Seni Rupa di kampus bergengsi tersebut.
Dalam proses mendapatkan beasiswanya, Sim berujar, ia diuji untuk membuat sebuah gambar. Kala itu, ia menggambar kemenangan atlet bukutangkis Mia Audina yang berpelukan dengan Susi Susanti sambil memegang raket dan penghargaan yang didapatnya.
Beberapa puluh tahun berselang, tidak disangka pada 2017 Sim mendapatkan kesempatan untuk menggarap film Susi Susanti. "Jujur, film ini begitu personal buat gue, pada tahun 1992 Susi mencoba membantu gue untuk memiliki mimpi besar," ucap Sim.
Ia tidak menyangka, seorang bocah yang pada tahun itu hanya dapat melihat Susi dari sebuah layar kaca di aula panti asuhan, saat ini dapat berkolaborasi bersama untuk membuat karya yang menginspirasi. Tentu saja Sim begitu tersentuh dengan segala pengalaman yang ia lewati dari masa kecil hingga saat ini.
Sim mengerjakan film ini dengan sepenuh hati, dapat diperhatikan ia begitu memperhatikan detail atribut dan warna untuk memainkan emosi penonton. Walau begitu, ia masih merasa tidak percaya dapat menggarap sebuah film biopik tokoh yang ia kagumi sejak kecil.