Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Tampang Boyolali dan 5 Fakta Menarik Mengenai Wilayah Ini

Sejak kasus "tampang Boyolali" meramaikan jagat maya (netland) akibat dipicu ucapan Calon Presiden Prabowo, nama kabupaten itu kini jadi perbincangan

6 November 2018 | 08.39 WIB

Sejumlah penari menarikan tarian tema kesuburan pada Tradisi Kenduri Palawija di Dangean, Gedangan, Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu 14 Oktober 2018. Tradisi masyarakat lereng Gunung Merapi tersebut juga sebagai wujud syukur atas kelimpahan hasil pertanian palawija. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Perbesar
Sejumlah penari menarikan tarian tema kesuburan pada Tradisi Kenduri Palawija di Dangean, Gedangan, Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu 14 Oktober 2018. Tradisi masyarakat lereng Gunung Merapi tersebut juga sebagai wujud syukur atas kelimpahan hasil pertanian palawija. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sejak kasus “tampang Boyolali” meramaikan jagat maya akibat dipicu ucapan calon Presiden Prabowo, nama kabupaten Boyolali kini jadi perbincangan netizen. Baik dalam rangka guyonan atau pun serius.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Ada juga kalangan yang mulai menengok ke Boyolali untuk mempelajari keunikan dan keistimewaan kawasan di kaki Gunung Merapi dan Merbabu ini. Dari sisi wisata dan perkembangan budaya nyata-nyata Boyolali cukup komplit. Di sini tradisi dan kemoderan seperti berjalan beriringan dengan damai. Destinasi wisata dibangun, tradisi dirawat, dan perhelatan-perhelatan pun tak luput digelar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berikut 5 fakta mengenai Boyolali yang menarik.

1. Kebun Raya Indrokilo

Obyek wisata Kebun Raya Indrokilo di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, kerap dikunjungi warga untuk berpiknik ria atau melakukan aktivitas lain. Pengunjung antara lain dapat menggunakan area jalan untuk bersepeda santai, wisata edukasi, dan menikmati air minum langsung dari keran.

Saat libur akhir pekan, taman hiburan di bawah pengelolaan Pemerintah Kabupaten Boyolali itu bisa disambangi sekitar 500 orang.

Hingga April lalu, pembangunan fasilitas kebun raya yang sudah selesai antara lain gerbang Pasingsingan, gedung pusat informasi turis, dan gedung Ecological House, yang menjadi kantor pengelola. Selain itu, ada taman labirin berbentuk gunung wayang, taman paku, kandang rusa, serta jalan paving.

Pengunjung bisa menikmati air langsung minum dari keran. “Air minum itu diolah di kompleks Kebun Raya Indrokilo,” kata Kepala Bidang Pengendalian, Pencemaran, dan Perusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Boyolali Eko Dodi Aprianto di Boyolali, Senin, 23 April 2018.

Pemerintah juga membangun akses jalan masuk ke kebun raya. Bupati Boyolali Seno Samodro mengatakan pembangunan jalan itu diperkirakan menghabiskan biaya Rp 7 miliar. Selain itu, akan dibangun jembatan gantung khusus untuk pejalan kaki.

2. Upacara Adat Sebar Apem Keongmas

Ini upcara yang digelar rutin saban tahun. Saat perhelatan itu datang, biasanya dihadiri puluhan ribu warga dari berbagai daerah sekitar Boyolali, Bahkan dari luar kabupaten.

Mereka datang untk untuk berebut kue apem keongmas. Pada tahun ini acara digelar di objek wisata Pengging, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jumat, 2/11.Sejumlah warga berebut kue apem yang disebar saat tradisi sebar apem Yaa Qawiyyu di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah, 27 November 2015. ANTARA FOTO

Saat itu massa terlihat berdesak-desakan untuk mendapatkan kue apem keongmas yang disebarkan dari panggung setinggi 2,5 meter oleh panitia. Dalam acara ini total ada 30 ribu buah apem yang diperebutkan.

Tradisi sebar apem keongmas ini digelar masyarakat setempat setiap bulan Sapar dalam kalender Jawa. Tujuannya, untuk melestarikan budaya peninggalan nenek moyang. Selain itu tentu juga bisa menarik wisatawan datang ke objek wisata religi Pengging Boyolali.

Widodo, 36 tahun, salah satu pengunjung dari Kabupaten Klaten, mengaku datang setiap tahun mengikuti upacara sebar apem keongmas. Apem yang didapat ini, akan ditanam di lahan persawahan miliknya.. “Agar tanaman padinya bisa tumbuh subur dan selamat dari serangan hama,” kata dia.

Sementara  Sunarmi, 40, warga Desa Gawok Kabupaten Sukoharjo mengatakan datang bersama rombongan sebanya 42 orang  naik kereta kelinci untuk mengikuti upacara tradisi setiap tahun ini. "Apem keongmas yang peroleh langsung dimakan, dan dari kepercayaan masyarakat hal itu, sebagai rejeki dari Tuhan Yang Maha Esa," kata Sunarni.

Camat Banyudono Boyolali, Agus Dermawan mengatakan warga yang mengikuti tradisi ini percaya bahwa jika mendapatkan apem tersebut akan mendatangkan membawa keberkahan dalam hidupnya. “Sedang bagi yang membuat apem, dipercaya akan lancar rejekinya,” kata dia.

3. Ritual Tungguk Tembakau

Ritual ini digelar sebagai wujud syukur para petani tembakau sebelum memulai panen. Ritual ini biasanya digelar di Kecamatan Selo dan saat itu maka ribuan warga dari berbagai dukuh akan datang mermaiakan acara .

Tungguk itu artinya memetik. Jadi Tunggu Tembakau arti harfiahnya adalah memetik tembakau.

Ritual Tungguk Tembakau sudah menjadi tradisi turun temurun para petani di lereng Gunung Merbabu wilayah Boyolali. Ritual ini biasanya dilakukan para petani secara individu dengan memotong seekor ayam kampung untuk dimakan bersama keluarganya setelah didoakan di makam petilasan Gunungsari.

4. Konser Europe

Selain merawat tradisi, kota Boyolali juga tak segan mengelar sebuah pertunjukan band, bahkan dalam level internasonal. Pada Mei lalu, misalnya, grup musik rock legendaris asal Swedia, Europe, datang dan menggetarkan panggung "Konser Volcano Rock Festival 2018" di Stadion Padan Arang, Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, Sabtu (12/5/2018) malam.

Konser berskala internasional  ini menggandeng Jogjarockarta Festival yang beberapa pernah sukses mendatangkan band progressive metal asal Amerika, Dream Theater, di Yogyakarta.Konser ESuasana konser Europe di Stadion Pandanarang Boyolali, Sabtu malam, 12 Mei 2018. Selama hampir dua jam, grup band hard rock legendaris asal Swedia itu memainkan 19 lagu tanpa jeda. TEMPO/DINDA LEO LISTY

Bupati Boyolali Seno Samodro yang juga menjadi promotor konser Europe ini mengatakan tidak mengalami kesulitan berarti mendatangkan Europe. "Orang dari luar mau masuk ke Indonesia itu mudah. Orang Indonesia masuk ke negara mana saja juga mudah," kata Seno Samodro kepada Tempo.

Personel Europe adalah oe Tempest (vokalis), John Norum (gitaris), Mic Michaeli (keyboard), John Leven (bass), dan Ian Haughland (drum). Selama dua jam mereka tampil membawakan lagu-lagunya yang sudah dikenal di Indonesia, antara lain, Walk The E, The Siege, Rock, Scream, Danger, Sign, Vasastan, The Final Countdown, dan lain-lain

5. Kopi Khas Merapi  di Selo

Di Rumah Produksi Kopi Merapi Stabelan pengunung bisa merasakan sensasi segarnya menyeruput kopi yang baru disangrai secara tradisional. Proses sangarai itu dilakukan oleh ibu-ibu petani kopi dengan menggunakan tungku arang, wajan, dan serok.`

Rumah Produksi Kopi Stabelan berada di Dukuh Stabelan, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Stabelan adalah permukiman tertinggi di Boyolali, berada di lereng Gunung Merapi sisi barat daya pada ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut.

Di dukuh yang berjarak sekitar 3,5 kilometer dari puncak Merapi itu, pohon kopi arabika tumbuh liar dan subur di halaman rumah warga. “Rumah Produksi Kopi Stabelan ini dibangun menggunakan anggaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) pada 2014,” kata Kepala Desa Stabelan, Widodo, Kamis, 25 Januari 2018.

Jangan bayangkan Rumah Produksi Kopi Stabelan layaknya kafe-kafe di perkotaan dengan meja bar yang dilengkapi mesin penggiling kopi dan mesin espresso. Di rumah berdinding batu dan berlantai semen itu hanya ada satu meja kayu sederhana tempat sang barista menyeduh kopi secara manual (tubruk) menggunakan teko jadul bermotif blirik hijau.

Di atas tikar, kopi disajikan bersama camilan khas pedesaan seperti singkong rebus. Ditambah sejuknya suasana khas pedesaan serta ramahnya warga sekitar, meski sederhana, ngopi di Rumah Produksi Kopi Stabelan benar-benar menawarkan pengalaman yang tak terlupakan.

Tidak seperti kopi arabika Lencoh dari Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali, yang sudah termasyhur namanya, kopi arabika Stabelan belum banyak dikenal di kalangan pecinta kopi. Tak ada salahnya singgah di Rumah Produksi Kopi Stabelan mencicipi segarnya kopi sembari menikmati indahnya panorama Gunung Merapi.

ANTARA | DINDA LEO LISTY (Boyolali)

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus