Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Terminal 2 Soetta Dikembangkan Menjadi Bandara Berbiaya Rendah

Terminal 2 Bandar Udara Internasional Seokarno-Hatta akan dikembangkan menjadi bandara low cost carrier terminal (LCCT).

23 Juli 2018 | 13.24 WIB

Self baggage drop dengan berat barang maksimal 20 kilogram di Terminal 1C Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. (TEMPO/OTON Sukarnaen)
Perbesar
Self baggage drop dengan berat barang maksimal 20 kilogram di Terminal 1C Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. (TEMPO/OTON Sukarnaen)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Terminal 2 Bandara Udara Internasional Seokarno-Hatta akan dikembangkan menjadi bandara low cost carrier terminal (LCCT). Bandara tersebut akan digunakan untuk mendarat sejumlah maskapai penerbangan bujet atau low cost carrier (LCC).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Hal ini dilakukan sejalan dengan upaya Kementerian Pariwisata meningkatkan kunjungan turis asing masuk Indonesia. Dalam rilis yang diterima Tempo dari Kementerian Pariwisata pada Minggu, 22 Juli 2018, Menteri Pariwisata Arief Yahya menargetkan, sampai 2019, 20 juta wisman akan masuk ke Tanah Air melalui berbagai pintu, salah satunya LCCT.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kami diminta oleh Presiden Joko Widodo dalam waktu sebulan ini harus memiliki LCCT. Saya sudah bertemu Pak Awaluddin (Direktur Utama PT Angkasa Pura II), kami sudah sepakat LCCT paling mungkin (dikembangkan) di terminal 2 Bandara Soekarno Hatta,” kata Menpar Arief di Jakarta.

LCCT dibangun sebagai langkah cepat untuk menaikkan angka kunjungan wisman. Menurut Menpar, pertumbuhan penumpang internasional rata-rata setiap tahun meningkat 13 persen. Dari angka tersebut, pertumbuhan penumpang yang menggunakan layanan full service carriers (FSC) hanya 7 persen.

Sementara itu, LCC bertumbuh lebih pesat, yakni sekitar 55 persen per tahun. “Terminal LCC paling tepat karena pertumbuhan trafiknya di atas 20 persen dan sejalan dengan target pertumbuhan pariwisata 21 persen. Sedangkan kalau mengandalkan FSC sulit diandalkan,” kata Menpar Arief. 

Maskapai yang mendarat di terminal LCC memang akan memotong biaya operasional hingga 50 persen. Namun, trafik pengunjungnya diprediksi bisa meningkat hingga dua kali lipat. 

Selama ini, ada beberapa maskapai yang enggan mendarat di Indonesia. Jumlahnya ada 45 maskapai, seperti Indigo (India) dan Vietjet. Maskapai tersebut enggan masuk lantaran biaya operasional bandara terlalu tinggi. 

Adapun Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan PT Angkasa Pura II sebenarnya telah memiliki LCCT, yakni di Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta. Namun belum terkosentrasi menjadi full LCCT. “Ke depannya kami programkan Terminal 1 menjadi full LCCT penerbangan domestik. Sedangkan Terminal 2 full LCCT untuk penerbangan domestik dan internasional,” ucapnya.

LCCT berhasil memajukan sektor pariwisata sejumlah negara. Semisal Jepang dan Thailand. Jepang telah memulai pengembangan LCCT sejak 2012. Dengan mengembangkan LCCT, wisatawan inbound ke Jepang sejak 2011 hingga 2015 tumbuh 33 persen. Sedangkan pada 2017 mencapai angka 28,7 juta turis dengan pertumbuhan tertinggi di dunia.

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus