Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Yen Terpuruk, Jepang Cetak Rekor Tertinggi Kunjungan Wisatawan Asing

Jepang menarik 3,14 juta pengunjung internasional pada Juni 2024, jadi sektor ekspor terbesar kedua setelah mobil dan komponen elektronik.

22 Juli 2024 | 17.32 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Lemahnya nilai tukar yen terhadap mata uang asing membuat wisatawan internasional berbondong-bondong menuju Jepang. Juni 2024, negara ini mencetak rekor tertinggi pengunjung bulanan, menurut data resmi Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (JNTO) yang dirilis akhir pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jumlah pengunjung asing untuk keperluan bisnis dan liburan mencapai 3,14 juta pada Juni 2024, melebihi rekor bulanan sebelumnya sebesar 3,08 juta pada Maret, dan naik dari 3,04 juta pada Mei. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jumlah kedatangan pengunjung sebanyak 17,78 juta orang hingga Juni 2024 juga merupakan rekor dalam periode setengah tahun. Ini akan segera melampaui rekor tertinggi tahunan sebanyak 31,9 juta orang pada 2019, sebelum pandemi Covid-19 menutup perbatasan global.

Pengeluaran pengunjung diperkirakan mencapai 8 triliun yen atau Rp828,3 triliun tahun ini, kata Perdana Menteri Fumio Kishida pada Jumat, 19 Juli 2024. Tingginya angka wisatawan asing memaksa pemerintah untuk waspada terhadap overtourism atau pariwisata berlebihan.

Pariwisata jadi sektor ekspor terbesar kedua

Industri pariwisata diperkirakan akan menjadi sektor ekspor terbesar kedua Jepang pada 2024, setelah mobil dan komponen elektronik.

Kemerosotan yen ke level terendah dalam 38 tahun terhadap dolar telah menjadikan Jepang sebagai tujuan yang menarik bagi wisatawan asing. Dari 23 pasar yang dilacak JNTO, wisatawan dari 18 wilayah mencetak rekor baru untuk kedatangan Juni.

Pengunjung dari Taiwan dan Amerika Serikat mencapai jumlah tertinggi dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. "Lemahnya yen tidak diragukan lagi meningkatkan daya tarik Jepang, mendorong rencana perjalanan spontan," kata Naomi Mano, presiden agen perjalanan kelas atas Luxurique.

“Kami juga menyaksikan semakin beragamnya negara yang mengunjungi Jepang, perubahan signifikan dibandingkan dengan 2019 ketika sekitar 30 persen wisatawan adalah warga Cina," dia menambahkan.

Kedatangan dari Cina daratan pada Juni turun 25 persen dibandingkan bulan yang sama pada 2019, menurut data JNTO. 

Dampak buruk pariwisata berlebihan

Meski pariwisata menjadi salah satu penopang ekonomi terkuat, Jepang mengalami dampak buruk overtourism. Banyaknya orang yang mengunjungi tempat-tempat wisata telah membuat marah penduduk setempat dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pembuat kebijakan. Jalur yang padat dan meningkatnya sampah sembarangan di Gunung Fuji yang suci di Jepang bulan ini mendorong para pejabat untuk mengenakan biaya masuk dan pejalan kaki.

Bulan lalu, wali kota Himeji di Jepang barat juga menyarankan agar orang asing mengenakan biaya sekitar enam kali lipat dari tarif yang dibayarkan penduduk untuk memasuki kastil era samurai yang terkenal di kota tersebut.

Meski begitu, pemerintah Jepang mengandalkan pariwisata sebagai sumber pemasukan negara. Perdana Menteri Kishida menegaskan akan menggandakan pengunjung tahunan menjadi 60 juta dan pengeluaran mereka menjadi 15 triliun yen pada 2030.

TRAVEL AND TOUR WORLD | YAHOO

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus