Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - SMAN 32 Jakarta membuat surat pernyataan tertulis terkait tawuran sadistis yang melibatkan siswanya. Dalam keterangan tertulis tersebut, Kepala SMAN 32 Sujoko bakal mengambil langkah untuk mencegah tawuran agar tidak terulang kembali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Sekolah (telah) melakukan kunjungan ke SMA Muhammadiyah 15 Jakarta sebagai bentuk keprihatinan, bela sungkawa dan membicarakan langkah langkah yang harus diambil ke depan," tulis surat resmi SMAN 32 yang diteken kepala SMAN 32 Sujoko, Selasa, 4 September 2018.
Duel antarremaja pada Sabtu lalu itu, berujung maut. Seorang pelajar dari SMA Muhammadiyah di kawasan Slipi, Jakarta Barat, berinisial AH, 16 tahun, tewas dihujani sabetan senjata tajam. Bahkan, korban pun masih disiram dengan air keras setelah terkapar bersimbah darah.
Pelaku diduga berasal dari geng Gusuran Donat yang berasal dari gabungan dari tiga sekolah, yakni SMAN 32, Madrasah Annajah dan Husni Thamrin.
Untuk menyelesaikan kasus ini, kata dia, sekolah telah berkoordinasi demgan pengawas dari Suku Dinas Pendidikan Jakarta Selatan. Sekolah pun telah memanggil seluruh orang tua siswa yang diduga terlibat dalam tawuran ini.
Polisi hingga hari ini telah menangkap 29 siswa yang diduga terlibat tawuran. Dari total yang ditangkap, 26 di antaranya berasal dari SMAN 32. "Sekolah juga berkoordinasi untuk menangani traumatik peaerta didik yang khawatir ada aksi balas dendam," ujar Sujoko.
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Stefanus Tamuntuan menjelaskan tawuran antar geng remaja ini telah direncanakan sebelumnya. Sebab, salah satu dari anggota mereka membuat kesepakatan di media sosial untuk melakukan duel yang berujung maut.
"Setelah saling tantang lewat Instagram, mereka janjian untuk menentukan lokasi tawuran," ujarnya. "Setelah itu, mereka kabari lagi teman mereka di grup Whatsapp masing-masing untuk tawuran," kata Sugianto
Untuk menghindari warga mencegah mereka, Menurut Stefanus, para remaja tersebut merencanakan tawuran pada dini hari sekitar pukul 03.30 pagi. Sebab, kondisi lingkungan dan jalan masih sepi. "Pengawasan dari warga maupun petugas juga berkurang," ujarnya.
Tawuran yang terjadi pada Sabtu dini hari lalu itu, ujar Stefanus, melibatkan lebih dari 50 pelajar. Bahkan, kata dia, tawuran di kawasan Kebayoran Lama kemarin tidak bisa lagi disebut tawuran pelajar. Melainkan, Stefanus berujar, "Ini sudah tawuran antar geng remaja yang anggotanya adalah pelajar."
Saat duel antar dua geng remaja ini, SMA Muhammadiyah berhadapan dengan gabungan remaja yang berasal dari siswa SMA Negeri 32 Cidodol, Madrasah Anajah dan Husni Thamrin. Ketiga sekolah ini menamakan diri sebagai geng Gusdon atau Gusuran Donat di kawasan Cipulir, Jakarta Selatan.
"Kami masih terus kembangkan kasus tawuran ini, karena sangat sadis. Bahkan, setelah dibacok, korban masih disirami air keras," ujarnya. "Masih ada lpelaku lain yang belum tertangkap," kata Stefanus