Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO , Jakarta - Badan Narkotika Nasional (BNN) mengungkapkan bahwa tenaga kerja Indonesia (TKI) rentan dimanfaatkan sindikat internasional untuk menyelundupkan narkoba ke Indonesia. Pada umumnya, TKI itu dimanfaatkan dengan ditipu dan dijadikan kurir untuk menyelundupkan narkoba ke Indonesia. Modusnya, mengiming-imingi mereka dengan uang, barang mewah, bahkan tidak jarang TKI perempuan dinikahi untuk kemudian dijadikan kurir.
"Yang paling banyak memanfaatkan TKI adalah sindikat narkoba dari Nigeria," ujar juru bicara BNN, Komisaris Besar Slamet Pribadi, kepada Tempo. Bukan hanya Nigeria, sindikat narkoba Cina dan Malaysia juga banyak memanfaatkan mereka. Pekerja Indonesia yang banyak dimanfaatkan adalah mereka yang bekerja di Hong Kong, Malaysia, dan Taiwan.
Dalam catatan BNN, saat ini ada 380 warga Indonesia yang ditangkap karena kasus narkoba di luar negeri. "Dari jumlah itu, 107 orang ditangkap pada 2015," ujarnya. Karena itu, BNN melakukan penyuluhan terhadap TKI di luar negeri. Pada akhir Agustus lalu, BNN melakukan penyuluhan di Hong Kong dan Taiwan.
Hong Kong merupakan salah satu negara yang kerap dimanfaatkan sindikat narkoba internasional untuk merekrut para TKI sebagai kurir peredaran barang haram tersebut. Saat ini tercatat 28 warga Indonesia terlibat kasus narkoba di Hong Kong. Sedangkan di Taiwan, tercatat ada tiga TKI yang positif mengkonsumsi narkoba. Bahkan ada nelayan Indonesia yang nekat memotong kedua urat nadi di tangannya setelah mengalami halusinasi.
Sindikat narkoba sering kali mengincar para TKI yang kesulitan ekonomi di luar negeri. Modus itu dibenarkan oleh dua TKI berinisial MGR, 34 tahun, dan MH, 31 tahun. Dua TKI yang bekerja di Malaysia sebagai buruh bangunan itu terpaksa menjadi kurir sabu karena tidak punya uang untuk pulang ke Indonesia. "Kami bersedia membawa barang itu karena diberi upah Rp 15 juta dan dibelikan tiket gratis untuk pulang ke Indonesia," ujar MGR. MGR dan MH menyelundupkan 7,3 kilogram sabu dari Malaysia ke Indonesia.
AFRILIA SURYANIS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini