Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dwi Prasetyo sedang berkendara dengan keluarganya di tol Jakarta Outer Ringroad pada Senin, 27 Juli 2015. Konsultan arsitektur itu hendak menuju Bogor dengan membawa serta istri dan dua anak lelakinya yang masih berusia lima dan satu tahun. Tiga anggota keluarga Dwi duduk di kursi belakang.
Perjalanan santai bersama keluarga itu ternyata berujung pada peristiwa yang membuat syok. Kaca mobil Dwi ditembak pengemudi tak dikenal hingga retak dan pelurunya menembus ke dalam mobil. "Sepertinya itu airgun karena daya hantamnya besar, proyektilnya terbuat dari besi," kata Dwi saat dihubungi, Sabtu, 28 Juli 2015.
Dwi merasa beruntung karena peluru itu tak menembus kulitnya. Ia memperkirakan peluru melesat di antara dadanya dan setir mobil.
Peristiwa itu bermula pada beberapa kilometer menjelang persimpangan Jagorawi dan Pondok Indah. Dwi yang tadinya mengendarai mobil di lajur cepat di sisi paling kanan bergeser ke lajur dua karena hendak belok kiri ke arah Jagorawi. Tiba-tiba, sebuah mobil Picanto merah memotong persis di depan mobil Dwi dengan kecepatan tinggi.
Setelah memotong jalur Dwi, Picanto merah itu berada di depan mobil Dwi karena posisinya yang terjepit tak memungkinkan mobil itu bergeser ke lajur cepat. Dwi memberi isyarat dim dengan menghidupkan lampu jauh beberapa kali untuk memberi sinyak bahwa cara menyetir pengemudi Picantoi membahayakan.
Saat lajur kanan kosong, Picanto merah itu pun segera berpindah jalur. Dwi mempercepat laju kendaraan yang membuat posisi mobilnya sejajar dengan Picanto. Dwi hanya sempat menyadari bahwa jendela kiri mobil itu terbuka ketika tiba-tiba terdengat suara benturan dan kaca retak. Jendela mobil di sisi pengemudi telah retak.
Selanjutnya: Awalnya dikira batu
Awalnya, kata Dwi, dia mengira ada batu yang dilempar ke arah mobilnya. Namun saat melihat lebih jelas, Dwi menyadari ada lubang kecil seukuran setengah milimeter di jendela mobilnya.
Menyadari mobilnya baru saja ditembak, Dwi mengambil tempat tepat di belakang Picanto merah. "Saya pindah ke belakang supaya bisa tetap mengikuti tapi cukup aman agar tak terkena tembakan lagi," kata Dwi.
Siapa nyana, mobil itu justru bergeser ke lajur kiridan melambatkan lamu sehingga posisi mereka kembali sejajar. Pengemudi Picanto merah lalu menurunkana kaca jendela mobil hingga Dwi dapat melihat wajahnya. "Wajahnya tanpa ekspresi, seolah menantang," ucap Dwi.
Meski tak bisa memperhatikan dengan jelas karena sedang berkonsentrasi menyetir, Dwi memastikan hanya ada satu orang lelaki di dalam mobil itu. "Saya menyetir, tapi istri saya yang duduk di belakang bisa melihat jelas ke arah mobil itu."
Usai melempar pandang, Picanto merah itu kembali memacu kecepatan menuju Pondok Indah. Dwi terpikir untuk mengambil foto demi merekam identitas mobil bernomor polisi B 1191 SZN itu.
Selanjutnya: Melapor ke petugas Jasa Marga
Dwi segera melapor ke petugas Jasa Marga selaku operator tol yang meneruskan laporan Dwi ke polisi. Keluarga itu lantas dijemput polisi dan diarahkan menuju Polsek Cipayung untuk membuat laporan.
Meski telah ada bukti berupa foto dan plat mobil kendaraan, polisi masih belum menjanjikan penembakan itu akan terungkap dengan cepat. "Polisi cuma bilang berdoa saja," kata Dwi.
Secara materil, ujar Dwi, kerugian yang dia derita memang tak begitu besar yakni sekitar Rp 1,5 juta untuk memperbaiki kaca mobil. Akan tetapi, kerugian imateril yang harus ditanggung tak dapat diperkirakan.
Apalagi saat kejadian Dwi membawa serta dua anak yang masih balita. "Mereka memang belum begitu tahu karena masih kecil," kata Dwi. "Tapi yang berusia lima tahun sempat menangis setelah diceritakan kami habis ditembak."
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini