Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
INFO BISNIS - Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) menyelenggarakan E-Learning Digitalisasi dan Peningkatan Kapasitas Usaha Tani secara daring pada 12-14 April 2022. Ditujukan kepada petani, penyuluh dan Fasilitator Desa dalam program READSI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kegiatan ini sesuai pernyataan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, bahwa sektor pertanian harus beradaptasi dengan teknologi 4.0. Pemanfaatan teknologi digital dalam pertanian menjadi keniscayaan. "Oleh karenanya, kapasitas SDM pertanian kota harus terus ditingkatkan agar pertanian kita menjadi sektor yang maju, mandiri dan modern," ujarnya beberapa waktu lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pentingnya meningkatkan produktivitas pertanian melalui digitalisasi juga dipicu oleh situasi yang terjadi saat ini, yakni krisis pangan akibat pandemi Covid-19 dan ancaman perubahan iklim. Menurut Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, kendati sebagian besar produk pertanian di Indonesia sudah swasembada, beberapa komoditas masih membutuhkan impor seperti kedelai, bawang putih, daging sapi dan gula pasir.
"Kita mencukupi minyak goreng dari sawit saja saat ini terjadi kelangkaan atau harga minyak goreng sawit mahal. Kenapa itu bisa terjadi, karena harga minyak goreng yang berasal dari sawit di pasar global harganya naik, sehingga harga di dalam negeri terkontraksi ikut naik," kata Dedi.
Melalui acara E-Learning Digitalisasi, Dedi mendengar jika para pendamping desa memiliki tugas untuk membuat vlog. Dedi pun meminta agar para peserta membuat karya yang singkat sesuai arahan kegiatan. Tujuannya adalah melihat cara petani menggunakan teknologi, membuat kompos, kemudian diimplementasikan kepada tanaman sehingga pertumbuhannya bagus.
"Bagaimana caranya membuat mikroorganisme lokal yang di dalamnya ada mikroba fungsional ada mikroba plampik, mikroba penambat, mikroba dekomposer. Semua itu ada di sekitar kita. Mikroorganisme lokal bisa kita buat dari kotoran ternak yang masih hangat. Dari kotoran ternak, kotoran sapi, kerbau, kambing yang masih hangat itulah mikroba-mikroba dekomposer berbiak luar biasa," tutur Dedi menjelaskan tentang kompos.
Dedi juga menyarankan para peserta membuat vlog yang berisi ilmu pengetahuan tentang cara mengintegrasikan mikroorganisme lokal atau pupuk hayati dikombinasikan dengan kompos dengan pupuk kimia yang lainnya, yang mampu mendongkrak produktivitas pertanian.
"Bagaimana caranya mengendalikan hama dan penyakit, seorang pendamping desa harus jeli mengamati di setiap tanaman padi. Apakah di situ ada telur serangga. Ambil beberapa lalu disimpan di dalam piring kecil lalu bawa ke rumah. Kalau telur-telur serangga itu menetas berarti telor yang ada di sawah pun menetas. Untuk bisa membasmi hama kita harus tahu dulu bagaimana kelemahannya. Itulah yang harus dilakukan pendamping dengan membuat video vlog," tutur Dedi.
Dapat pula membuat vlog cara membuat kompos yang baik, membuat mikroorganisme yang baik, serta cara mengimplementasikannya di lapangan bersama-sama dengan petani.
"Saat ini, di laman smartplaning ada juga pemanfaatan alat-alat alsintan. Dengan pemanfaatan Internet of Thing segala sesuatu bisa dikerjakan dengan cepat, tidak ada batasan ruang dan waktu untuk menggenjot produktivitas. Dengan digitalisasi pertanian, semua bisa kita lakukan dengan mudah," kata dia.
Kepala Pusat Pelatihan Pertanian (Kapuslatan) BPPSDMP Kementan, Lely Nuryati menjelaskan, tujuan acara ini untuk meningkatkan kapasitas fasilitator desa, penyuluh dan petani dalam penumbuhan kelembagaan UPJA. "Selain itu juga meningkatkan kapasitas petugas pendamping dalam penerapan sistem feritigasi berbasis IOT. Dan juga tentunya meningkatkan kapasitas petugas pendamping dalam membuat vlog," ucapnya.
Pembuatan vlog ini diarahkan untuk semua fasilitator desa yang telah mendampingi semua petani penyuluh di lokasi READSI. Nantinya, masing-masing pendamping diwajibkan untuk membuat vlog.
"Ada lebih 300 peserta ataupun fasilitator desa yang ada di lokasi READSI nanti akan membuat satu vlog. Sehingga nanti akan menghasilkan kurang lebih 300 vlog tentang sakses dari program READSI ini," kata Lely.
adapun kurikulum pelatihan sebanyak 24 jam pelajaran yang terdiri dari kebijakan BPPSDMP tentang penumbuhan dan penguatan kelembagaan ekonomi petani, kemudian penumbuhan kelembagaan UPJA, penerapan sistem feritigasi berbasis IOT serta pembuatan vlog viral yang mudah dan bisa dilakukan oleh semua fasilitator desa.
Materi dan narasumber akan disampaikan oleh praktisi PT Jogja Media Inovasi, dan tentunya para Widyaiswara BPP Batangkaluku dalam penumbuh pengembangan kelembagaan UPJA dan pembuatan vlog viral.
"Kita berharap tentu kolaborasi sektor pertanian dan pemanfaatan teknologi ini akan semakin mengembangkan sektor pertanian kita ke arah yang maju, mandiri dan modern," ujar Lely. (*)