Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Jadi Perempuan Indonesia yang Bijak Digital

Masyarakat dapat mengakses s.id/jagaprivasi yang menyediakan alat-alat untuk membantu meningkatkan keamanan digital.

14 Desember 2023 | 16.31 WIB

Jadi Perempuan Indonesia yang Bijak Digital
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

INFO NASIONAL – Pemerintah terus mengupayakan peningkatan literasi digital kepada masyarakat Indonesia. Musababnya, Kabar hoaks dan aksi kejahatan siber di Indonesia terus meningkat. Salah satu cara yang dilakukan adalah melalui kegiatan yang digelar pada Rabu, 13 Desember 2023 secara hybrid, luring dan daring.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dalam kegiatan Literasi Digital bagi Perempuan “Yuk, Lebih Cakap di Ruang Digital”, ratusan perempuan yang hadir mendengarkan pengalaman dan belajar cara lebih bijak dalam berinteraksi di dunia maya, sekaligus menjaga keamanan data pribadi pada ponsel. Narasumber yang hadir adalah Dewan Pengarah Siberkreasi dan Executive Director of ICT Watch, Indriyanto Banyumurti; Puteri Pariwisata 2004 dan presenter, Nadia Mulya; serta Aktor dan penyanyi, Josis Mokalu atau lebih dikenal sebagai Yosi “Project Pop”.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tampil pertama, Indriyanto Banyumurti menjelaskan bahwa banyak orang yang masih belum memahami sebuah kabar yang diterima di media sosial bisa masuk ke dalam berita hoaks atau tidak. 

Padahal pengguna internet di Indonesia terus meningkat. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan pada 2022-2023 sebanyak 215,63 juta orang. Dengan jumlah tersebut, rata-rata setiap masyarakat menggunakan internet selama 7 jam 42 menit. Kendati demikian, tingkat literasi digital Indonesia masih rendah.

“Survei dari Kominfo kepada 10.000 respondens tentang Kemampuan Mengidentifikasi Hoaks menemukan masih banyak yang belum mampu menentukan dengan tepat. Sebanyak 46 persen mengaku masih ragu atau yakin dan tidak yakin dalam menyikapi sebuah postingan, sedangkan yang yakin sebanyak 25 persen dan tidak yakin 20 persen,” tutur Banyu.

Banyu memberi contoh adegan dalam film “Budi Pekerti” yang menceritakan seorang guru BK bernama Prani sedang mengantre untuk membeli makanan. Seorang pembeli menyerobot antrean, dan Prani bertahan tetap mengantre sambil mengeluh “Ah sui” yang berarti “Ah lama”. Namun, ada seseorang yang merekam insiden tersebut dan mengunggah ke media sosial dengan mengatakan sang guru BK mengumpat di area publik menggunakan kata “Asu i” yang berarti “Anjing”.

Contoh adegan tersebut menjadi pelajaran agar setiap orang lebih berhati-hati dalam bermain media sosial atau “Saring sebelum Sharing”.

Pelajaran kedua yang patut menjadi perhatian yakni berhati-hati untuk meng-klik setiap tautan (link) yang dibagikan di media sosial maupun aplikasi pesan seperti WhatsApp dan Telegram.

Banyu meminta ratusan hadirin yang mayoritas perempuan mengklik tautan yang ia bagikan di layar peraga dengan iming-iming mendapat doorprize. Ternyata data ponsel setiap peserta meng-klik tautan tersebut langsung terpampang di layar peraga. 

“Bayangkan kalau oknum jahat yang mengirim link ini, bukan data ponsel saja tapi data lainnya. Hal ini berarti, kalau ada orang mengirim link, jangan sembarangan klik,” ujarnya. “Padahal saat mengklik tautan itu (yang saya bagikan) ada permintaan apakah boleh mengakses ke mikrofon, karena tidak waspada maka biasanya langsung yes.”

Modus ini, Banyu melanjutkan, disebut phising, yakni upaya untuk mendapatkan informasi seseorang dengan teknik pengelabuan. Tujannya beragam, bisa mencuri data pribadi, data akun, data finansial, dan lainnya. Contoh phising antara lain meminta OTP, mengirim tautan palsu, serta banyak lagi.

Banyu pernah mendapat undangan untuk mendapatkan status “centang biru” di Instagram. Ia hanya diwajibikan mengisi kolom user name dan kata kunci. Tampilannya sangat mirip dengan Instagram resmi. Setelah diteliti ternyata alamat situs berbeda dengan situs Instagram. Modus ini salah satu cara oknum kejahatan siber meretas akun media sosial.

“Yang sekarang sedang tren adalah love scam,” ujarnya. Dalam modus percintaan ini, pelaku kejahatan siber akan berpura-pura menjadi individu dengan penampilan dan profesi yang menarik. Ia akan merayu korban untuk dikuras uangnya.

Kiat Jaga Keamanan Ponsel

Banyu mengimbau untuk menambah keamanan akun media sosial, mulai dari Facebook, Instagram, TikTok, hingga WhatsApp. Salah satu cara dengan Verifikasi Dua Langkah. 

Masyarakat juga dapat mempelajari cara menjaga keamanan data pribadi di tautan: s.id/jagaprivasi. “Situs ini menyediakan alat-alat yang dapat membantu untuk meningkatkan keamanan digital,” ucapnya.

Terdapat beberapa pengetahuan di laman s.id/jagaprivasi. Misalnya untuk mengecek apakah surat elektronik (e-mail) pernah diretas atau tidak. Langkahnya: (1) Klik #1a: Cek Keamanan e-Mail. (2) tulis nama e-mail. (3) Jika pernah bocor, akan muncul alamat situs yang pernah terjadi kebocoran.  “Cara menanggulanginya, kita harus mengganti password di akun yang terjadi kebocoran tersebut,” kata Banyu.

Di s.id/jagaprivasi juga terdapat cara mengecek kekuatan sebuah kata kunci yang kita gunakan pada akun, serta metode keamanan lainnya, bahkan hingga tindakan yang harus dilakukan saat ponsel dicuri maupun saat akun diretas. Misalnya saat ponsel dicuri, masuk ke s.id/jagaprivasi, klik #4C: Lacak/Reset HP Android. Otomatis Google akan melacak keberadaan ponsel yang dicuri. 

“Jangan pernah sekali-kali file ekstensi .apk saat menerima pesan di WhatsApp. Akan sulit mengatasinya. Kita harus mengembalikan ke setelan pabrik dan mengganti semua password,” tutur Banyu.

Terkait konten hoaks, perjudian, pornografi, terorisme, obat terlarang, dan hal lain yang merugikan, Banyu mengingatkan agar masyarakat jangan sungkan untuk melapor ke alamat berikut: aduankonten.id atau kirim pesan ke [email protected], maupun melalui 08119224545. 

“Kita juga punya chatbot literasi digital untuk belajar cara mengamankan akun dan memeriksa kabar hoaks, dapat diakses melalui WhatsApp. Hubungi saja ke 0811-1059-9977. Ini hasil kerja sama Kominfo dengan ICT Watch dan WhatsApp Indonesia,” tutur dia.

Menurut Puteri Pariwisata 2004 dan presenter, Nadia Mulya, kaum perempuan sangat penting meningkatkan literasi digital karena lebih rentan dijadikan target oleh pelaku kejahatan siber. Alasannya, dalam ilmu psikologi kaum lelaki lebih mementingkan logika, sedangkan kaum perempuan mengutamakan perasaan. 

“Aristoteles punya retorika yang disebut persuasion triad. Manusia bisa dipersuasi berdasarkan tiga hal yaitu pathos, logos, etos. Perempuan lebih mudah kena pathos-nya. Ini berarti masuk melalui empati, emosi, atau perasaan. Sedangkan laki-laki logos atau logika,” ujarnya.

Pada otak perempuan, Nadia melanjutkan, setiap hal masuk ke bagian amigdala yang lebih pada perasaan. “Dan perempuan, hippocampus-nya besar, yakni bagian otak yang senang mencari hal baru. Makanya perempuan senang sharing karena otaknya memang seperti itu.”

Melanjutkan, Yosi “Project Pop” menekankan pentingnya perempuan selalu hati-hati. Salah satu yang patut memiliki kewaspadaan ketika menerima tawaran hadiah. “Terlalu yang terlalu indah membuat kita kurang waspada,” ujarnya. “Kasus penipuan paling tinggi di Indonesia modusnya iming-iming hadiah.”

Menurut Yosi, kewaspadaan menjadi kunci karena kejahatan siber akan terus berkembang. “Jadi literasi digital harus terus diadakan secara masif. Banyak daerah di Indonesia yang belum terjangkau, dan kita yang sudah dapat ilmu silakan bagikan ke keluarga di rumah,” kata dia. (*)

Prodik Digital

Prodik Digital

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus