Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Mola Chill Fridays Hadirkan Kejayaan Alternatif Rock Bersama Simple Plan

Set panggung Simple Plan layaknya tempat berlatih garageband mengingatkan pada era 2000-an awal.

21 Desember 2021 | 12.31 WIB

Mola Chill Fridays Hadirkan Kejayaan Alternatif Rock Bersama Simple Plan
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

INFO GAYA – Tahun lalu jagat Tik Tok diramaikan oleh tantangan, atau Tik Tok Challenge, membawakan lagu I’m Just A kid. Jutaan pengguna di muka bumi membuat video dengan berbagai versi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Jaret Reddick, vokalis Bowling for Soup memberitahu Pierre Bouvier, frontman Simple Plan bahwa lagu tersebut menjadi sangat viral. Banyak orang, terutama kaum muda usia belasan tahun, akhirnya mengenal Simple Plan. Band asal Kanada itu bahkan dijuluki sebagai band Tik Tok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Padahal I’m Just A Kid merupakan salah satu single andalan Simple Plan dari album No Pads, No Helmets…Just Balls yang rilis pada 2002, sebuah era ketika ponsel masih sebatas untuk telepon dan mengirim pesan teks. Suatu masa saat siaran musik di MTV menjadi sarapan pagi sebelum berangkat ke kampus. Anak muda di zaman tersebut mungkin telah berkeluarga atau meniti karir saat ini. 

Maka, ketika I’m Just A Kid kembali populer di Tik Tok, generasi pekerja kembali diingatkan pada kenangan masa lalu. Memori tersebut bahkan terpampang di depan mata pada Jumat, 17 Desember 2021. Hal ini berkat Mola Chill Fridays menghadirkan Simple Plan yang berpentas secara live dari Los Angeles.

Imaji Simple Plan sebagai band rock alternative, mungkin lebih pas disebut pop punk, begitu kental di Mola Chill Fridays. Hal ini berkat set panggung yang dibuat menyerupai ruang bawah tanah. Awal 2000-an adalah masa ketika band-band yang mendapuk dirinya sebagai garage band lantaran meniti karier dengan berlatih di garasi atau ruang bawah tanah. 

Untuk menghidupkan nuansa tersebut, set panggung Simple Plan juga dibuat serupa. Tampak tangga di sisi kanan, lengkap dengan dinding kayu layaknya rumah bergaya country house Amerika. Di atas panggung, dua cabinet speaker mengapit drum di tengah. Tinggi panggung mungkin lebih pendek dari 1 meter, sehingga tidak ada jarak antara penampil dan para penonton.

Pierre membuka pertunjukan dengan menyapa penonton yang mungkin jumlahnya cukup untuk mengisi ruangan klub malam. Walau tidak sebanyak di gedung konser, mereka tampaknya penggemar sejati karena hafal nyaris seluruh lagu yang dibawakan Simple Plan malam itu. Mereka pun tak sungkan ikut bernyanyi sejak lagu pembuka I’d Do Anything yang berirama kencang, diikuti Shut Up! dan Heartbreaker.

“Senang rasanya bisa kembali berpentas dan bertemu banyak orang. Sungguh seru,” kata Pierre dengan mata berbinar melihat gairah penonton, lalu sempat menyinggung pandemi Covid-19, dan langsung melupakannya. Ia langsung mengajak penonton bersiap dengan lagu berikutnya, Welcome to My Life.

Lagu berirama sedang ini cukup hits setelah kemunculan albumnya, Still Not Getting Any, pada 2004. Masuk dalam Top 40 di US Billboard Hot 100 dan menghiasi 10 besar di sejumlah negara. Welcome to My Life juga mendapat piringan emas di Amerika Serikat serta platinum di Australia. Di Indonesia, lagu ini juga didapuk sebagai salah satu lagu wajib dimainkan dengan gitar bersama teman-teman saat berkumpul. Tentunya di awal 2000-an.

Simple Plan mestinya cukup dikenal di Indonesia. Band yang dihuni Pierre bersama Jeff Stinco (gitar), Sebastien Lefebvre (gitar), dan Chuck Comeau (drum), namun minus peman bass, David Desrosiers, yang hengkang tahun lalu, punya sederet hits internasional. Mereka juga beberapa kali mengunjungi negeri ini. Pertama pada 2008 di Tennis Indoor, Jakarta. Kemudian datang lagi pada 2012 dan 2016. Sebenarnya dijadwalkan hadir lagi pada April tahun lalu di LaLaLa Festival Bandung, namun batal akibat pandemi Covid-19.

Kendati tidak sekalipun menyebut Indonesia pada pentas mereka di Mola Chill Fridays, Pierre beberapa kali berterima kasih atas undangan Mola sehingga bisa kembali naik ke atas panggung dan bertemu para penggemar.

“Kami telah berkeliling dunia. Bermain di tempat yang belum pernah kami bayangkan akan dikunjungi. Itu pengalaman luar biasa. Kami tak percaya bisa melakukan itu. Kami melakukan selama 20 tahun sampai sekarang. Kenapa Simple Plan tetap eksis? Karena orang-orang seperti kalian. Terima kasih telah hadir di sini,” tutur Pierre.

Jutaan penggemar Simple Plan memang menjadi penyuluh semangat untuk Simple Plan tetap bermusik. Di Indonesia, para Astronouts–sebutan untuk fans–mencapai lebih dari 11 ribu pengikut Simple Plan Indonesia di Twitter. Sementara akun Tik Tok sang vokalis, Pierre, sudah di atas 200 ribu pengikut. 

Dengan loyalitas penggemar, baik yang berasal dari awal 2000-an maupun generasi terkini, sudah sepantasnya Simple Plan menunjukkan terima kasih tak terhingga. Di atas panggung Mola, apresiasi tersebut ditunjukkan melalui tembang terakhir, Perfect. 

Lagu ke-16 dari playlist Simple Plan ini menjadi penutup yang sempurna. Pierre membuka lagu sambil bermain gitar akustik dan mengajak penonton menyanyikan bagian refrain bersama. Kemudian seluruh anggota band muncul membawakan versi asli. Tangan penonton melambai-lambai mengikuti irama lagu. Sungguh, tampak seperti sebuah perpisahan yang penuh kesan. “Kami harap bisa bertemu fans lagi saat tur dimulai lagi. Kami tak sabar menunggunya,” ujar Pierre. (*)

Prodik Digital

Prodik Digital

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus