Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Oesman Sapta Gelorakan Kebangkitan Industri Kopi  

Dengan asosiasi yang solid dan bersatu menjadi momen
kebangkitan industri kopi di Indonesia.

10 Maret 2016 | 14.36 WIB

Dengan asosiasi yang solid dan bersatu menjadi momen kebangkitan industri kopi di Indonesia.
Perbesar
Dengan asosiasi yang solid dan bersatu menjadi momen kebangkitan industri kopi di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

INFO MPR - Ketika didaulat memberi keynote speech pada pembukaan Rapat Umum Anggota Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) IX, Wakil Ketua MPR Oesman Sapta menggelorakan semangat kebangkitan industri kopi Indonesia. “Dengan asosiasi yang solid dan bersatu menjadi momen kebangkitan industri kopi di Indonesia,” ujar Oesman Sapta di acara yang diselenggarakan pada 10 Maret 2016 di Grand Sahid Jaya, Jakarta.


Selain untuk reorganisasi, pada rapat umum ini diselenggarakan Focus Group Discussion dengan tema “Tantangan dan Peluang Perdagangan Kopi Indonesia ke Depan”. Menanggapi hal ini, Oesman Sapta mengajak para pelaku industri kopi agar lebih intens dalam menambah added value material ekspor dan lebih fokus menggarap pasar nasional.


Tak sekadar mengajak, tapi wakil rakyat dari Kalimantan Barat yang berlatar belakang pengusaha ini juga berbagi tip untuk semakin mengembangkan industri kopi nasional lewat konsep 5 S, yaitu strategi, struktur, skill, sistem, serta speed dan target. “Strateginya dengan mendorong pemerintah pada kebijakan yang mendukung sektor perkopian,” ujarnya.


Hal ini sejalan dengan kondisi industri kopi yang memang memerlukan campur tangan pemerintah. “Kami memerlukan kebijakan dari pemerintah, apalagi dengan adanya pasar bebas,” ungkap Irfan Anwar, Ketua Umum AEKI periode 2012-2015.


Lebih lanjut, Oesman Sapta menyatakan perlunya struktur yang benar dan kuat dalam kelembagaan dan organisasi bidang perkopian. “AEKI sebagai salah satu organisasinya harus solid. Semoga rapat umum ini menghasilkan keputusan terbaik untuk kemajuan bersama,” ujarnya.


Kemudian skill petani kopi harus ditingkatkan sehingga hasilnya meningkat lewat pendampingan pemerintah dan asosiasi. “Sistem dalam mengelola perkopian tidak boleh merugikan satu pihak pun. Bersatu untuk kepentingan nasional, memegang Bhinneka Tunggal Ika. Dan yang tidak kalah penting adalah speed dan target untuk menjadi yang terbesar,” tegasnya.


Sementara itu, Menteri Perindustrian Saleh Husin yang juga hadir sepakat dengan Wakil Ketua MPR Oesman Sapta. “Kita perlu memberi nilai tambah pada kopi dengan produk olahan dan mendorong peningkatan produktivitas petani. Sekitar 65 persen ekspor masih dalam bentuk biji kopi. Saat ini Indonesia ketiga setelah Brasil dan Vietnam. Di Vietnam hasil per hektare lebih tinggi dari Indonesia yang mempunyai 11 jenis kopi. Semoga momentum ini menjadi saat pengembangan kopi nasional dengan kemitraan petani, pengusaha, dan pemerintah dengan asas mutualisme,” tutur Saleh Husin. (*)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus