Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Peran BPKH Limited di Balik Jutaan Porsi Makanan Haji

BPKH Limited, perusahaan yang merupakan perpanjangan tangan dari Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Republik Indonesia, resmi berdiri di Arab Saudi.

2 Mei 2025 | 16.35 WIB

Tim Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (DJPHU) Kementerian Agama RI, bersama Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Republik Indonesia di Arab Saudi. Dok. BPKH
Perbesar
Tim Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (DJPHU) Kementerian Agama RI, bersama Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Republik Indonesia di Arab Saudi. Dok. BPKH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

INFO NASIONAL - Di balik sekotak makanan yang terhidang untuk jemaah haji Indonesia, tersembunyi kisah tentang harapan, nasionalisme, dan kerja keras anak negeri yang tak kenal lelah. Berawal dari mimpi sederhana menyajikan cita rasa kampung halaman di tengah padang pasir Arab, sekelompok pengusaha Indonesia merintis jalan panjang penuh tantangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Hingga akhirnya, rendang ayam dari Solo dan nasi pulen khas Surabaya berhasil menyeberang ribuan kilometer dan bisa didistribusikan kepada jamaah haji. Namun, distribusi makanan pada musim haji 2023 tak berjalan mulus. Jutaan porsi yang sudah bertumpuk di gudang Makkah tiba-tiba dilarang edar karena sebagian kecil produk tidak memenuhi standar konsumsi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dari kegagalan itu, lahirlah langkah-langkah baru yang lebih kuat. Pada Februari 2024, BPKH Limited, perusahaan yang merupakan perpanjangan tangan dari Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Republik Indonesia, resmi berdiri di Arab Saudi.

Dengan tekun, pihak BPKH Limited bertemu produsen makanan siap saji, berbicara dengan Kementerian Agama, Konsulat Jenderal RI, Kantor Urusan Haji Jeddah, hingga syarikah-syarikah lokal Arab Saudi.

“Makanan siap saji bukan hanya alternatif, tapi solusi di tengah kemacetan ekstrem saat puncak haji. Kami ingin memastikan, meski jalanan tertutup, makanan Indonesia tetap sampai ke tangan jemaah.”ujar Mudir BPKH Limited, Sidiq Haryono.

Bukan tugas yang mudah. Harga makanan siap saji dianggap terlalu tinggi sementara biaya konsumsi jemaah dibatasi pemerintah. Margin untung nyaris tak ada. Tapi, bagi BPKH Limited, ini bukan soal laba. Ini soal kedaulatan rasa. Ini tentang makna merah putih di Tanah Haram.

Seleksi produsen pun dilakukan ketat. Puluhan sesi uji rasa digelar. Tak semua produsen mampu membuat nasi steril yang tetap pulen meski disajikan tanpa pemanas. Di balik itu, ada juga tantangan klasik seperti dokumen yang tertahan di pelabuhan hingga barang yang hampir ditolak. Tapi berkat koordinasi erat antara BPKH Limited, KJRI Jeddah, KUH Jeddah, dan KBRI Riyadh, satu per satu hambatan itu berhasil diselesaikan.

Puncak dari perjuangan ini tiba pada musim haji 2024. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, dua porsi makanan siap saji produksi Indonesia resmi disantap oleh seluruh jemaah haji Indonesia di Makkah. Tahun berikutnya, 2025, jumlah itu melonjak menjadi enam porsi untuk seluruh 203.320 jemaah haji reguler.

Dalam satu musim haji, tercatat sebanyak 1.219.920 porsi makanan senilai lebih dari Rp 70,6 miliar berhasil disalurkan. Setiap kotak nasi opor atau semur daging yang disantap di hotel-hotel Jarwal, Misfalah, Raudhah, dan Syisya membawa misi besar yakni mengembalikan keberkahan haji ke bangsa sendiri. “Ini lebih dari sekadar bisnis. Ini sejarah,” tegas Iman Ni’matullah, Mudir BPKH Limited lainnya.

Misi Indonesia mengetuk pintu delapan syarikah besar di Tanah Suci pun menjadi babak baru perjuangan.  Dalam suhu panas ekstrem Arafah, Muzdalifah, dan Mina, enam jenis lauk siap saji Indonesia hadir di tengah kemacetan distribusi dengan kemasan steril, tahan setahun dan siap santap kapan pun.

Melihat keberhasilan itu, pada awal 2025, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (DJPHU) Kementerian Agama RI, bersama BPKH Limited, langsung bergerak. Mereka membawa proposal makanan siap saji Indonesia ke hadapan delapan syarikah besar di Arab Saudi. Bukan dengan tangan kosong, tapi dengan seluruh kesiapan rasa, mutu, harga, logistik, dan semangat bangsa.

Negosiasi berlangsung cepat. Hasilnya, lebih dari 1,3 juta porsi makanan siap saji dari Indonesia resmi dipesan untuk musim haji 1446 H/2025 M, khusus untuk masa puncak di Masyair. Nilai kontrak mencapai Rp 60 miliar. Sebuah angka yang mencerminkan bukan hanya keberhasilan bisnis, tetapi martabat bangsa yang terangkat di Tanah Suci.

Dalam setiap kotak nasi yang disantap jemaah, tersimpan cerita panjang tentang diplomasi, cinta tanah air, dan dedikasi. Sama seperti ketika Presiden Soekarno dulu menanam pohon mindi di Padang Arafah sebagai lambang cinta Indonesia kepada jemaah dunia, hari ini anak-anak bangsa menanam jejaknya lewat cita rasa. (*)

Tempo

Tempo

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus