Infografik

Profil dan Fakta-fakta Pegasus, Spyware Asal Israel

15 Juni 2023 | 13.36 WIB

https://statik.tempo.co/flash/data/flashgrafis/3345/PegasusIsrael.jpg
Perbesar

Kolaborasi jurnalis investigasi global, Organized Crime and Corruption Reporting Project, serta Forbidden Stories mengungkap penyimpangan penggunaan spyware untuk memata-matai aktivis, jurnalis, dan politikus di berbagai belahan dunia. Salah satu yang disebut dalam laporan tersebut adalah Pegasus, perangkat lunak produksi perusahaan intelijen asal Israel, NSO Group Technologies.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Profil Pegasus

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kemampuan

  • Masuk ke perangkat elektronik berbasis Internet milik target tanpa terdeteksi.
  • Setelah masuk, malware Pegasus akan menguasai perangkat dan semua akun media sosial target.
  • Menyedot semua data perangkat dan akun media sosial target.
  • Mengaktivasi kamera dan mikrofon serta GPS target.

Keunggulan

  • Masuk lewat berbagai pintu target tanpa diketahui.
  • Sulit sekali dideteksi jejaknya.

Data yang Disedot

  • Rekaman mikrofon
  • E-mail
  • Short message service
  • Pelacakan lokasi
  • Detail jaringan
  • Pengaturan perangkat
  • Riwayat di mesin pencarian
  • Detail kontak di telepon seluler
  • Akun media sosial
  • Riwayat panggilan telepon
  • Rekaman kalender
  • Pengambilan dokumen
  • Foto dan screenshot

Target perangkat

  • Android
  • iOS iPhone dan Mac
  • Semua perangkat tanpa kecuali

Puluhan ribu nomor telepon diincar

Berdasarkan hasil uji forensik CitizenLab, komunitas platform daring yang berbasis di Toronto, Kanada, dan Amnesty International, setidaknya ada 50 ribu nomor telepon yang sudah menjadi target penyadapan Pegasus. Mereka mendeteksi ada 37 telepon seluler milik aktivis hak asasi manusia, pengusaha, dan jurnalis yang disusupi Pegasus. Beberapa pemilik telepon seluler itu berdomisili di Meksiko, Hungaria, Uni Emirat Arab, Thailand dan negara lain.

Jejak di Indonesia

Peneliti CitizenLab asal Indonesia, Irene Poetranto mengatakan, pihaknya juga menemukan jejak Pegasus di Indonesia. Belum ada korban yang bersedia perangkatnya dianalisis tim forensik.

Indikasi keberadaan Pegasus di Indonesia

  • Pengadaan peralatan khusus intelijen dan keamanan zero-click intrusion system di Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya senilai Rp 99,1 miliar pada 2017.
  • Pengadaan alat khusus pengembangan zero-click intrusion system di Kepolisian RI senilai Rp 149,9 miliar pada 2018.
  • Pengiriman dua perangkat digital dari Q Cyber Technologies (NSO Group) lewat Bandar Udara Soekarno-Hatta dengan penerima PT Mandala Wangi Kreasindo pada 15 September 2020.

Respons Polri dan BIN

Polri dan BIN diduga menggunakan perangkat ini. Kepala Divisi Teknologi, Informasi, dan Komunikasi Polri Inspektur Jenderal Slamet Uliandi membantah warta bahwa lembaganya pernah membeli dan menggunakan Pegasus. Namun ia  mengakui lembaganya pernah menggunakan alat sadap bermetode zero-click.

Sementara itu, IndonesiaLeaks menyurati BIN untuk menanggapi dugaan tersebut. Tapi, hingga Sabtu, 10 Juni lalu, surat permohonan wawancara tersebut tak kunjung direspons.

INGE KLARA | SUMBER DIOLAH TEMPO
Rio Ari Seno

Rio Ari Seno

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum