Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

2 Putri Mantan Pemimpin Dunia Ini Tunjukkan Cinta pada Ayah

Bagaimana pun kondisi sang ayah, dua putri mantan pemimpin dunia ini tetap menunjukkan cinta dan baktinya sebagai anak.

12 Januari 2019 | 14.30 WIB

Maryam, putri Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif terganjal skandal fontgate alias warisan palsu untuk sembunyikan dugaan keterlibatan dalam Panama Papers. News.com.au
Perbesar
Maryam, putri Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif terganjal skandal fontgate alias warisan palsu untuk sembunyikan dugaan keterlibatan dalam Panama Papers. News.com.au

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -  Tindakan Maryam Nawaz, putri mantan Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif membela ayahnya yang sedang sakit di dalam penjara membuat hati basah. Langkahnya menggambarkan bagaimana anak seharusnya mengenang kebaikan orang tua, kendati orang tua sedang dalam posisi terpuruk. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Selain Maryam, putri dua mantan pemimpin dunia ini juga pernah melakukan tindakan serupa. Mereka bersuara dan membela ayah mereka apapun keadaannya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1. Aisha Gaddafi, putri mantan Perdana Menteri Libya Muammar Gaddafi

Kematian Gaddafi pada 2011 dengan cara dibunuh dalam sebuah pemberontakan telah menjadi pukulan bagi Aisha secara mental. Gaddafi tewas setelah 42 tahun berkuasa di Libya. 

Dikutip dari telegraph.co.uk, Sabtu, 12 Januari 2019, sejak kematian ayahnya dan suaminya yang seorang jenderal, Aisha, 42 tahun, melarikan diri ke Al Jazair, lalu pindah ke Oman bersama anggota keluarganya yang lain. Aisha adalah satu-satunya putri biologis Gaddafi dan dalam sebuah kesempatan, Aisha pernah berbicara blak-blakan soal cintanya ayahnya meski banyak orang menyebut Gaddafi adalah sosok diktator. 

“Dia (ayahnya, Gaddafi) adalah obat bagi sakit ku dan benteng bagi kesedihan ku,” kata Aisha.

Dia pernah pula menyuarakan dukungan bagi Saddam Hussein, mantan Presiden Irak yang senasib dengan ayahnya.   

“Ketika Anda mengalami pendudukan asing yang memperkosa perempuan-perempuan di negara Anda dan membunuh masyarakat di negara Anda, maka sah bagi Anda untuk memerangi mereka,” kata Aisha. 

Raghad Hussein, putri mantan Presiden Irak Saddam Hussein. Sumber: Khaled Abdullah/Reuters/aljazeera.com

2. Raghad Hussein, putri mantan Presiden Irak Saddam Hussein

Meski jatuh terpuruk, Raghad setia menemani ayahnya. Empat hari sebelum eksekusi mati terhadapnya dilakukan, Saddam Hussein menitipkan sebuah pesan kepada Radhad agar disampaikan kepada rakyat Irak. 

“Kepada seluruh rakyat ku yang terhormat, saya memasrahkan Anda dan jiwa saya kepada Allah yang Maha Pengasih, yang tidak mengecewakan orang-orang yang percaya pada-Nya, orang-orang yang jujur ... Allah Maha Besar. Tertanda Saddam Hussein, Presiden Republik dan Panglima Angkatan Bersenjata Irak, " tulis Raghad seperti yang disampaikan ayahnya, dikutip dari aljazeera.com, Jumat, 12 Januari 2019. 

Saddam Hussein dihukum gantung pada 30 Desember 2006 setelah meletup sebuah pemberontakan untuk menggulingkan pemerintahan ayahnya atau sejak invasi militer Amerika Serikat di Irak pada 2003. Raghad sekarang tinggal di Yordania.  

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus