Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Tindakan Maryam Nawaz, putri mantan Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif membela ayahnya yang sedang sakit di dalam penjara membuat hati basah. Langkahnya menggambarkan bagaimana anak seharusnya mengenang kebaikan orang tua, kendati orang tua sedang dalam posisi terpuruk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Selain Maryam, putri dua mantan pemimpin dunia ini juga pernah melakukan tindakan serupa. Mereka bersuara dan membela ayah mereka apapun keadaannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
1. Aisha Gaddafi, putri mantan Perdana Menteri Libya Muammar Gaddafi
Kematian Gaddafi pada 2011 dengan cara dibunuh dalam sebuah pemberontakan telah menjadi pukulan bagi Aisha secara mental. Gaddafi tewas setelah 42 tahun berkuasa di Libya.
Dikutip dari telegraph.co.uk, Sabtu, 12 Januari 2019, sejak kematian ayahnya dan suaminya yang seorang jenderal, Aisha, 42 tahun, melarikan diri ke Al Jazair, lalu pindah ke Oman bersama anggota keluarganya yang lain. Aisha adalah satu-satunya putri biologis Gaddafi dan dalam sebuah kesempatan, Aisha pernah berbicara blak-blakan soal cintanya ayahnya meski banyak orang menyebut Gaddafi adalah sosok diktator.
“Dia (ayahnya, Gaddafi) adalah obat bagi sakit ku dan benteng bagi kesedihan ku,” kata Aisha.
Dia pernah pula menyuarakan dukungan bagi Saddam Hussein, mantan Presiden Irak yang senasib dengan ayahnya.
“Ketika Anda mengalami pendudukan asing yang memperkosa perempuan-perempuan di negara Anda dan membunuh masyarakat di negara Anda, maka sah bagi Anda untuk memerangi mereka,” kata Aisha.
Raghad Hussein, putri mantan Presiden Irak Saddam Hussein. Sumber: Khaled Abdullah/Reuters/aljazeera.com
2. Raghad Hussein, putri mantan Presiden Irak Saddam Hussein
Meski jatuh terpuruk, Raghad setia menemani ayahnya. Empat hari sebelum eksekusi mati terhadapnya dilakukan, Saddam Hussein menitipkan sebuah pesan kepada Radhad agar disampaikan kepada rakyat Irak.
“Kepada seluruh rakyat ku yang terhormat, saya memasrahkan Anda dan jiwa saya kepada Allah yang Maha Pengasih, yang tidak mengecewakan orang-orang yang percaya pada-Nya, orang-orang yang jujur ... Allah Maha Besar. Tertanda Saddam Hussein, Presiden Republik dan Panglima Angkatan Bersenjata Irak, " tulis Raghad seperti yang disampaikan ayahnya, dikutip dari aljazeera.com, Jumat, 12 Januari 2019.
Saddam Hussein dihukum gantung pada 30 Desember 2006 setelah meletup sebuah pemberontakan untuk menggulingkan pemerintahan ayahnya atau sejak invasi militer Amerika Serikat di Irak pada 2003. Raghad sekarang tinggal di Yordania.