Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza, yang kini memasuki bulan ke-10, telah ditandai dengan banyaknya korban sipil warga Palestina dan kehancuran yang meluas, yang sebagian besar dipicu oleh senjata-senjata Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Seperti dilansir Anadolu pada Jumat 5 Juli 2024, Jerman sebagai pemasok senjata terbesar kedua ke Israel setelah Amerika Serikat, memainkan peran besar dalam memperburuk krisis ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Meskipun ada kecaman global dan seruan untuk mengakhiri penjualan senjata, Jerman, bersama Amerika Serikat, Italia dan Inggris, terus menjadi pemasok utama peralatan militer yang memperburuk kekerasan dan penderitaan di Gaza.
Senjata-senjata ini telah digunakan untuk membunuh lebih dari 38.000 warga Palestina di Gaza dalam kurun waktu 10 bulan dan melukai hampir 90 ribu warga Palestina.
Senjata berat itu juga menghancurkan hampir seluruh daerah kantong yang terkepung, dimana Israel juga memberlakukan blokade yang melumpuhkan pasokan makanan, air, obat-obatan, dan semua kebutuhan kemanusiaan.
Negara-negara Barat ini, khususnya AS, Jerman, Italia, dan Inggris, tidak menghiraukan seruan dari para pejabat tinggi kemanusiaan dan pakar di segala bidang. Mereka terus memberikan pasokan militer ke Israel, meskipun ada kemungkinan besar mereka bersalah karena membantu dan bersekongkol dalam genosida.
Misalnya, pada April, Dewan Hak Asasi Manusia PBB menyetujui embargo senjata terhadap Israel, dengan 28 negara memberikan suara mendukung, enam menentang, dan 13 abstain.
Di antara mereka yang menentang usulan tersebut adalah Amerika Serikat dan Jerman, yang merupakan dua sumber senjata utama bagi Israel.
Berikut ini adalah rincian senjata dan dukungan militer yang diberikan negara-negara tersebut kepada Israel.
Amerika Serikat
Sebagai pemasok senjata utama ke Israel, AS menyediakan 69% impor senjata konvensional Tel Aviv antara 2019 dan 2023, menurut laporan Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI).
Sejak 7 Oktober lalu, ketika konflik di Gaza baru-baru ini dimulai, AS telah secara signifikan meningkatkan dukungan militernya untuk Israel, menyetujui dan mengirimkan lebih dari 100 penjualan peralatan militer asing secara terpisah.
Bantuan besar ini mencakup beragam senjata dan amunisi seperti pertahanan udara, amunisi berpemandu presisi (PGM), peluru artileri, peluru tank, dan senjata ringan, demikian yang dilaporkan Yayasan Pertahanan Demokrasi (FDD) yang berbasis di Washington.
Pentagon juga menyewakan kembali dua baterai Iron Dome ke Israel dan memindahkan pencegat Tamir dari inventaris AS.
Selain itu, Washington menyediakan Joint Direct Attack Munitions (JDAMs) dan Small Diameter Bombs (SDBs) dalam jumlah besar, dan menyetujui penjualan peralatan panduan SPICE untuk meningkatkan kemampuan serangan presisi Israel.
Pengiriman lainnya termasuk peluru artileri 155 mm, rudal Hellfire, amunisi 30 mm, dan peluru tank 120 mm. Senjata kecil dan perlengkapannya, seperti perangkat penglihatan malam PVS-14 dan Bunker Defeat Munitions, juga dipasok.
Media Israel juga melaporkan bahwa pada akhir Januari, Washington berencana menjual pesawat F-35, helikopter serang Apache, helikopter Sikorsky UH-60 Black Hawk dan SH-60 Seahawk, drone, howitzer M109, sistem peluncuran roket ganda M270, Fighting Falcon F-16, dan ribuan peluru artileri ke Israel.
Pada akhir Maret, pemerintahan Biden juga telah menyetujui penjualan 25 unit F-35 dan mesin pesawat ke Israel senilai $2,5 miliar.
Paket ini juga mencakup pengiriman 1.800 bom terarah MK-84 dan 500 bom terarah MK-82. AS dan Israel juga menandatangani perjanjian pada 4 Juni untuk penjualan 25 pesawat F-35.
Jerman
Jerman adalah eksportir senjata terbesar kedua ke Israel dalam hal senjata konvensional utama, dengan lebih dari 25% impor antara 2019 dan 2023.
Berlin sebagian besar memasok Israel dengan kapal selam, kapal perang, mesin kendaraan dan pesawat terbang, serta torpedo, yang seringkali menutupi sepertiga biaya bantuan militer, menurut data dari Workers in Palestine.
Jerman telah menyetujui ekspor senjata senilai €326 juta ke Israel sebelum 7 Oktober, dan terus mengizinkan lisensi untuk peralatan militer seperti amunisi pelatihan, menurut laporan Forensis yang berbasis di Berlin.
Lisensi ini juga mencakup teknologi militer, peralatan elektronik, kapal perang, peralatan khusus angkatan laut, bom, torpedo, roket, rudal, dan alat peledak lainnya.
Pada 2023, Jerman melakukan ekspor senjata dalam jumlah besar ke Israel, termasuk dua korvet kelas Sa’ar 6, 10 torpedo DM2A4 Seehecht untuk kapal selam Dolphin, dan sejumlah mesin diesel untuk berbagai kendaraan militer, seperti dilansir SIPRI.
Korvet Sa’ar 6, yang sebagian didanai oleh pemerintah Jerman, mulai beroperasi selama serangan Israel di Gaza. Kapal perang ini secara aktif berpartisipasi dalam serangan lepas pantai dan berkontribusi pada blokade Angkatan Laut Israel di Gaza.
Pengangkut Personil Lapis Baja (APC) Eitan, yang ditenagai oleh mesin diesel Jerman, dengan cepat memasuki status operasional di Gaza. Baik Eitan maupun kendaraan tempur infanterinya telah dikerahkan di garis depan, mendukung pasukan Israel dalam operasi penyerangan perkotaan.
Jerman juga mengekspor mesin diesel untuk tank Merkava-4, yang merupakan bagian integral dari invasi darat Israel. Sejak Oktober lalu, tank-tank tersebut telah digunakan dalam serangan terhadap warga sipil dan infrastruktur di Gaza.
Januari ini, mingguan berita Jerman Der Spiegel melaporkan bahwa Berlin setuju untuk memasok Israel dengan 10.000 butir amunisi tank 120mm dari persediaan militernya, menyusul permintaan Israel pada bulan November lalu.
Italia
Italia adalah eksportir senjata terbesar berikutnya ke Tel Aviv, yang menyumbang 0,9% dari impor Israel dari 2019 hingga 2023, menurut laporan SIPRI.
Pada kuartal terakhir tahun 2023, Italia mengekspor senjata dan amunisi ke Israel senilai €2,1 juta, menurut media Italia.
“Pada Desember saja, saat ini di tengah pemboman yang dilakukan tentara dan angkatan udara Israel di Jalur Gaza, yang menimbulkan dampak buruk bagi penduduk sipil, ekspor Italia mencapai 1,3 juta euro, sehingga menandai puncak periode tersebut pada Oktober dan pada November)," majalah berita Italia Altreconomia melaporkan.
Menurut Institut Statistik Nasional Italia (ISTAT), sebagian besar ekspor ini berkaitan dengan kategori seperti senapan, senjata pegas, dan senjata serupa yang menggunakan udara atau gas bertekanan.
Sementara itu, sejumlah besar €430.000 dialokasikan untuk suku cadang dan aksesori untuk beragam senjata api, termasuk senapan mesin, revolver, pistol, dan perangkat lainnya.
Inggris
Menteri Luar Negeri David Cameron mengumumkan pada April bahwa Inggris tidak akan menghentikan penjualan senjata ke Israel setelah pemeriksaan menyeluruh terhadap pedoman hukum terbaru di tengah krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di Gaza.
Perusahaan-perusahaan Inggris seperti BAE Systems tetap terlibat dalam memasok persenjataan ke Israel, termasuk komponen untuk jet tempur F-15, F-16, dan F-35, menurut laporan Action on Armed Violence yang berbasis di London.
Inggris memasok sekitar 15% komponen pembom siluman F-35 yang saat ini digunakan di Gaza, menurut Human Rights Watch.
Selain itu, terdapat 28 izin peralatan militer Inggris aktif dan 28 tertunda yang dapat digunakan Israel di Gaza.
Namun, Menteri Pertahanan Grant Shapps mengklaim bahwa ekspor pertahanan Inggris ke Israel “relatif kecil,” dengan total £42 juta pada 2022.
Menurut data dari Kampanye Melawan Perdagangan Senjata (CAAT), Inggris telah mengizinkan ekspor senjata senilai £560 juta ke Israel sejak 2008.
“Hal ini tidak mencakup seluruh skala ekspor militer Inggris ke Israel karena banyak izin ekspor senjata ke Israel yang ‘terbuka’ dan tidak ada batasan pada jumlah ekspor berlisensi atau nilainya; dan banyak izin yang diberikan kepada AS, untuk dimasukkan ke dalam sistem persenjataan yang lebih besar untuk selanjutnya diekspor ke Israel,” kata laporan CAAT.
“Ekspor yang paling dapat dilacak dari Inggris ke Israel adalah komponen jet tempur F-35 dan F-16 – keduanya digunakan oleh IDF (Tentara Israel) di Gaza,” tambahnya.
CAAT mengatakan dalam laporan lain bahwa industri pertahanan Inggris memasok 15% komponen yang digunakan dalam pesawat tempur siluman F-35, yang “saat ini digunakan dalam pemboman di Gaza.”
Menurut perkiraan CAAT, nilai komponen yang dipasok oleh Inggris setidaknya berjumlah £336 juta sejak 2016.
ANADOLU