Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah Afghanistan, Amerika lanjut mengkahiri pertempurannya di Irak. Hal itu disepakati dalam pertemuan dengan Pm Irak Mustafa al-Kadhimi pada Senin waktu setempat. Dalam kesepakatannya, Amerika mengatakan misi pertempuran akan berakhir pada penghujung 2021.
Meski misi pertempuran bakal berakhir, Amerika menyatakan satuan militer Amerika akan tetap berperan di Irak. Presiden Joe Biden berkata, Militer Amerika akan berfungsi sebagai penasihat dan pelatih, memastikan Irak siap merespon ancaman dari sisa-sisa ISIS.
Pemerintah Irak mengamini pernyataan Joe Biden. Mereka berkata, peperangan dengan ISIS belum usai. Walau begitu, mereka menyakini berkurangnya peran Amerika di pertempuran tidak akan berdampak besar. Beberapa waktu terakhir, Irak lebih banyak berperan di pertempuran dengan ISIS sementara Amerika fokus ke pelatihan.
"Jika kalian melihat kondisi kami sekarang dengan helikopter Apache dan pelatihan dari Militer Amerika, kami sudah berevoluasi. Jadi, di akhir tahun, kami rasa kami akan berada di posisi yang baik," ujar pernyataan pers Pemerintah Irak, dikutip dari Al Jazeera, Senin, 26 Juli 2021.
Sejauh ini ada 2500 personil Militer Amerika yang ditempatkan di Irak. Tugas mereka per hari ini adalah membalas serangan sisa-sisa ISIS. Berbeda dengan situasi di Afghanistan, mereka tidak akan ditarik seluruhnya.Presiden AS Joe Biden menyalami Perdana Menteri Irak Mustafa Al-Kadhimi selama pertemuan bilateral di Oval Office Gedung Putih di Washington, AS, 26 Juli 2021. [REUTERS/Evelyn Hockstein]
Berapa banyak yang akan dipertahankan, pejabat senior kedua negara enggan mengungkapkan. Kadhimi juga menolak untuk berspekulasi tentang penarikan pasukan AS di masa depan, dengan mengatakan jumlah pasukan akan ditentukan oleh tinjauan teknis.
Mustafa Al-Kadhimi, sejauh ini, memastikan kontrol terhadap milisi yang berpihak ke Iran terjaga. Ia ingin Irak tidak sepenuhnya bergantung pada Amerika walau di satu sisi menjaga hubungan baik. Ketika Militer Amerika menyerang milisi bekingan Iran di perbatasan Suriah, Kadhimi menyebutnya sebagai pelanggaran kedaulatan Irak.
Kadhimi menekankan bahwa pemerintahnya bertanggung jawab untuk menanggapi serangan semacam itu. Dia mengakui bahwa dia telah menghubungi Iran untuk menangani mereka.
"Kami berbicara dengan Iran dan lainnya dalam upaya untuk membatasi serangan ini, yang merusak Irak dan perannya," katanya soal situasi di Irak.
Di luar kesepakatan mengakhiri misi pertempuran, kedua negara juga menyepakati pemberian 500 ribu dosis vaksin COVID-19 Pfizer/BioNTech. Harapannya, vaksin tersebut akan tiba dalam beberapa minggu ke depan. Amerika juga akan menyediakan US$5,2 juta (Rp75,3 miliar) untuk membantu mendanai misi PBB untuk memantau pemilihan Oktober di Irak.
Baca juga: Pangkalan Militer AS di Irak Dihantam Roket, Tiga Korban Luka-luka
AL JAZEERA | ISTMAN MP
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini