Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Warga Palestina yang tinggal di permukiman Sheikh Jarrah dibatasi dengan barikade yang menghalangi membatasi jalan masuk dan keluar rumah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Jalan Othman Ibn Afan, siswi Palestina Tala Abu Diab yang berusia 15 tahun, dua kali sehari harus menyerahkan surat-suratnya kepada polisi Israel bersenjata yang ditempatkan 24 jam sehari di penghalang jalan di kedua ujung jalannya, menunggu izin untuk pergi dan pulang dari rumahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Hidup kami bukan kehidupan biasa lagi, saya tidak bisa keluar untuk melihat teman-teman saya dan mereka juga tidak bisa masuk untuk melihat saya," kata Abu Diab, dikutip dari Reuters, 17 Juni 2021.
"Jika mereka mengizinkan teman-teman saya masuk, yang jarang mereka lakukan, mereka tinggal selama 30 menit sebelum bentrokan mulai terjadi...jadi teman-teman saya harus meninggalkan lingkungan itu. Itu mempengaruhi saya, saya tidak melihat orang lagi kecuali anggota keluarga," katanya.
Tala, anggota keluarga Abu Diab, warga Palestina dari Sheikh Jarrah yang menghadapi kemungkinan pengusiran setelah pengadilan Israel mendukung klaim tanah pemukim ilegal Yahudi, berbicara kepada seorang teman di lingkungannya di Yerusalem Timur 14 Juni 2021 [REUTERS/Ammar Awad]
Polisi Israel mengatakan penghalang jalan dan pembatasan adalah untuk mencegah gesekan antara warga Palestina dan pemukim Israel, yang telah pindah ke beberapa rumah di jalan itu.
Penghalang itu ditingkatkan menjadi beton setelah seorang pengendara Palestina menabraknya dengan kecepatan tinggi sebulan yang lalu. Dia ditembak mati oleh polisi yang ditempatkan di sana, enam di antaranya terluka.
Sementara drama politik dan pengadilan dimainkan, Abu Diab mengatakan dia dan saudaranya semakin merasa terkurung di jalan.
"Ini mempengaruhi kesehatan mental saya," kata Abu Diab, yang sekolahnya berjarak 15 menit. "Jika saya pergi, mereka (polisi Israel) mengganggu saya dan ketika saya kembali, mereka mengganggu saya. Ini sangat sulit."
Saleh Abu Diab, seorang warga Palestina dari Sheikh Jarrah, mengambil bagian dalam protes terhadap kemungkinan pengusirannya setelah pengadilan Israel menerima klaim tanah pemukim Yahudi, di lingkungannya di Yerusalem Timur, 11 Juni 2021. [REUTERS/Ammar Awad]
Ketegangan muncul dari sengketa yang berlangsung lama di mana pemukim Yahudi berusaha mencuri rumah Abu Diab dan lainnya dalam kasus yang telah menarik perhatian internasional dan protes hampir setiap hari.
Pengadilan Israel memutuskan pada Oktober mendukung klaim pemukim ilegal Israel yang mengatakan keluarga Palestina tinggal di tanah yang dulunya milik orang Yahudi di wilayah yang direbut Israel dalam perang 1967 dan kemudian dicaplok dalam sebuah langkah yang tidak diakui secara internasional.
Orang-orang Palestina, yang mempertanyakan legitimasi dokumen para pemukim, telah mengajukan banding atas putusan tersebut. Mahkamah Agung Israel akan mengadili kasus Sheikh Jarrah pada 2 Agustus.
REUTERS