Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Alphabet Inc, induk perusahaan Google, akan melakukan PHK pada sekitar 12 ribu karyawan karena menghadapi sebuah kesulitan ekonomi. Hal ini tertuang dalam sebuah memo kepada staf.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam memo tersebut juga dijelaskan Alphabet akan meningkatkan jumlah kecerdasan buatannya (AI) dan memangkas staf yang telah membantu sejumlah proyek eksperimental. PHK akan berdampak pada sekitar 6 persen tenaga kerja Alphabet.
Langkah PHK yang dilakukan Alphabet ini, menambah panjang daftar perusahaan teknologi raksasa juga sebelumnya juga memangkas jumlah pegawai di antaranya Amazon.com, Inc, Microsoft Corp, dan Meta Platforms Inc, yang menurunkan jumlah pegawai setelah pandemi Covid-19 yang panjang hingga berdampak pada ekonomi. Sebelumnya, perusahaan teknologi raksasa tersebut melakukan perekrutan karyawan besar-besaran sehingga tak kuat saat ekonomi melemah
Kabar PHK karyawan Alphabet ini, membuat saham perusahaan itu naik sampai 4 persen pada Jumat, 20 Januari 2023. Alphabet berkantor pusat di Mountain View, California. Pada periode 2020 dan 2021 meningkatkan jumlah karyawan hampir satu pertiga, tetapi dalam 12 bulan terakhir bisnis mereka turun sampai 30 persen.
Sundar Pichai, Kepala Alphabet sejak 2019, mengatakan dalam memo untuk stafnya pada Jumat kemarin kalau dia bertanggung jawab sepenuhnya atas segala keputusan yang mengarah pada PHK karyawan. Dia juga menyebut ini adalah saatnya untuk mempertajam fokus perusahaan, merekayasa ulang biaya dasar dan mengarahkan talenta yang dimiliki karena Alphabet ingin mengilhami produknya dengan lebih banyak kecerdasan buatan.
Ucapan Pichai itu mirip dengan komentar dari Microsoft saat mengumumkan PHK pada Rabu, 18 Januari 2023. Alphabet dan Microsoft sudah lama menjadi kompetitor, di mana Alphabet dilaporkan sedang berupaya mendorong sahamnya di ChatGPT.
“Ini cukup jelas kalau Alphabet pun tidak imun dari kerasnya penurunan ekonomi dengan sejumlah kekhawatiran kalau resesi di Amerika Serikat akan tumbuh,” kata Susannah Streeter, analis di Hargreaves Lansdown.
Sumber: Reuters
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.