Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Seoul -- Pemerintah Korea Utara mengecam latihan militer besar-besaran Amerika Serikat dan Korea Selatan di kawasan Semenanjung Korea karena membuat perang menjadi tidak terelakkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kementerian Luar Negeri Korea Utara menyalahkan latihan perang ini sebagai aksi konfrontasi dari AS yang gemar perang. "Pertanyaannya sekarang adalah: kapan perang akan pecah?" begitu pernyataan Kemenlu Korea Utara seperti dilansir Reuters, Kamis, 7 Desember 2017. "Kami tidak menginginkan perang namun tidak akan lari dari perang."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: 49 Negara Langgar Sanksi PBB terkait Senjata Nuklir Korea Utara
Pemerintah Cina, yang merupakan sekutu terdekat Korea Utara, berupaya menurunkan ketegangan dengan mengatakan perang bukanlah jawaban. "Kami harap semua pihak bisa tetap tenang dan menahan diri dan mengambil langkah-langkah menurunkan ketegangan dan tidak memprovokasi satu sama lain," kata Geng Shuang, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina.
Menurut Geng,"Pecahnya perang tidak menguntungkan siapapun. Rakyat akan menjadi pihak yang paling menderita."
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan latihan militer AS dan retorika agresif membuat peningkatan ketegangan. Dia mengatakan ini di sela-sela sebuah konferensi di Wina kemarin. Lavrov mengatakan telah menyampaikan kepada Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson, mengenai keinginan Korea Utara menggelar pembicaraan langsung dengan AS.
"Kita tahu bahwa Korea Utara ingin berbicara langsung dengan AS mengenai jaminan atas keamanannya. Kami siap mendukung dan ikut serta memfasilitasi proses negosiasi ini," begitu dilansir kantor berita Interfax seperti dikutip Reuters.
Menanggapi ini, juru bicara Kemenlu AS, Heather Nauert, mengatakan pembicaraan langsung dengan Korea Utara tidak bisa terjadi hingga negara itu setuju untuk melucuti senjata nuklirnya.
"Ini merupakan hal yang telah disetujui Rusia, Cina dan semua negara di seluruh dunia," kata Nauert dalam sesi jumpa pers ke media. Nauert menuding Korea Utara tidak menunjukkan keinginan serius untuk berunding jika terus menerus menembakkan rudal balistik.
Juru bicara Kemenlu AS lainnya, Justin Higgins, mengatakan Korea Utara harus siap ke meja perundingan dengan rencana tidak hanya menghentikan semua program senjata nuklirnya tapi juga menutup program ini.
Wakil Menteri Luar Negeri Cina, Zheng Zequang, bakal bertemu dengan Matt Pottinger, yang mengepalai urusan Asia di Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih pada Kamis, 7 Desember 2017 untuk membahas soal Korea Utara.