Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kazakhstan semakin menjauhkan diri dari Moskow setelah untuk pertama kalinya diberlakukan larangan berbicara bahasa Rusia dalam pertemuan kabinet. Negara bekas Uni Soviet itu selama ini menggunakan dua bahasa resmi, yakni Rusia dan bahasa aslinya, Kazakh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kebijakan yang mulai resmi dijalankan pada Selasa, 27 Februari 2018 itu, atas perintah presiden Nursultan Nazarbayev. Presiden Nazarbayev yang memiliki kekuatan penuh di negara itu memerintahkan pengalihannya pada hari sebelumnya setelah mempertimbangkan opini publik.
Baca: Strategi Kazakhstan Masuk 30 Top Ekonomi Dunia Tahun 2050
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Nazarbayev merupakan satu-satunya pemimpin Kazakhstan di era Soviet yang masih berkuasa. Pria berusia 77 tahun itu telah menjalankan pemerintahan di negara Asia Tengah itu sejak tahun 1989. Dia fasih bahasa Kazakh dan Rusia serta kerap bergantian menggunakannya saat berpidato.
Tapi banyak orang Kazakhstan, termasuk beberapa pejabat senior, lebih memilih menggunakan bahasa Rusia dan rapat kabinet umumnya juga dua bahasa.
Namun dalam pertemuan kabinet yang disiarkan langsung di televisi pemerintah pada Selasa lalu, hanya satu peserta di ruangan tersebut yang gunakan bahasa Rusia. Menteri Pendidikan Yerlan Sagadiyev, diizinkan untuk berbicara bahasa Rusia saat melakukan video conference dengan pejabat provinsi.
Setelah merdeka, banyak negara bekas republik Uni Soviet bergegas melewati proses pemutusan hubungan dengan Moskow yang dikenal sebagai de-Russification.
Baca: Dubes: Ekonomi Kazakhstan Makmur tanpa Senjata Nuklir
Namun Kazakhstan,yang berdiri sendiri pada tahun 1991 menjalaninya sedikit lebih lambat dibanding negara-negara bekas Soviet lainnya karena populasi etnis Kazakh pada waktu itu masih sedikit.
Empat tahun kemudian, Nazarbayev menjadikan Rusia sebagai bahasa resmi kedua.
Dalam sensus yang disusun pada tahun 2009, hanya 62 persen penduduk mengatakan mereka fasih berbahasa lisan dan tulisan Kazakh, dibandingkan dengan 85 persen yang fasih berbahasa Rusia.
Kini situasinya pelan-pelan mulai bergeser ketika jumlah etnis Kazakh semakin bertambah. Terdapat 69 persen etnik dari total populasi negara kaya minyak itu, yakni 18 juta jiwa. Adapun populasi etnis Rusia tinggal seperlima.
Meski begitu bahasa Rusia terus mendominasi, menimbulkan tekanan publik bagi pemerintah untuk lebih aktif mempromosikan bahasa Kazakh. Bahasa Kazakh lebih mirip dengan bahasa Turki, dan hanya ada sedikit kesamaan dengan bahasa Rusia.
Baca: Kazakhstan Mereformasi Konstitusi
Nazarbayev tetap gigih untuk mengajak warga Kazakhstan mencintai bahasanya. Tahun lalu ia mengumumkan peralihan ke alfabet Kazakh berbasis bahasa Latin yang baru yang secara bertahap akan mengganti skrip Cyrillic yang diadaptasi dari bahasa Rusia.
Langkah itu bukan tanpa hambatan. Bulan ini dia mengubah keputusannya sendiri setelah banyak orang Kazakh mengkritik penggunaan apostrof digabungkan dengan huruf Latin untuk menunjukkan beberapa huruf Kazakh. Skrip baru ini menggunakan aksen bergaya Prancis.
Nazarbayev akan mewajibkan rapat parlemen Kazakhstan menggunakan bahasa ibunya dan bagi yang tidak fasih harus diberi terjemahan simultan. Ia juga mewajibkan menteri-menterinya untuk menggunakan bahasa Kazakh dalam setiap kesempatan resmi negara.