Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Bendungan Air di Laos Jebol, Banjir Melebar ke Provinsi Lain

Banjir bandang yang disebabkan oleh jebolnya sebuah bendungan air di Laos telah berdampak luas. Puluhan ribu orang dievakuasi.

27 Juli 2018 | 14.51 WIB

Warga berada di atap rumah saat banjir yang diakibatkan jebolnya bendungan pembangkit lisrik tenaga air (PLTA) di selatan Laos, 24 Juli 2018. Sebanyak 19 orang tewas dan lebih dari 6.600 orang kehilangan tempat tinggal akibat insiden ini. (Attapeu Today via AP)
Perbesar
Warga berada di atap rumah saat banjir yang diakibatkan jebolnya bendungan pembangkit lisrik tenaga air (PLTA) di selatan Laos, 24 Juli 2018. Sebanyak 19 orang tewas dan lebih dari 6.600 orang kehilangan tempat tinggal akibat insiden ini. (Attapeu Today via AP)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 25 ribu penduduk di Provinsi Stung Treng, sebuah wilayah di utara Kamboja, terdampak musibah jebolnya bendungan air Xepian Xe Nam Noy Dam di Provinsi Attapeu, Laos. Kantor berita Kamboja melaporkan pihak berwenang di Stung Treng sedang berusaha mengevakuasi kota-kota dan desa-desa di hilir bendungan karena kapasitas air yang sudah naik di atas 12 meter di beberapa tempat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Situs berita TIME melaporkan bahwa pada Rabu pagi, 25 Juli 2018, genangan air di wilayah Provinsi Stung Treng tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera surut. Sebaliknya, ketinggian air diperkirakan akan naik dan menyebar ke provinsi lain dalam beberapa hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hingga Jumat, 27 Juli 2018, banjir bandang akibat jebolnya bendungan pusat pembangkit listrik tenaga air di Laos telah menyebabkan setidaknya 26 orang tewas dan 6.000 warga di wilayah selatan Laos kehilangan tempat tinggal. Perdana Menteri Laos Thongloun Sisoulith mengatakan musibah ini adalah bencana terburuk yang pernah terjadi di Laos dalam beberapa dekade.

Sejumlah warga dievakuasi menggunakan perahu saat banjir yang diakibatkan jebolnya bendungan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di selatan Laos, 24 Juli 2018. Perusahaan pembangun bendungan menyatakan rusaknya bendungan itu akibat hujan lebat dan banjir. (Attapeu TV via AP)

Lebih dari 11.777 penduduk terkena dampak dari jebolnya bendungan air ini. PBB mencatat 6.000 orang telah mengungsi. Penglihatan dari udara memperlihatkan kota-kota tenggelam oleh air bah dan masih banyak penduduk yang menunggu di atas atap rumah dengan beberapa bekal yang mereka punya.

Gubernur Provinsi Attapeu Bounhom Phommasan mengatakan tim penyelamat telah menyelamatkan 2.851 warga dari banjir dan masih ada lebih dari 3.000 warga menunggu tim penyelamat. Diperkirakan sekitar 26 mayat telah dievakuasi dari lumpur dan tim penyelamat masih mencari 131 warga lainnya.

Bendungan air Xepian Xe Nam Noy Dam di Provinsi Attapeu, Laos, merupakan sebuah proyek bernilai miliaran dolar yang dibiayai oleh Korea Selatan. Bendungan ini masih dalam tahap pembangunan ketika jebol pada Senin, 23 Juli 2018, sekitar pukul 20.00. Jebolnya bendungan tersebut terjadi tanpa ada peringatan dan dengan cepat membanjiri seluruh desa dengan intensitas air lebih dari 5 miliar meter kubik.

Bendungan ini dibangun di anak sungai Mekong, yang merupakan sungai terpanjang di Asia Tenggara. Sungai Mekong membentang dari Dataran Tinggi Tibet melalui Cina, Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, dan Vietnam. Sungai Mekong merupakan sumber daya regional yang berperan penting dalam ketersediaan ikan dan tenaga air pembangkit listrik bagi penduduk yang tinggal di sepanjang sungai.

Komisi Organisasi Sumber Daya Mekong Laos-Kamboja-Vietnam mengatakan banjir bandang akibat jebolnya bendungan air di wilayah Laos Selatan akan menyebabkan ketinggian air naik ke hilir. Sampai saat ini, belum ada kabar tentang kerusakan atau jumlah korban tewas di daerah hilir, Kamboja. Sisoulith mengatakan upaya penyelamatan internasional sedang dilakukan dan tim penyelamat bekerja untuk merelokasi mereka yang tinggal di daerah hilir, yang diperkirakan akan terkena banjir dalam beberapa hari mendatang.

ALISHA ULFAH FIRDIANI | CNN | TIME

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus