Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian terbaru dari ilmuwan Swedia mengungkapkan, karakteristik seseorang dalam pilihan politik dapat ditentukan melalui cara dia mengendus sesuatu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Orang yang mengerutkan hidung secara terang-terangan saat menghirup bau badan yang tidak enak, cenderung menjadi atau mendukung politisi yang otoriter. Dan, jika tidak mempermasalahkan bau badan orang lain dikatakan memiliki pemikiran yang lebih demokratis.
Baca: Riset Hanya Jadi Pembenar Keputusan Politik
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pemimpin studi tersebut, Dr Jonas Olofsson dari Universitas Stockholm, mengatakan adanya hubungan yang solid antara rasa jijik seseorang terhadap bau busuk dan keinginannya menjadi atau dipimpin seorang diktator.
Menurutnya, orang-orang yang sensitif terhadap bau badan seseorang menginginkan politisi yang mampu membungkam kelompok yang berbeda dengan mereka.
"Jenis masyarakat itu sangat ingin mengurangi kontak di antara kelompok yang berbeda dan setidaknya secara teori, akan mengurangi kemungkinan mereka jatuh sakit," katanya.
Baca: Berpose Seksi Demi Karier Politik
Tim Oloffson berteori bahwa ada hubungan antara perasaan jijik dan bagaimana seseorang menginginkan masyarakat untuk diorganisir.
Untuk menguji idenya, para peneliti mengembangkan sebuah skala yang memungkinkan peserta studi menilai tingkat jijik mereka saat terpapar bau badan seperti keringat atau urine.
Survei online kemudian dilakukan di berbagai negara, di mana sampelnya menjawab pertanyaan tentang pandangan politik mereka dan mengungkapkan tingkat kejijikannya.
Menurut peneliti dari Swedia tersebut, pendukung presiden Amerika Serikat, Donald Trump masuk dalam kategori pertama.
Bagian lain dari studi yang melibatkan 391 peserta tersebut difokuskan pada pemilihan presiden AS pada tahun 2016.
Baca: Duh, Masuk Masjid di Arab Saudi dengan Bau Badan Bakal Didenda
"Ini menunjukkan bahwa orang yang lebih jijik dengan bau juga lebih cenderung memilih Donald Trump daripada mereka yang kurang sensitif," kata Olofsson, seperti dilansir News.com.au pada 28 Februari 2018.
Para psikolog percaya bahwa temuan ini terkait dengan insting yang dalam untuk menghindari penyakit menular yang terkait dengan bau busuk.
Rasa jijik adalah emosi dasar yang diakui berevolusi untuk bertahan hidup. Pada dasarnya ini menawarkan perlindungan terhadap hal-hal yang berpotensi menular dan berbahaya, seperti daging busuk, muntah dan kotoran.
Temuan ilmiah kaitan bau badan dengan kepentingan politik dipublikasikan di jurnal Royal Society Open Science.