Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
MARIAM Mahamat Savil tampak lusuh dan luluh. Toh, perempuan berusia 25 tahun ini seperti tak hirau akan terik matahari yang menyengat tubuh lusuhnya di sebuah siang dua pekan lalu. Selepas subuh, ia sudah berdiri antre bersama ribuan rekan senasib di kamp pengungsi di Iridami, daerah perbatasan Sudan-Chad. Di ujung antrean, di sebuah tenda kanvas, mereka menerima sebuah bungkusan yang hanya berisi setengah kilogram sorgum (sejenis gandum), 50 gram semolina, serta minyak, kacang, dan garam masing-masing 25 gram. "Selalu seperti ini, setiap hari," Mariam menggumam.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo