Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menentang kepungan Israel kepada masyarakat Gaza yang diklaim sebagai hukuman kolektif untuk Palestina atas serangan Hamas kepada Israel. Menurut Guterres, rakyat sipil Palestina seharusnya dilindungi.
Hal itu dikatakan Guterres kepada dewan keamanan PBB beberapa hari lalu. “Melindungi warga sipil tidak berarti memerintahkan lebih dari satu juta orang untuk mengungsi ke selatan, di mana tidak ada tempat berlindung, tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada obat-obatan dan tidak ada bahan bakar, dan kemudian terus melakukan pengeboman di bagian selatan itu sendiri.” ujar Guterres seperti dilansir dari Al Jazeera.
Ia juga menyatakan, serangan Hamas kepada Israel secara tidak langsung juga dipicu oleh pendudukan Israel kepada Palestina selama 56 tahun.
Menanggapi hal itu, Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan marah dan menuding Guterres tidak paham terorisme. “Pernyataannya bahwa ‘serangan Hamas tidak terjadi dalam ruang hampa’ mengungkapkan pemahamannya terhadap terorisme dan pembunuhan,” Erdan memposting di X.
Mantan Presiden Sosialis Internasional
Dilansir dari www.un.org, Guterres lahir di Lisbon pada 1949, lulus dari Instituto Superior Técnico dengan gelar dalam teknik. Ia juga fasih dalam beberapa bahasa, termasuk Portugis, Inggris, Prancis, dan Spanyol. Sebelum berkiprah di PBB, Guterres adalah mantan Perdana Menteri Portugal dan pernah menjabat sebagai Presiden Sosialis Internasional, organisasi partai politik sedunia yang berupaya membangun sosialisme demokratis.
Sebelum terlibat dalam urusan internasional, Guterres memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun dalam pemerintahan dan dinas publik. Ia pernah menjabat sebagai perdana menteri Portugal pada 1995 hingga 2002 dan berperan penting dalam upaya internasional untuk menyelesaikan krisis di Timor Timur.
Dilansir dari edition.cnn.com, sebagai presiden Dewan Eropa pada awal tahun 2000, ia juga memimpin pengesahan Agenda Lisbon untuk pertumbuhan dan lapangan kerja, serta memimpin pertemuan awal antara Uni Eropa dan Afrika. António Guterres juga merupakan anggota aktif Parlemen Portugal, melayani selama 17 tahun dan menjabat sebagai ketua berbagai komite parlemen.
Selain karir politiknya, António Guterres aktif dalam politik sosialis internasional dan bahkan menjadi Presiden Internasional Sosialis selama beberapa tahun. Selama masa itu, ia turut mendirikan Dewan Pengungsi Portugal dan Asosiasi Konsumen Portugal DECO.
Ia juga pernah menjadi presiden Centro de Acção Social Universitário, sebuah asosiasi yang menjalankan proyek pengembangan sosial di lingkungan miskin Lisbon pada awal tahun 1970-an.
Pria berusia 74 tahun ini, sebelumnya mengabdi di PBB sebagai Kepala badan PBB urusan pengungsi selama 10 tahun, hingga Desember 2015. Melansir dari laman United Nation, António Guterres memimpin UNHCR (Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi) sejak Juni 2005 ketika dunia menghadapi beberapa krisis pengungsian paling serius dalam beberapa dekade. Konflik di Suriah, Irak, Sudan Selatan, Republik Afrika Tengah, dan Yaman telah menyebabkan peningkatan besar dalam aktivitas UNHCR.
Sebanyak 193 negara anggota PBB memilih Guterres untuk menggantikan pejabat lama asal Korea Selatan bernama Ban Ki-moon. António Guterres secara resmi dilantik sebagai Sekjen PBB pada 13 Oktober 2016.
Pilihan Editor: Israel Desak Sekjen PBB Mundur Imbas Komentar Soal Hamas
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini