Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Joe Biden membuat pernyataan bersejarah dengan mengakui pembantaian Armenia di Kekaisaran Ottoman pada 1915 sebagai genosida. Selama ini, Amerika selalui menghindari segala kemungkinan mengakui peristiwa tersebut untuk menjaga hubungan baik dengan Turki.
Berbaga pihak tidak kaget dengan keputusan Biden tersebut. Mereka menyebut memburuknya hubungan Amerika - Turki sebagai pemicu deklarasi Joe Biden. Namun, ada juga yang mengatakan Joe Biden telah berjanji di tahun 2020 bahwa akan ada pengakuan peristiwa 1915 sebagai genosida.
Berikut beberapa fakta soal peristiwa pembantaian yang menewaskan jutaan orang tersebut, termasuk hubungan dengan Amerika, dikumpulkan Tempo dari berbagai sumber:
1. Diawali Kekhawatiran Armenia Mendukung Rusia
Peristiwa pembantaian Armenia di tahun 1915 berkaitan erat dengan Perang Dunia I. Dalam perang itu Turki Ottoman, yang berada di pihak Jerman dan Kerajaan Austro-Hungarian, khawatir Armenia akan mendukung pihak lawan yakni Rusia. Rusia, pada saat itu, diketahui mengincar Konstantinopel (sekarang Istanbul) yang memegang akses atas laut hitam.
Khawatir warga Armenia yang tinggal di Ottoman akan benar-benar mendukung Rusia, kekaisaran mencap mereka sebagai ancaman nasional. Tak lama setelah itu, pembantaian dimulai dengan jumlah korban mencapai jutaan. Beberapa di antaranya tewas karena kelaparan atau kehausan ketika deportasi besar-besaran dilakukan terhadap warga Armenia di Anatolia.Presiden Turki Tayyip Erdogan berpidato di depan anggota Partai AK yang berkuasa selama pertemuan di parlemen di Ankara, Turki, 23 Desember 2020. [Kantor Pers Kepresidenan / Selebaran melalui REUTERS]
2. Turki Membantah Genosida
Republik Turki, berdiri di tahun 1923 setelah kekaisaran Ottoman runtuh, tidak mengakui telah terjadi genosida sistemik terhadap Armenai. Mereka mengklaim matinya warga dipicu konlik antar etnis antara Turki Ottoman dan Armenia di saat Kekaisaran Ottoman mulai runtuh. Pernyataan Turki itu diamini sekutunya sekaligus musuh Armenia, Azerbaijan
3. Kesepakatan Damai Sempat Diteken
Untuk mengubur permusahan lama, Turki dan Armenia sepakat untuk meneken rekonsiliasi di tahun 2009. Salah satu wujud rekonsiliasi, kedua negara sepakat membentuk dewan pakar internasional yang akan meneliti pembantaian di tahun 1915. Selain itu, hubungan diplomatik dan pembukaan perbatasan juga dilakukan.
Damai tak berlangsung lama. Armenia dan Turki saling tuduh dewan yang dibentuk berupaya menulis ulang sejarah sesuai narasi masing-masing. Dalam hitungan bulan, kesepakatan damai itu bubar jalan dan baru diakui secara formal berakhir tahun 2018.Presiden AS Joe Biden berbicara tentang sektor lapangan pekerjaan dan ekonomi di Gedung Putih di Washington, AS, 7 April 2021. [REUTERS / Kevin Lamarque]
4. Ada 2 Juta Keturunan Armenia di Amerika
Presiden Amerika Joe Biden berjanji di masa Pilpres Amerika 2020 bahwa ia akan mengakui pembantaian di tahun 1915 sebagai genosida. Sebelum itu, hanya Ronald Reagan yang mengakui peristiwa tersebut sebagai genosida.
Kurang lebih ada 2 juta warga Amerika yang keturunan Armenia. Mayoritas tumbuh dengan cerita soal pembantaian tersebut. Adapun populasi keturunan Armenia terbesar berada di Glendale, California yang mewakili 40 persen dari 200 ribu total penduduknya.
5. Pengakuan Dimulai Sejak 2019
Tahun 2019, Senat Amerika secara mufakat meloloskan resolusi yang mengakui pembantaian Armenia 1915 sebagai genosida. Wakil Presiden Kamala Harris, saat itu senator California, mendukung resolusi itu dan menjadi jembatan terhadap komunitas Amerika-Armenia.
Turki mencoba melobi Amerika untuk mencabut resolusi itu, tetapi gagal. Saat itu, hubungan dengan Turki sudah mulai memburuk karena serangan Turki di Suriah serta pembelian sistem pertahanan udara buatan Rusia. Donald Trump, pendahulu Joe Biden, bahkan memberi sanksi.
Baca juga: Usai Dikritik, Joe Biden Akan Tambah Jumlah Pengungsi yang Diizinkan ke AS
ISTMAN MP | REUTERS | CNN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini