Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dunia Sepekan

30 Maret 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prancis
Germanwings Terempas Di Pegunungan Alpen

Pesawat maskapai penerbangan berbiaya murah, Germanwings, jatuh dari ketinggian 38 ribu kaki di Pegunungan Alpen, Prancis selatan, Selasa pekan lalu. Meski belum diketahui pasti penyebabnya, hasil penyelidikan awal mengungkap salah satu pilot terkunci di luar kokpit sebelum kecelakaan terjadi.

Seperti dilansir The New York Times sehari setelah kecelakaan, berdasarkan perekam suara kokpit yang telah ditemukan, salah seorang pilot keluar dari kokpit dan tak bisa kembali masuk. "Seseorang di luar mengetuk pintu kokpit dan tak ada jawaban. Kemudian dia memukul pintu dengan kuat dan tetap tak ada jawaban. Tidak pernah ada jawaban," kata seorang pejabat senior militer yang terlibat dalam penyelidikan kecelakaan itu.

Seorang jaksa Marseille yang mengikuti penyelidikan mengatakan pada Kamis pekan lalu, kopilot, yang berada di kokpit sendirian setelah pilot meninggalkan posisinya karena mesti ke toilet, sengaja mengarahkan pesawat ke posisi terjun bebas. Kopilot bernama Andreas Lubitz, 28 tahun, itu masih hidup sampai pesawat terempas. Jaksa ini mengutipkan transkrip rekaman dari 30 menit terakhir sebelum kecelakaan terjadi.

Hingga Kamis itu, belum diketahui mengapa kopilot melakukan hal tersebut. CEO Lufthansa Carsten Spohr mengatakan kecelakaan pesawat yang sedang mengarungi penerbangan Barcelona (Spanyol)-Duesseldorf (Jerman) itu "merupakan bagian paling gelap" dalam sejarah perusahaannya.

Sebelumnya, pemerintah Prancis mengungkapkan mereka berhasil mengakses audio dari perekam percakapan dan bebunyian di kokpit, meskipun bagian luar kotaknya rusak.

Amerika Serikat
Obama Abaikan Netanyahu

GEDUNG Putih mengisyaratkan masih marah terhadap sikap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menutup pintu solusi dua negara dalam konflik dengan Palestina. Presiden Barack Obama juga tak terkesan oleh permintaan maaf Netanyahu mengenai komentarnya yang menyinggung warga Israel keturunan Arab saat kampanye pemilihan lalu.

Obama membantah memiliki masalah pribadi dengan Netanyahu. Menurut dia, apa yang terjadi di antara mereka adalah masalah substantif semata, bukan karena dendam pribadi. "Masalahnya sangat jelas.... Kami percaya bahwa dua negara adalah jalan terbaik ke depan untuk keamanan Israel, aspirasi Palestina, dan stabilitas regional," katanya pada Rabu pekan lalu.

Dalam kampanye pemilu 17 Maret lalu, Netanyahu menegaskan tak akan mengizinkan berdirinya negara Palestina selama dia menjabat perdana menteri. Pernyataan ini membuat Obama mengancam akan mengevaluasi hubungan Amerika dengan Israel dalam kebijakan di Timur Tengah, termasuk di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Hubungan kedua negara, yang belakangan sudah cenderung tak mesra, pun memanas.

Netanyahu memang kemudian mengoreksi ucapannya dengan mengatakan solusi dua negara tak bisa tercapai dalam waktu dekat. Menurut dia, kesepakatan dua negara dalam konflik Palestina bisa dicapai melalui negosiasi nyata dengan orang-orang yang berkomitmen bagi perdamaian.

Netanyahu juga meminta maaf telah menyinggung perasaan warga Israel keturunan Arab dalam kampanye pemilu lalu. "Saya tahu komentar saya pekan lalu menyinggung sebagian warga Israel dan menyinggung anggota dari komunitas warga Israel keturunan Arab. Saya tak pernah bermaksud demikian," katanya seperti dilansir The Washington Post.

Cina
Lima Aktivis Perempuan Tetap Ditahan

PEMERINTAH Cina menolak permintaan sejumlah negara Barat untuk membebaskan lima aktivis hak perempuan yang sudah berada di tahanan selama tiga minggu. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying, mengatakan tak seorang pun memiliki hak meminta Cina membebaskan para aktivis itu.

"Kami harap pihak-pihak yang terkait tidak lagi mencampuri kedaulatan yudisial Cina," kata Chunying seperti dilansir BBC, Rabu pekan lalu.

Kelima aktivis itu-Wu Rongrong, Wei Tingting, Wang Man, Zheng Churan, dan Li Tingting-ditangkap pada awal Maret lalu karena dituduh berbuat onar. Ketika itu mereka berencana menggelar kampanye publik bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional. Mereka hendak melakukan pawai dan membagikan selebaran berisi imbauan melawan pelecehan seksual.

Menurut organisasi simpatisan wanita, kelima aktivis itu tak diberi akses pengobatan dan diperlakukan tak wajar. Dua dari mereka menderita penyakit hati kronis dan jantung.

Sejauh ini kelima wanita itu belum diadili. Mereka terancam hukuman penjara tiga tahun bila terbukti bersalah. "Padahal mereka hanya menyebarkan selebaran agar kaum perempuan waspada terhadap perlakuan seksual di kendaraan umum," kata Sophie Richardson, Direktur Pemerhati Hak Asasi Manusia Cina, kepada The Guardian.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Inggris menyatakan sangat prihatin terhadap penahanan kelima aktivis itu. Duta Besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Samantha Power, menyerukan pembebasan mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus