Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin tokoh politik Muslim Sunni, Saad al-Hariri, mengaku merasa khawatir bakal terjadi konflik horisontal antar masyarakat Lebanon seiring memburuknya krisis ekonomi di negara itu. Ini merupakan krisis ekonomi terburuk sejak terjadinya perang sipil pada 1975-1990.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saad al-Hariri, yang juga bekas Perdana Menteri, mengatakan,”Saya khawatir terjadi perang sipil dan apa yang terjadi dengan orang-orang membawa senjata dan yang kita lihat sebagai aksi militer di jalanan. Ini menunjukkan negara ambruk." Reuters melansir pernyataan Hariri dengan mengutip dari siaran televisi lokal pada Jumat, 9 Oktober 2002.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Krisis ekonomi di Lebanon telah menghapus daya beli dari mata uang negata itu. Ini juga membuat inflasi melambung. Kondisi ini memicu keresahan di tengah masyarakat yang terbagi dalam garis sektarian.
Hariri, yang secara tradisional bersekutu dengan negara Arab dan Barat, mengatakan Lebanon tidak bisa ke luar dari kirisis selain mengikuti program ekonomi dari Dana Moneter Internasional atau IMF.
Kondisi Lebanon semakin parah setelah terjadi ledakan besar di Pelabuhan Beirut pada awal Agustus yang menewaskan 190 orang dan melukai 6 ribu warga.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, meminta faksi di Lebanon segera berdamai dan membentuk pemerintahan agar negara ini bisa mendapatkan bantuan dana pemulihan ekonomi dari sejumlah negara Barat dan IMF.
Sumber