Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bos baru Twitter, Elon Musk, berencana mulai mengenakan tarif centang biru Twitter pada Senin pekan depan. Sejumlah media Amerika Serikat mengutip dokumen internal dan orang-orang yang mengetahui masalah tersebut pada Kamis, 3 November 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
CEO Tesla itu berniat meluncurkan layanan berlangganan US$ 8 untuk pengguna yang ingin mendapatkan atau mempertahankan tanda centang biru. Musk mengambil keputusan itu untuk meningkatkan pendapatan dan menindak akun spam setelah menyelesaikan pembelian platform itu senilai US$ 44 miliar pada pekan lalu.
Terlepas dari posisinya yang berpengaruh dalam politik dan jurnalisme, Twitter, yang diluncurkan pada 2006, jarang menghasilkan keuntungan dan melaporkan kerugian bersih US$ 270 juta pada kuartal kedua tahun ini.
Di bawah sistem Twitter saat ini, pengguna dan akun terkenal yang dianggap sebagai kepentingan publik dapat mengajukan tanda centang untuk memverifikasi identitas mereka secara gratis.
Awalnya tanda centang diperkenalkan untuk mencegah akun meniru figur publik, tanda centang telah dilihat sebagai simbol status dan, bagi para kritikus, tanda elitisme liberal.
Seperti dilaporkan New York Times, di bawah perombakan yang direncanakan Musk, pengguna tidak lagi diharuskan membuktikan secara atutentik identitas mereka.
Perubahan awal akan diperkenalkan di Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Para pengguna akan memiliki periode sementara untuk berlangganan atau kehilangan tanda centang mereka.
Dalam serangkaian twit pada Selasa, 1 November 2022, Musk menggambarkan prosedur verifikasi saat ini untuk akun profil tinggi sebagai omong kosong serta sistem tuan dan rakyat jelata.
“Kekuatan untuk rakyat! Biru seharga US$ 8 per bulan,” Musk mencuit saat itu.
Musk juga berencana memotong sebanyak setengah dari 7.500 karyawan perusahaan yang berbasis di San Francisco.
Akuisisi Twitter oleh Musk telah menjadi penangkal petir untuk perdebatan sengit tentang kebebasan berbicara, informasi yang salah, dan kebencian daring di era media sosial.
Musk, yang menyebut dirinya absolutis kebebasan berbicara, mengkritik kebijakan moderasi Twitter dan menuduh perusahaan itu menyukai pandangan sayap kiri.
Sementara para kritikus khawatir kepemilikan Musk atas platform itu dapat membuka jalan bagi lebih banyak ujaran kebencian dan informasi yang salah.
Merek-merek besar, termasuk General Motors, General Mills, dan Audi, telah menghentikan iklan mereka di Twitter karena mencari kejelasan tentang arah perusahaan di bawah Musk.
Lebih dari 90 persen pendapatan Twitter berasal dari iklan, yang meraup US$ 4,5 miliar pada tahun lalu. Musk mengatakan ingin mengurangi ketergantungan perusahaan media sosial itu pada pengiklan.
AL JAZEERA | BERBAGAI SUMBER