Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Mahasiswa ITB ditangkap karena membuat meme Prabowo-Jokowi berciuman.
Banyak karya seni di dunia yang menggambarkan dua tokoh politik berciuman.
Di Amerika Serikat, para seniman tidak bisa dikriminalkan karena karyanya.
UNGGAHAN meme mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menggambarkan Presiden Prabowo Subianto dan mantan presiden Joko Widodo berciuman berujung kriminalisasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mimikri itu dianggap menghina Presiden, dan sang mahasiswa ditangkap. Sempat ditahan di rumah tahanan Badan Reserse Kriminal Polri sejak 7 Mei 2025 selama lima hari, mahasiswa tersebut kini telah dibebaskan. Status penahanannya ditangguhkan polisi dengan alasan agar tersangka dapat melanjutkan kuliah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apakah penggambaran tokoh politik berciuman dalam karya seni, seperti yang dilakukan mahasiswa ITB itu, merupakan hal baru? Tidak. Di dunia, banyak karya yang menggambarkan hal serupa. Salah satunya mural dengan gambar Donald Trump dan Vladimir Putin. Mural yang provokatif ini menghiasi dinding luar Keule Ruke, sebuah restoran di Vilnius, ibu kota Lituania, pada Mei 2016.
Karya seni semacam ini digolongkan sebagai satire politik. Dalam mural tersebut, ciuman dipakai untuk melambangkan hubungan politik, aliansi, dan konflik dengan cara yang provokatif secara visual sehingga diharapkan beresonansi secara historis.
Sejarah Satire Politik
Satire politik memiliki akar sejarah panjang dan telah berevolusi melalui literatur, media cetak, panggung, dan media penyiaran untuk menjadi bentuk ekspresi politik serta hiburan yang penting di seluruh dunia. Dilansir situs web The Pennsylvania State University, satire politik adalah bentuk humor serta kritik yang menargetkan politik atau politikus menggunakan ironi dan ejekan, yang melebih-lebihkan, untuk mengekspos serta mengejek sistem dan tokoh politik.
Sejarahnya sangat panjang, setidaknya 2.400 tahun silam hingga Yunani kuno, ketika penulis drama Aristophanes sering dianggap sebagai pelopor awal satire politik. Bangsa Romawi, khususnya Juvenal, juga berkontribusi secara signifikan terhadap perkembangan satire politik sebagai sebuah genre sastra.
Pada Abad Pertengahan, para pelawak dan seniman menggunakan satire untuk mengomentari politik, sering kali dengan cara yang halus untuk menghindari hukuman. Pada masa Pencerahan, satire politik berkembang pesat karena penulis seperti Jonathan Swift dan Voltaire menggunakannya untuk mengkritik pemerintah serta masyarakat dengan humor dan kecerdasan. A Modest Proposal karya Swift adalah contoh penting dari karya-karya satire pada era ini.
Poster Donald Trump dan Boris Johnson di London, Inggris, Juni 2016. Shutterstock
Makna di Balik Mural Ciuman Trump-Putin
Seniman di balik kreasi yang berani ini, seperti dilansir Baltic Times, adalah Mindaugas Bonanu, seorang seniman jalanan dan desainer grafis Lituania. Mural berjudul Make Everything Great Again karyanya, seperti dilansir situs web Art Net, dengan ceria merujuk pada dinamika politik di antara kedua pemimpin tersebut.
Inspirasi dari lukisan yang dibuat pada 2016 itu berasal dari hubungan yang sangat terbuka serta sering kali kontroversial antara Trump dan Putin. Dalam sebuah wawancara dengan Fox News setahun sebelumnya, Trump menyebut Putin sebagai "pemimpin yang dihormati", memuji ketangguhannya dan menyatakan bahwa ia membuat Presiden Obama tampak lemah.
Sebaliknya, Putin mengungkapkan kekagumannya kepada Trump dalam sebuah wawancara video spontan, menyebutnya sebagai "orang yang sangat berwarna" dan mengakui bakatnya. Meskipun Putin menahan diri untuk tidak mengomentari kualifikasi politik Trump secara langsung, ia memuji tujuan Trump membangun "hubungan yang lebih solid dan dalam dengan Rusia".
Mengingat hubungan historis Lituania yang tegang dengan Rusia, mural Bonanu dapat dilihat sebagai komentar tajam tentang urusan geopolitik saat ini dan sebuah indikasi bahwa warga Lituania memantau dengan saksama pemilihan Presiden Amerika Serikat yang sedang berlangsung.
Karya Seni Mirip Lukisan Trump-Putin
Mural ciuman Trump-Putin terinspirasi oleh foto ikonik pada 1979 yang memperlihatkan pemimpin Soviet, Leonid Brezhnev, dan pemimpin Jerman Timur, Erich Honecker, sedang berciuman.
Mural Berlin Wall Kiss, yang terkenal dengan sebutan "Tuhanku, Tolonglah Aku Bertahan dalam Cinta yang Mematikan” atau "Ciuman Persaudaraan", tersebut memiliki dampak signifikan terhadap opini publik di Berlin dengan mengubah gambar yang bermuatan politik itu menjadi simbol persatuan, pembangkangan, dan hubungan antarmanusia yang kuat. Demikian dilansir situs web I Heart Berlin.
Ada juga mural lain yang serupa pada 2016 di Bristol, Inggris, bergambar Donald Trump mencium Boris Johnson. Karya seni ini dibuat oleh kelompok We Are Europe untuk mendorong pendaftaran pemilih menjelang referendum Brexit. Seperti mural Trump-Putin, mural ini merujuk pada ciuman Honecker-Brezhnev sebagai simbol aliansi dan ketegangan politik.
Penafsiran Publik terhadap Karya Satire
Komunitas lokal di Lituania menunjukkan reaksi yang kompleks dan agak terpecah terhadap mural yang provokatif, termasuk seni jalanan yang bermuatan politik seperti mural ciuman Trump-Putin.
Meskipun ada budaya seni jalanan yang semarak di Vilnius dan kota-kota Lituania lain, dengan banyak mural yang dirayakan karena mempercantik ruang kota dan menarik wisatawan, ada juga kontroversi serta ketegangan di sekitar grafiti dan mural yang dianggap sensitif secara politis atau tidak sah.
Namun, dari semua reaksi yang muncul, tidak satu pun yang mengkriminalkan pelukisnya. Bahkan, ketika pemerintah kota Vilnius membatasi grafiti ilegal, para seniman dan mahasiswa yang mengadvokasi kebebasan berkreasi dan pelestarian ruang legal untuk seni jalanan mengkritiknya.
Sementara itu, di Berlin, mural legendaris Brezhnev-Honecker membantu mengubah persepsi Tembok Berlin dari sekadar penghalang fisik menjadi kanvas yang mengekspresikan harapan, perlawanan, dan semangat manusia yang abadi.
Berlin Wall Kiss mempengaruhi opini publik dengan mengubah simbol politik yang keras menjadi lambang persatuan serta pembangkangan yang hidup dan emosional, membantu warga Berlin dan dunia untuk terlibat dalam sejarah Tembok Berlin dengan cara yang lebih pribadi serta penuh harapan.
Bisakah Seniman Satire Ini Dikriminalkan?
Seniman yang menciptakan karya seni provokatif atau bermuatan politik yang menggambarkan tokoh-tokoh seperti Trump, Putin, Boris Johnson, Honecker, atau Brezhnev yang berciuman umumnya mendapat perlindungan yang luas di bawah undang-undang kebebasan berbicara dan ekspresi artistik.
Di Amerika Serikat, perlindungan seperti ini ditegakkan dengan lebih baik. Karya seni semacam itu biasanya dianggap sebagai bentuk sindiran politik atau komentar sosial yang sangat dilindungi di bawah Amendemen Pertama, meskipun karya tersebut kontroversial atau menyinggung beberapa orang.
Dalam situs web Center of Art Law, seni protes—sebagai bentuk ekspresi artistik—umumnya dilindungi sebagai kebebasan berbicara di bawah Amendemen Pertama. Karya seni ini termasuk lukisan, mural, patung, dan bentuk seni visual lain yang mengkomunikasikan ide atau pesan politik.
Pemerintah tidak dapat membatasi ekspresi tersebut berdasarkan konten atau sudut pandang, kecuali jika ada kepentingan yang memaksa, seperti mencegah hasutan untuk melakukan kejahatan atau pelanggaran perdamaian.
Saat ini satire politik terus berkembang di berbagai platform, termasuk dalam acara televisi seperti The Daily Show dan The Simpsons, yang mempertahankan perannya sebagai alat yang ampuh untuk komentar sosial dan kritik politik. ●