Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Iran akan mengadakan pembicaraan di Istanbul, Turki pada Jumat 16 Mei 2025 dengan pihak-pihak Eropa terkait kesepakatan nuklir mereka yang kini hampir mati, kata Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi pada Rabu. Seperti dilansir Al Arabiya, pertemuan ini digelar setelah agenda sebelumnya yang direncanakan pada 2 Mei ditunda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wakil menteri luar negeri Iran akan bertemu dengan diplomat Prancis, Inggris dan Jerman untuk menjaga dialog dan membahas parameter kesepakatan nuklir baru yang potensial yang sedang dinegosiasikan antara Teheran dan Washington.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Araqchi mengatakan putaran keempat perundingan Iran-Amerika Serikat, yang diadakan pada Sabtu lalu, "sulit," karena mereka berfokus pada isu pengayaan yang kontroversial. Ia berharap pihak lain akan kembali dengan "posisi yang lebih realistis" setelah memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sikap mendasar Iran.
Putaran kelima perundingan diharapkan akan diumumkan oleh kementerian luar negeri Oman, yang telah bertindak sebagai mediator sejak negosiasi dimulai kedua negara pada 12 April.
Araqchi juga menanggapi komentar Presiden AS Donald Trump yang disampaikan pada Selasa di Riyadh, di mana Trump menyebut Iran sebagai "kekuatan paling merusak" di Timur Tengah dan membandingkannya dengan apa yang ia gambarkan sebagai "visi konstruktif" Arab Saudi.
"Sayangnya, ini adalah pandangan yang menyesatkan. AS-lah yang telah mencegah kemajuan Iran melalui sanksi," kata Araqchi.
Pada Selasa, juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Iran Esmaeil Baghaei mengatakan bahwa sanksi-sanksi baru AS terhadap Teheran bertentangan dengan perundingan nuklir bilateral, lansir Kantor Berita Mahasiswa Iran (Iranian Students' News Agency).
Baghaei membuat pernyataan tersebut dalam sebuah pidato pada Pameran Buku Internasional Teheran ke-36 di Teheran, ibu kota Iran. Ia menanggapi pemberlakuan sanksi-sanksi baru AS terhadap Iran di tengah negosiasi tak langsung antara kedua negara yang ditengahi oleh Oman.
Baghaei mengecam pejabat-pejabat AS atas pernyataan kontradiktif" mereka tentang apa yang ingin mereka capai dalam perundingan tersebut. Dia mengatakan bahwa Iran berpegang teguh pada negosiasi dan posisinya yang tegas, jelas, dan tidak dapat diubah.
Dia menambahkan bahwa Iran mengikuti perundingan dengan serius dan selalu mengikuti perundingan untuk mencapai hasil, bukan menggunakan perundingan sebagai alat untuk membuang-buang waktu.
Baghaei menekankan bahwa dalam proses negosiasi tersebut, Iran berusaha mempertahankan pencapaian nuklirnya, yang didasarkan pada kebutuhan negara, serta menghapus sanksi-sanksi kejam terhadap bangsa Iran.
Sehari sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa pihaknya memberikan sanksi kepada tiga warga negara Iran dan satu entitas Iran yang memiliki hubungan dengan Organisasi Inovasi dan Riset Pertahanan Iran.
Pada Selasa, Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa Washington menjatuhkan sanksi kepada sebuah jaringan internasional yang memfasilitasi pengiriman jutaan barel minyak mentah Iran.
Sanksi-sanksi baru tersebut dijatuhkan setelah delegasi Iran dan AS pada Ahad mengadakan perundingan tak langsung putaran keempat mengenai program nuklir Teheran dan pencabutan sanksi-sanksi Washington di Muscat, ibu kota Oman.
Perundingan putaran pertama dan ketiga diadakan di Muscat pada 12 dan 26 April, sementara putaran kedua diadakan di Roma pada 19 April.