Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Milisi Houthi Yaman sempat menjadi sorotan internasional karena ikut membantu Hamas untuk melawan Israel. Selain Hizbullah, Houthi Yaman dilaporkan telah melancarkan serangan udara ke Israel berulang kali sejak pecahnya pertempuran Israel vs Palestina pada 7 Oktober 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Selasa, 31 Oktober 2023 lalu, pemerintah Houthi di Sanaa, Yaman, mengkonfirmasi telah meluncurkan sejumlah drone dan rudal ke Israel sebagai bentuk dukungan untuk Palestina. “Angkatan Bersenjata kami telah melepaskan rudal balistik dan rudal cruise serta sejumlah drone dalam jumlah yang cukup besar untuk mengincar beberapa target di wilayah yang diduduki Israel,” kata Yahya Saree, Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak muncul pada tahun 1990-an, nama milisi Houthi sering muncul dalam pemberitaan terkait konflik perebutan kekuasaan di Yaman. Selain itu, Houthi Yaman juga dikenal beraliansi dengan Iran, dan keterlibatannya dalam konflik di Timur Tengah. Berikut adalah fakta-fakta Houthi Yaman.
Sejarah dan Pembentukan
Kelompok Houthi di Yaman dibentuk pada tahun 1990 dan dikenal dengan nama Ansar Allah. Namanya diambil dari pemimpinnya, Hussein Badreddin al-Houthi, yang menjadi pahlawan lokal karena mempromosikan pemulihan Zaidisme dan sikap permusuhan terhadap pemerintahan Yaman, Arab Saudi, dan Amerika Serikat. Konflik antara pemerintah Yaman dan Houthi telah berlangsung selama lebih dari dua dekade.
Kelompok Houthi, atau secara umum dibaca sebagai Hutsi pada awalnya merupakan gerakan Islam politik yang bersenjata, bermula dari Sa’dah di Yaman Utara pada tahun 1990-an. Meskipun mengikuti aliran Syiah Zaidiyah, kelompok ini juga disebut memiliki elemen Sunni.
Mengutip Themedialine.org, Houthi dibentuk sebagai respons terhadap penggabungan Yaman Utara dan Selatan, yang membawa Ali Abdullah Saleh ke tampuk kekuasaan sebagai pemimpin Republik Yaman. Pemerintahan Yaman yang dipimpin oleh Ali Abdullah Saleh, yang didukung oleh Amerika Serikat dan Arab Saudi, semakin meningkatkan ketegangan antara Sunni dan Syiah di wilayah tersebut.
Ideologi Houthi Yaman
Hussein Badruddin al-Houthi memimpin gerakan ini hingga tahun 2004 sebelum akhirnya tewas. Setelahnya, kepemimpinan diambil alih oleh Abdul-Malik Badruddin al-Houthi. Dengan dukungan terus-menerus dari Yahya Badruddin al-Houthi yang senantiasa menjadi pemimpin senior.
Selain itu, terdapat komandan berpangkat tinggi bernama Abdul-Karim Badruddin al-Houthi. Kelompok milisi Houthi telah aktif sejak tahun 1994 dan mulai bersenjata pada tahun 2004. Markas mereka berada di Sa’dah, Yaman, sementara wilayah operasional mencakup Yaman dan Arab Saudi. Houthi mengusung ideologi Kebangkitan Zaidiyyah, Anti-imperialisme, dan Anti-Zionisme.
Bersekutu Dengan Banyak Negara
Houthi Yaman bersekutu dengan beberapa negara, termasuk Iran, Suriah, Korea Utara, dan Rusia. Kelompok ini juga dikabarkan memiliki keterkaitan dengan Kongres Nasional Umum Yaman dan Hizbullah. Di samping Arab Saudi, Amerika Serikat, dan Republik Yaman, Houthi memiliki ketegangan dengan sejumlah negara, termasuk Bahrain, Mesir, Yordania, Kuwait, Maroko, Qatar, Senegal, Sudan, Uni Emirat Arab, dan Somalia.
Terlibat Berbagai Pertempuran
Kelompok milisi Houthi terlibat dalam berbagai pertempuran, termasuk Pemberontakan Houthi di Yaman, Operasi Bumi Hangus Yaman, Operation Blow to the Head, Pertempuran Sa’dah, Pengepungan Dammaj, Pertempuran Sana’a, Kudeta Yemeni, dan Konflik di Najran, Jizan, dan Asir.
Milisi Houthi juga ikut serta dalam Perang Saudara Yaman, melibatkan Pertempuran Ad Dali’, Pemberontakan Lahij, Pertempuran Aden, Operasi Abyan dari Maret hingga Agustus 2015, Operasi Shabwah dari Maret hingga Agustus 2015, Operasi Kegubernuran Sana’a sejak 2015 hingga saat ini, Pertempuran Pelabuhan Midi, dan Pertempuran Taiz sejak 2015 hingga sekarang.
Menurut laporan Reuters , kelompok minoritas penganut Syiah ini berjuang melawan pemerintah Yaman yang didukung oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Saudi dan UEA, yang menganut ajaran Sunni untuk memberikan perlindungan kepada beberapa pejabat tinggi Yaman yang melarikan diri dari serangan Houthi.
Terbaru, Houthi ikut serta menyerang Israel untuk membela Palestina. Angkatan bersenjata Houthi menyerang wilayah Israel dengan rudal balistik dan rudal cruise serta sejumlah drone dalam jumlah yang cukup besar.
Pada tahun 2010, kelompok Houthi memperoleh kemampuan tempur yang memadai untuk menghadapi serangan udara dan darat dari pasukan Arab Saudi. Sejak saat itu, mereka mulai melakukan ekspansi dan menguasai wilayah yang lebih luas di Yaman hingga mencapai Sanaa. Saat ini, data PBB mengindikasikan bahwa jumlah pasukan Houthi mencapai sekitar 75 ribu. Terdapat bukti adanya dukungan militer dari Iran melalui pasokan rudal dan drone militer.
RIZKI DEWI AYU | RT.COM | REUTERS | THE MEDIA LINE
Pilihan editor: Parlemen AS Surati Elon Musk, Protes X Ambil Untung dari Konten Kekerasan pada Warga Israel