Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Fakta-fakta tentang Pembicaraan Langsung AS - Hamas

Untuk pertama kalinya, Amerika Serikat terlibat dalam pembicaraan langsung dengan Hamas, entitas yang mereka tetapkan sebagai organisasi teroris.

7 Maret 2025 | 17.34 WIB

Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperkenalkan Adam Boehler. Reuters/Leah Millis
Perbesar
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperkenalkan Adam Boehler. Reuters/Leah Millis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

GEDUNG Putih telah mengkonfirmasi bahwa pemerintahan Donald Trump telah melakukan pembicaraan langsung dengan Hamas, dan mengatakan bahwa diskusi tersebut sejalan dengan kepentingan AS.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Setelah itu, Presiden Trump mengancam warga Palestina di Gaza dengan konsekuensi yang mematikan jika semua tawanan tidak dibebaskan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berikut apa yang kita ketahui tentang pertemuan itu:

Pertemuan yang Belum Pernah Terjadi

Menurut Axios, media yang pertama kali mengabarkan pertemuan tersebut, pemerintahan Trump telah mengadakan pembicaraan langsung dengan Hamas. Menurut dua sumber yang dikutip Axios, pembicaraan itu mengenai pembebasan sandera AS yang ditahan di Gaza dan kemungkinan kesepakatan yang lebih luas untuk mengakhiri perang.

Pembicaraan semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya dalam beberapa dekade terakhir Amerika Serikat bernegosiasi secara langsung dengan Hamas, sebuah perubahan signifikan dari kebijakan AS yang mengesampingkan keterlibatan langsung dengan kelompok yang telah ditetapkan sebagai Organisasi Teroris Asing (FTO) pada 1997.

Utusan Trump, Adam Boehler

Adam Boehler, utusan kepresidenan AS untuk urusan sandera, memimpin pembicaraan langsung dengan Hamas.

Boehler juga merupakan negosiator utama dalam Perjanjian Abraham selama masa jabatan pertama Trump, yang bekerja untuk memperluas normalisasi Israel dengan dunia Arab, menurut Al Jazeera.

Fokus Pertemuan

Pertemuan antara Boehler dan para pejabat Hamas dimediasi oleh Qatar dan berlangsung di Doha dalam beberapa minggu terakhir.

Pemerintahan Trump berkonsultasi dengan Israel mengenai kemungkinan untuk terlibat dengan Hamas, Israel mengetahui aspek-aspek pembicaraan tersebut melalui jalur-jalur lain, demikian ungkap salah satu sumber. Sumber-sumber tersebut berbicara dengan Axios dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk membahas pertemuan-pertemuan sensitif tersebut.

Pembicaraan tersebut sebagian tentang pembebasan sandera AS, yang merupakan wewenang Boehler sebagai utusan pembebasan sandera. Mereka berfokus pada upaya pembebasan Edan Alexander, 21 tahun, satu-satunya tawanan Israel-Amerika yang diyakini masih hidup, bersama dengan mayat empat warga Israel-Amerika lainnya yang dibawa ke Gaza pada 7 Oktober.

The Wall Street Journal melaporkan bahwa pembicaraan tersebut berlangsung bulan lalu di Doha dan berujung pada pembebasan Sagui Dekel Chen, seorang warga negara ganda Israel-Amerika, pada 15 Februari.

Pendekatan Trump

Pendekatan Trump terhadap konflik ini sangat berbeda dengan Presiden Biden, termasuk berulang kali mengancam "neraka yang harus dibayar" untuk Hamas dan mengusulkan "pengambilalihan" Gaza oleh AS.

Menyusul laporan tersebut, Trump mengeluarkan peringatan keras kepada Hamas dalam sebuah unggahan di media sosial pada hari Rabu, menuntut pembebasan semua tawanan dengan segera.

Dia berbicara langsung kepada rakyat Gaza. "Juga, kepada Rakyat Gaza: Masa depan yang indah menanti, tapi tidak jika Anda menahan sandera. Jika Anda melakukannya, Anda MATI! Buatlah keputusan yang CERDAS," Trump menulis di media sosial.

Dia mengatakan bahwa dia akan mengirim Israel semua yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tidak ada satu pun anggota Hamas yang akan aman jika Anda tidak melakukan apa yang saya katakan,” katanya.

Trump, dilansir Al Jazeera, telah menganjurkan pembersihan etnis penduduk Gaza dan "pengambilalihan" wilayah Palestina oleh AS, dan kemudian menambahkan bahwa "rencananya" tidak akan mengizinkan warga Palestina kembali ke rumah mereka di Gaza.

Kondisi Sandera

Saat ini, 59 sandera masih ditahan oleh Hamas di Gaza. Pasukan Pertahanan Israel telah mengonfirmasi bahwa 35 di antaranya telah tewas. Intelijen Israel meyakini bahwa 22 sandera masih hidup, dan status dua sandera lainnya belum diketahui.

Di antara sandera yang tersisa terdapat lima warga Amerika, termasuk seorang warga Amerika Serikat, Edan Alexander, 21 tahun, yang diyakini masih hidup.

Gencatan senjata 42 hari yang merupakan bagian dari tahap pertama kesepakatan Gaza berakhir pada hari Sabtu setelah kedua belah pihak tidak dapat mencapai kesepakatan untuk memperpanjangnya.

Pertempuran belum berlanjut, tetapi Israel menghentikan semua pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, di mana sekitar 1,9 juta warga Palestina – 90 persen dari populasi - telah mengungsi akibat perang dan kelaparan membayangi.

Reaksi Hamas

Belum ada tanggapan resmi dari Hamas atas laporan-laporan tentang pembicaraan tersebut.

Seorang pejabat Hamas mengatakan kepada kantor berita The Associated Press bahwa pembicaraan tersebut berfokus pada pembebasan tawanan Israel dan "menjanjikan".

Menanggapi ancaman Trump, juru bicara Hamas Hazem Qassem mengatakan bahwa mereka "memperumit masalah terkait perjanjian gencatan senjata dan mendorong [Israel] untuk menahan diri dalam melaksanakan ketentuan-ketentuannya", seperti dilaporkan kantor berita Anadolu.

Qassem menambahkan bahwa Hamas telah melaksanakan semua kewajibannya dalam tahap pertama, namun Israel menghindari memasuki tahap kedua. "Pemerintah AS harus menekan penjajah itu untuk memasuki perundingan tahap kedua," katanya, seperti dikutip Al Jazeera.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus