Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
PERBINCANGAN dua sahabat di awal musim panas 2008 itu berlangsung sengit. Apalagi ketika pembicaraan sampai pada topik menyesakkan: Afganistan. Kali ini Colin Powell—mantan menteri luar negeri dan kepala staf gabungan militer Amerika Serikat—tidak dapat menyembunyikan rasa gundahnya. Lebih-lebih setelah sang sohib, John McCain, tak bisa ”membaca” perubahan pada air mukanya, dan tetap pantang mundur dengan pertanyaan militeristis: bagaimana cara memenangi pertempuran di Afganistan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo