Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - China meningkatkan belanja militer sebesar 7,2 persen pada tahun ini, menjadi sekitar 1,55 triliun yuan atau lebih dari Rp3.436,26 triliun. Hal itu terungkap dalam rancangan APBN China yang diterbitkan pada akhir pekan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pengeluaran pertahanan nasional 1.553,7 miliar yuan, meningkat 7,2 persen,” demikian penjelasan Perdana Menteri Li Keqiang saat meminta angkatan bersenjata untuk meningkatkan kesiapan tempur, dalam pembukaan sidang tahunan Kongres Rakyat Nasional (NPC), Minggu 5 Maret 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anggaran pertahanan itu akan diawasi ketat oleh tetangga China dan Amerika Serikat, yang khawatir dengan niat strategis Beijing dan pengembangan militernya. Terutama karena ketegangan meningkat dalam beberapa tahun terakhir terkait Taiwan.
Dalam laporan kerjanya untuk sidang tahunan parlemen, Li mengatakan operasi militer, pembangunan kapasitas dan kesiapsiagaan tempur harus "terkoordinasi dengan baik dalam memenuhi tugas-tugas utama".
“Angkatan bersenjata kita, dengan fokus pada tujuan peringatan seratus tahun Tentara Pembebasan Rakyat pada 2027, harus bekerja untuk melakukan operasi militer, meningkatkan kesiapan tempur dan meningkatkan kemampuan militer,” katanya dalam pidato kenegaraan.
Kenaikan belanja pertahanan tahun ini menandai kenaikan satu digit kedelapan berturut-turut. Seperti tahun-tahun sebelumnya, tidak ada rincian pengeluaran yang diberikan, hanya jumlah keseluruhan dan tingkat kenaikannya.
Peningkatan pengeluaran melampaui pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan sekitar 5 persen, yang sedikit di bawah target tahun lalu karena ekonomi terbesar kedua di dunia menghadapi tantangan domestik.
Beijing gelisah dengan tantangan di garis depan mulai dari Taiwan yang diklaim China hingga misi angkatan laut dan udara AS di Laut Ciina Selatan yang disengketakan di dekat pulau-pulau yang diduduki China.
China menggelar latihan perang di dekat Taiwan Agustus lalu untuk mengungkapkan kemarahan atas kunjungan Ketua DPR AS saat itu, Nancy Pelosi, ke Taipei.
Li Mingjiang, profesor asosiasi di S. Rajaratnam School of International Studies di Singapura, mengatakan pengeluaran pertahanan yang melampaui perkiraan pertumbuhan ekonomi menunjukkan China mengantisipasi menghadapi tekanan yang lebih besar dalam lingkungan keamanan eksternalnya, terutama dari Amerika Serikat dan masalah Taiwan.
"Pemimpin China jelas mengintensifkan upaya mempersiapkan negara secara militer untuk menghadapi semua potensi tantangan keamanan, termasuk situasi tak terduga," katanya.
China, dengan personel militer terbesar di dunia, sibuk menambahkan perangkat keras baru, termasuk kapal induk dan pesawat tempur siluman.
'PERKUAT KERJA MILITER'
Beijing mengatakan pengeluaran militernya untuk tujuan pertahanan adalah persentase yang relatif rendah dari PDB-nya dan para kritikus ingin menjelekkannya sebagai ancaman bagi perdamaian dunia.
“Angkatan bersenjata harus mengintensifkan pelatihan dan kesiapan militer secara menyeluruh, mengembangkan panduan strategis militer baru, mencurahkan energi yang lebih besar untuk pelatihan dalam kondisi pertempuran dan melakukan upaya terkoordinasi dengan baik untuk memperkuat kerja militer di semua arah dan wilayah,” kata Perdana Menteri Li.
REUTERS