Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Horor di Laut Karibia

Haiti diguncang gempa besar dan dikhawatirkan jumlah korban tewas mencapai 100 ribu. Bencana kerap melanda negara ini, di tengah kondisi politik yang tak stabil.

18 Januari 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Si kecil Arianne sudah berhenti menangis. Darah tidak keluar lagi dari luka di kepalanya yang diperban. Tapi Jeudy Francia, ibu muda pada 20-an, duduk gelisah di samping putrinya yang masih balita itu, yang hanya sesekali menggeliat. Memandangi buah hatinya yang semakin lemah, ia mencoba menghentikan setiap orang yang lewat. ”Apakah anakku akan mati?” katanya.

Di Port-au-Prince, Haiti, jarak antara hidup dan mati demikian dekat. Di halaman Rumah Sakit St-Esprit, sudah tiga hari Jeudy hidup bersama ratusan warga Port-au-Prince lainnya, juga bersama puluhan mayat beralas kain putih. Kamar mayat tidak mampu menampung lebih banyak lagi. Sejak gempa 7,3 skala Richter mengguncang negeri di lautan Karibia itu Selasa pekan lalu, halaman rumah sakit ini menjadi tempat menginap warga Port-au-Prince yang rumahnya tinggal puing. Juga yang takut tinggal di rumah apabila gempa susulan terjadi.

Haiti belum berhenti bergoyang. Setelah gempa pertama—pukul lima sore waktu setempat—negeri itu ditimpa dua gempa susulan lumayan besar, masing-masing 5,9 dan 5,5 skala Richter, dan St-Esprit mungkin satu di antara sedikit rumah sakit yang beruntung. Di wilayah elite Petionville, yang merupakan tempat tinggal para diplomat, sebuah rumah sakit mewah remuk tak berbentuk. Banyak pasien, perawat, dan dokter terkubur di antara puing bangunan itu.

Ahli geofisika US Geological Survey, Marano Kristin, mengatakan gempa yang berpusat di sekitar 16 kilometer selatan-barat Port-au-Prince dengan kedalaman 10 kilometer itu merupakan gempa terkuat sejak 1770. Ada 24 gempa susulan yang menelan ribuan korban serta memporakporandakan gedung dan bangunan penting, yang akan terus berlanjut hingga pekan depan.

”Seluruh kota gelap, orang-orang berlarian, menangis, menjerit, sembari menggali korban dengan tangan dan cahaya senter,” kata Manajer Operasional Food for the Poor, Rachmani Domersant. Direktur Catholic Relief Services di Haiti, Karel Zelenka, mengatakan sejumlah penduduk berlarian ke jalan sembari menangis dan berteriak ketakutan. ”Mereka melihat betapa dahsyatnya kerusakan, tapi tidak berdaya menyelamatkan begitu banyak orang yang tertimbun di bawah puing bangunan,” kata Zelenka.

Tiga hari setelah gempa, ketika mayat-mayat yang bergelimpangan menimbulkan bau busuk menyengat, orang-orang masih mencari keluarga dan kawan yang diperkirakan tersembunyi di antara reruntuhan. Presiden Haiti Rene Preval mengatakan belum mendapatkan laporan terperinci mengenai jumlah korban. Belasungkawa disampaikan Preval kepada warga yang kehilangan keluarga dan kerabat akibat musibah ini. Termasuk terhadap keluarga pemimpin misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Haiti, Heidi Annabi, yang dikabarkan tewas.

Musibah ini mengundang keprihatinan dari banyak pihak. Sejumlah negara menyatakan kesiapan untuk membantu negara miskin yang langganan terkena musibah itu. Mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dan para utusan khusus untuk Haiti menyatakan kesiapan untuk segera membantu dan memulihkan kondisi Haiti. Ungkapan belasungkawa juga disampaikan Presiden Barack Obama terhadap para korban gempa. Menteri Luar Negeri Hillary Clinton menyatakan Amerika siap menyediakan bantuan darurat untuk memulihkan Haiti, baik dari sisi sipil maupun militer. Pada saat yang sama, Menteri Luar Negeri Venezuela Nicolas Maduro menyatakan pemerintahnya akan mengirim pesawat militer untuk membawa makanan kaleng, obat-obatan, dan air minum serta satu tim penyelamat.

Haiti merupakan negara dengan sembilan juta warga yang tergolong sangat miskin. Bencana memang kerap melanda negara ini, di tengah kondisi politik yang tak stabil. Pada 2008, empat badai besar menghantam dan menewaskan ratusan warga. Namun jumlah itu tak sebanding dengan guncangan dahsyat Selasa pekan lalu. Diperkirakan jumlah korban tewas akan mencapai 100 ribu.

Suryani Ika Sari (BBC, AP, AFP, Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus