Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Israel dan Uni Emirat Arab Sepakati Normalisasi, Arab Saudi Bungkam

Pemerintah Arab Saudi memilih bungkam atas kesepakatan normalisasi antara Uni Emirat Arab (UAE) dan Israel. Dianggap kecolongan oleh pakar.

15 Agustus 2020 | 07.30 WIB

Raja Salman bin Abdulaziz hadir melalui tautan video KTT G20 yang digelar virtual tentang penyakit virus Corona (COVID-19), di Riyadh, Arab Saudi 26 Maret 2020. [Bandar Algaloud / Atas perkenan Kerajaan Saudi / Handout Kerajaan Saudi via REUTERS]
Perbesar
Raja Salman bin Abdulaziz hadir melalui tautan video KTT G20 yang digelar virtual tentang penyakit virus Corona (COVID-19), di Riyadh, Arab Saudi 26 Maret 2020. [Bandar Algaloud / Atas perkenan Kerajaan Saudi / Handout Kerajaan Saudi via REUTERS]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Arab Saudi memilih bungkam atas kesepakatan normalisasi antara Uni Emirat Arab (UAE) dan Israel. Padahal, selama ini, Arab Saudi dikenal memiliki hubungan dengan Israel selama bertahun-tahun meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik secara formal. Hubungan tak resmi itu sendiri dilandasi sikap yang sama, memusuhi Iran.

Menurut pakar, bungkamnya Arab Saudi atas normalisasi Uni Emirat Arab - Israel adalah hal yang wajar. Sebab, Arab Saudi kecolongan. Dengan normalisasi, maka Uni Emirat Arab menjadi negara Teluk Arab pertama yang secara resmi memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Arab Saudi sulit memiliki hal itu karena harus konsisten atas isu Palestina.

"Hal itu pasti menjadi perhatian khusus pimpinan Arab Saudi sekarang. Mereka tengah mengkalkulasi bagaimana harus merespon langkah UAE," ujar pakar politik dari Azure Strategy, Neil Quilliam, dikutip dari Reuters, Jumat, 14 Agustus 2020.

Neil Quilliam melanjutkan, Arab Saudi tak hanya kecolongan dalam hal hubungan resmi dengan Israel. Abraham Accord, kata Neil Quilliam, juga membuat Arab Saudi kecolongan dalam hal kerjasama dengan Amerika.

Lewat 'normalnya' hubungan dengan Israel, maka secara tidak langsung hubungan Uni Emirat Arab dengan Amerika pun akan semakin dekat. Amerika, sebagaimana diketahui, adalah sekutu Israel. Padahal, Arab Saudi juga tengah mencoba memperkuat hubungan baik dengan Amerika maupun Israel. Terutama, pasca Kongres AS memblokir ekspor senjata ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab tahun lalu.

Keuntungan tersebut akan makin terasa apabila capres dari Demokrat, Joe Biden, yang memenangkan Pilpres Amerika pada November nanti. Quilliam berkata, lewat hubungan diplomatik yang resmi dengan Israel plus pemerintahan baru oleh Joe Biden, Uni Emirat Arab bisa membangun hubungan diplomatik yang lebih erat dengan Amerika.

"Manuver Uni Emirat Arab akan sangat menguntungkannya ketika Biden yang menang. Hal tersebut akan mempermulus hubungan dengan Amerika sekaligus menikung Arab Saudi," ujar Neil Quilliam.

Sejauh ini, respon dari Arab Saudi terhadap kesepakatan Uni Emirat Arab - Israel hanyalah unggahan di Twitter. Di Twitter, Kerajaan Arab Saudi mengunggah foto Raja Faisal yang pada Oktober 1973 mendorong embargo minyak untuk menghukum Amerika. Kala itu, Amerika mendukung Israel.

Posisi Faisal terhadap Israel memang lebih keras dibandingkan penerusnya, Raja Salman. Faisal pernah berkata," Jika negara-negara Arab setuju untuk mengakui Israel dan membelah Palestine, maka kami tidak akan bergabung dengan mereka."

ISTMAN MP | REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus