Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Ankara - Jet tempur Turki menembak jatuh pesawat Rusia di perbatasannya dengan Suriah, 24 November 2015. Pesawat Sukhoi Su-24 itu dituduh melanggar wilayah udara Turki. Penembakan oleh Turki yang merupakan anggota NATO ini memicu kegeraman Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin menggambarkan insiden tersebut sebagai pertama kalinya sejak Perang Korea pada 1950-an dan akan menyebabkan konsekuensi yang serius. "Ini sebagai tusukan dari belakang oleh kaki tangan teroris," ujar Putin.
Baca juga: Pasca Teror: Duh, Wanita Muslim Ini Dilecehkan di Kereta, Lalu...
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, jet bomber Su-24 itu berada di udara Suriah di ketinggian 6.000 meter saat ditembak dari darat. Kantor berita Interfax melaporkan Rusia dapat membuktikan pesawat berada di atas Suriah selama penerbangan. Kedua pilot dilaporkan mampu mengeluarkan diri dari pesawat sebelum jatuh dan meledak.
Namun kemudian sebuah video beredar di dunia maya yang menunjukkan jenazah seorang pilot mengenakan seragam dan peralatan Rusia. Disebutkan jenazah pilot itu berada di tengah pemberontak antipemimpin Suriah Bashar Al-Assad, dari kelompok Alawiyah al-'Ashar. Meski demikian, kebenaran video tersebut belum terverifikasi.
Rusia merupakan pendukung Al-Assad yang dirongrong oleh pemberontak, terutama ISIS di Suriah. Kelompok Turkmen juga termasuk yang memberontak tapi lebih bersikap moderat daripada ISIS. Kelompok inilah yang berusaha dilindungi oleh Turki dari kemungkinan serangan Rusia yang membantu Assad.
Peta Kekuatan (MIRROR)
Krisis di Suriah semakin memanas lantaran Prancis, Amerika Serikat, dan negara-negara lain di bawah NATO sedang berkonsentrasi menghancurkan ISIS di sana. Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, jelas mendukung Turki melindungi wilayahnya. "Masalahnya, operasi Rusia yang terlalu dekat dengan perbatasan Turki serta mengincar oposisi moderat yang disokong Turki dan sejumlah negara."
Wilayah tempat pesawat ditembak jatuh memang merupakan medan perang antara Presiden Suriah, Bashar Al-Assad, dan pemberontak yang berusaha menggulingkannya. Rusia meluncurkan intervensi militer pada Oktober lalu guna melindungi wilayah Suriah Barat yang masih dikuasai rezim Assad. Selama ini, Turki menentang Assad dan mengutuk intervensi Rusia karena dianggap membidik pemberontak yang tidak berafiliasi dengan kelompok teroris ISIS.
Perang yang lebih luas bisa saja terjadi, tapi sejuah ini Rusia baru melakukan reaksi terhadap Turki dengan melarang warga negaranya melawat ke negara itu.
REUTERS | SPUTNIKNEWS | GUARDIAN | Natalia Santi
Baca juga: Pasca Teror: Duh, Wanita Muslim Ini Dilecehkan di Kereta, Lalu...
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini