Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kartu mati amin gemayel

Keadaan libanon makin panas, sekelompok druze dan syiah menolak gagasan amin gemayel membentuk kabinet. pasukan arafat terkurung di tripoli. as dan israel siap membalas syria. (ln)

17 Desember 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HUJAN dan salju mengguyur pegunungan di sekitar tenggara Kota Beirut. Suasana itu seakan menyelimuti persiapan pindah dua kontingen di tempat berbeda: pasukan marinir Amerika Serikat di pelabuhan udara Beirut dan laskar Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pro-Arafat di bandar Tripoli. Namun? hingga awal pekan in, kedua pasukan itu belum beranjak dari tempat masing-masing. Untuk para marinir AS, isyarat telah tersirat dalam keterangan Jenderal Paul X. Kelley di Washington, pekan lalu. Panglima Korps Marinir AS itu menyatakan "optimistis bahwa unit amfibi marinir AS akan ditarik dari Libanon, awal tahun depan." Kelley adalah perwira senior AS pertama yang membicarakan nasib 1.600 marinir itu secara terperinci. Menurut perkiraan, penarikan mundur itu akan dilakukan melalui tiga tahap. Dalam minggu-minggu ini, kesatuan marinir itu akan dipindahkan dari pelabuhan udara Beirut ke tempat baru di selatan, di sekitar jalan pantai menuju pelabuhan Sidon dan Tyre. Kemudian, secara berangsur, mereka ditarik ke kapal-kapal AS yang berlabuh di lepas pantai. Terakhir, bila tentara Libanon sudah dianggap mampu mengatasi keadaan, mereka dipulangkan ke AS. Rencana ini, tentu saja, sepenuhnya tergantung pada situasi di Libanon sendiri. Sejak pulang dari AS, minggu silam, presiden Libanon Amin Gcmayel justru berhadapan dengan keadaan yang makin buruk. Usahanya membentuk kabinet dengan kesempatan lebih luas bagi kelompok non-Maronite belum berhasil. Bahkan kelompok Syiah dan Druze - kekuatan utama oposisi - tak berselera menyambut gagasan itu. Tentara pemerintah, yang berkekuatan 34.000, ditambah 7.000 polisi hanya menguasai sekitar 10% wilayah Libanon. Setelah pembunuhan terhadap Hakim Tinggi Sheik Halim Takieddine, Libanon menurunkan pasukan bersenjata lengkap guna menjaga kemungkinan serangan besar Druze. Apalagi tokoh Druze Walid Jumblat sudah mengumbar tekad membalas dendam. Dua peristiwa berdarah lain ikut membuat suasana bertambah panas. Di Lembah Bekaa, awal minggu lampau, Syria menembak jatuh dua pesawat Israel. Di Yerusalem, sebuah bis meledak dengan korban empat tewas dan 46 luka. Dari kantornya di Nikosia, PLO menyatakan bertanggung jawab atas ledakan ini. Sebagian pengamat melihat tindakan ini sebagai aksi balas dendam. Sehari sebelumnya, sebuah mobil bermuatan bom meletup di permukiman Islam di Tariq al-Jdideh, Beirut. Hampir 20 orang tewas 100 lainnya luka-luka. Selang tiga hari setelah peristiwa Lembah Bekaa dan tragedi Yerusalem, sebuah gencatan senjata baru tercapai. Tapi, komite keamanan yang bertanggung jawab untuk pembukaan bandar udara Beirut tak bisa bertemu karena salah satu milisi oposisi, Amal, melancarkan boikot. Mereka bahkan tidak mengakui eksistensi pemerintah Libanon (Lihat: Siap Berkelahi 100 Tahun). Milisi Syiah Amal menghimpunkan sekitar 15.000 sampai 20.000 sukarelawan. Syria menempatkan 50.000 tentaranya di Libanon Libya menempatkan 1.000 serdadu. Milisi Druze berkekuatan 11.000. Israel, yang sedang mendapar angin dari pemerintah AS, menyarangkan 20.000 serdadunya di Libanon. Di sana ada pula 6.000 tentara PBB, 5.800 pasukan multinasional dan 2.000 milisi Kristen pro-Syria. Di Tripoli, 4.000 milisi Tauhid dan 4.000 laskar Arafat sedang berhadapan dengan 2.000 pembangkang PLO yang didukung Syria dan Libya. Di samping itu, masih terdapat 25.000 pasukan Falangis dan 10.000 anggota kelompok bekas presiden Libanon, Sulaiman Franjieh. Di tengah simpang-siur kelompok bersenjata inilah Amin Gemayel memainkan kartu-kartunya yang tidak meyakinkan. Di Tripoli, laskar Arafat, yang siap evakuasi, belum bisa keluar pelabuhan. Kapal perang dan helikopter Israel menembaki posisi mereka. Tak satu pun negara Arab memberi payung militer untuk kafilah Arafat. "Evakuasi yang paling sedih," tulis seorang wartawan dari Tripoli. Di Yerusalem, Israel menyatakan tak sudi menjamin keamanan pasukan Arafat yang meninggalkan Tripoli. Sekretaris kabinet Israel, Dan Meridor, malah mencela PBB yang mengizinkan benderanya berkibar di empat kapal Yunani, yang akan mengangkut pasukan PLO itu, sesuai dengan permintaan Yasser Arafat. Menurut rencana, dua kapal akan berlayar ke Yaman Utara, dan dua lainnya ke Tunisia. Sekitar 60 anak buah Arafat yang luka akan diangkut kapal Italia berbendera Palang Merah. "Kami tidak akan mengumumkan perang dengan Yunani atau PBB," kata seorang pejabat senior Israel. Tapi, menurut beberapa diplomat Barat, Israel sengaja "menggantung" Arafat dan memancing kemarahan dunia terhadap keputusan PBB. Evakuasi kali ini sepenuhnya tidak menguntungkan Arafat. Tak satu pun serdadunya diizinkan Syria kembali ke Lembah Bekaa. Kamp Badawi dan Nahr El-Bared, yang dihuni sekitar 35.000 pengungsi Palestina, tetap diduduki pasukan pemberontak PLO Abu Musa. Kemungkinan Arafat mendekati Raja Hussein dari Yordania tampaknya juga akan terganggu. Setelah sidang kabinet Israel, Ahad lalu, Dan Meridor mengulangi imbauan kepada Raja Hussein untuk merundingkan masa depan Tepi Barat. "Setelah PLO binasa, tibalah waktu yang baik untuk perundingan semacam itu," kata Meridor. Serangan Israel terhadap posisi Syria dan sekutunya di Libanon tampaknya mempengaruhi sikap Damaskus. Ditambah berita simpang-siur mengenai penyakit Presiden Hafez Assad, yang diopname sejak 13 November, AS dan sekutunya seperti menanti peluang yang baik untuk memberikan pukulan menentukan. Menurut mingguan Libanon, An Nahar Al-Arabi Wal Dawli, pemerintahan sehari-hari Syria kini dijalankan dewan enam orang. Salah seorang anggota dewan adalah Kolonel Rifaat Assad, komandan brigade elite angkatan darat, dan adik kandung Hafez Assad.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus