Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - KBRI Manila mengatakan sejauh ini tidak ada WNI yang menjadi korban dalam gempa yang mengguncang Mindanao, Filipina, pada Selasa kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gempa Magnitudo 6.8 mengguncang Mindanao pada Selasa pagi pukul 4.44 waktu setempat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Alhamdulillah, belum ditemukan korban jiwa dan tidak ada WNI terdampak," menurut keterangan tertulis KBRI Manila, seperti dilaporkan ANTARA pada Selasa.
Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan getaran dari gempa bumi Mindanao sempat terasa hingga wilayah Indonesia, yakni Tahuna, Sangihe, Melonguane, dan Talaud, dengan intensitas II-III MMI.
Inquirer.net melaporkan bangunan gempa ini adalah yang kedua di Mindanao setelah dua minggu sebelumnya, menewaskan sedikitnya tujuh orang. Gempa merubuhkan dinding beton, dan membuat pasien keluar dari rumah sakit, dan pekerja kantor dan siswa berlarian panik ke jalan dan ruang terbuka.
Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (Phivolcs) mengatakan, gempa berkekuatan 6,6 itu melanda sekitar 9.04 pagi sekitar 25 kilometer tenggara kota Tulunan di provinsi Cotabato.
Gempa itu berpusat dekat dengan gempa berkekuatan Magnitudo 6.3 pada 16 Oktober yang menewaskan lima orang dan pada kedalaman 7 km yang relatif dangkal. Episentrum gempa sebelumnya adalah 9 km.
Gempa Mindanao, Filipina, pada Selasa, 20 Oktober 2019, mengakibatkan tanah longsor dan bangunan hancur.[Courtesy of Kidapawan City Government/ABS-CBN News]
Menurut laporan dari kantor pertahanan sipil dan polisi, gempa itu menewaskan dua orang di kota Magsaysay, Davao del Sur, yakni siswa kelas 9 Jessie Riel Parba dari Sekolah Menengah Nasional Kasuga, yang terkena puing-puing yang jatuh ketika ia berlari keluar dari gedung sekolah , dan Benita Saban, yang terkubur tanah longsor di Barangay Tagaytay.
Marichel Morla, yang sedang hamil, tewas ketika dia tekena lampu yang jatuh dari rumah di Barangay Banayal di Tulunan yang baru saja dia kunjungi.
Di kota Arakan, provinsi Cotabato, Angel Andy, 22 tahun, dan putranya Reneboy, 7 tahun, meninggal ketika bebatuan longsor menimpa mereka.
Mulai pukul 1 siang pada hari Selasa, lebih dari 80 gempa susulan telah dicatat. Gempa susulan berkekuatan Magnitudo 6.1 mengguncang Tulunan sekitar satu setengah jam setelah gempa Mindanao.