Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Kilas Balik Naiknya Cory Aquino, Mengakhiri Rezim Diktator Filipina Ferdinand Marcos

Cory Aquino memimpin jutaan orang dalam pemberontakan damai yang menggulingkan Ferdinand Marcos yang berkuasa dengan tangan besi selama 2 dekade.

25 Februari 2024 | 17.57 WIB

Kilas Balik Naiknya Cory Aquino, Mengakhiri Rezim Diktator Filipina Ferdinand Marcos
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan presiden Filipina Cory Aquino, yang meninggal pada usia 76 tahun, ia dulu adalah orang yang enggan menjadi pemimpin. Namun akhirnya ia memimpin revolusi yang memulihkan negaranya menuju demokrasi pada awal 1986.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dikutip dari Antara, pada Februari 1986, atau 38 tahun silam, dunia menjadi saksi saat ia memimpin jutaan orang dalam pemberontakan damai yang menggulingkan diktator Ferdinand Marcos, yang telah memerintah dengan tangan besi selama dua dasawarsa. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perempuan dengan nama asli Maria Corazon Sumulong Cojuangco ini lahir di Paniqui, Tarlac, Filipina pada 25 Januari 1933. Dia adalah anak keenam dari pasangan Jose Cojuangco y Chichioco Sr dan Demetria. 

Sebelum naik menjadi presiden, pada 1972, pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos rusak karena korupsi, pelanggaran hak asasi manusia dan penindasan politik. Marcos kemudian mengumumkan keadaan darurat militer dan menangkap pemimpin oposisi utama, termasuk Benigno yang menghabiskan 7 tahun dalam penjara.

Dikutip dari laman Britannica, pada Februari 1986, secara tak terduga Marcos menyerukan pemilihan presiden. Cory Aquino menjadi kandidat presiden dari oposisi yang bersatu. Meskipun Dia secara resmi dilaporkan kalah dalam pemilihan namun Dia dan para pendukungnya menentang hasil tersebut, menuduh kecurangan pemungutan suara yang meluas.

Pada awal pemerintahannya ia membentuk komisi khusus untuk menyelidiki dan mengejar kembali kekayaan negara yang dirampas rezim sebelumnya. Cory Aquino juga menghancurkan monopoli kroni Marcos atas ekonomi negara, menghantar reformasi ekonomi dan pertanian.

Meski meningkatkan kondisi perekonomian negara sampai batas tertentu, kebijakannya dikritik karena goyah dan popularitasnya menurun. Dia harus menghadapi masalah utang luar negeri yang ditinggalkan rezim sebelumnya, sekaligus mengatasi kemiskinan massal.

Masa jabatannya berakhir pada 1992, Cory Aquino menolak untuk mencalonkan diri kembali dan digantikan oleh mantan Menteri Pertahanannya, Fidel Ramos. Meski tak menjabat lagi, Corazon Aquino tetap aktif di bidang politik dan menyerukan perlawanan jika nilai-nilai demokrasi liberal mulai melenceng.

Cory Aquino menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai Presiden Filipina. Pada tahun yang sama, 1986, Corazon dinobatkan sebagai Woman of the Year versi majalah Time. Cory Aquino hingga kini selalu diingat sebagai "Ibu Demokrasi Filipina". Banyak pengamat internasional menjulukinya sebagai "Joan of Arc" modern.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus