Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Kremlin: Rusia Terbuka untuk Berdialog dengan AS, Termasuk Soal Ukraina

Kremlin menekankan pentingnya dialog antara Rusia dan AS mengenai masalah global yang menumpuk.

22 Juni 2024 | 13.00 WIB

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. Sputnik/Mikhail Metzel/Pool via REUTERS
Perbesar
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. Sputnik/Mikhail Metzel/Pool via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Rusia melihat adanya kebutuhan mendesak untuk melakukan perundingan di bidang keamanan dengan Amerika Serikat. Namun, perundingan tersebut harus dilakukan secara “komprehensif” dan mencakup topik Ukraina, kata Kremlin pada Jumat, 21 Juni 2024.

Ketika ditanya apakah Moskow siap untuk berbicara dengan Washington perihal risiko nuklir, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan “mustahil untuk menghilangkan satu bagian pun” dari keseluruhan permasalahan yang kompleks itu.
 
“Jadi kami terbuka untuk berdialog, namun untuk dialog komprehensif yang luas yang mencakup semua dimensi, termasuk dimensi terkini terkait konflik di sekitar Ukraina, terkait keterlibatan langsung AS dalam konflik ini,” kata Peskov kepada wartawan, seperti dikutip Reuters.
 
AS menolak anggapan Rusia bahwa pihaknya telah terlibat dalam perang untuk menghancurkan Moskow hanya karena mereka telah mempersenjatai Ukraina. Setiap perundingan mengenai perang – yang dimulai saat Rusia menginvasi Kyiv pada Februari 2022 – adalah urusan Ukraina, menurut AS.
 
Peskov mengatakan kepada wartawan bahwa daftar topik yang perlu didiskusikan antara Rusia dan AS semakin bertambah.
 
“Secara keseluruhan, dialog ini sangat diperlukan,” kata Peskov. “Hal ini diperlukan karena masalah yang menumpuk, dan ada banyak masalah yang terkait dengan arsitektur keamanan global.”
 
Dari sudut pandang Washington, Presiden Rusia Vladimir Putin-lah yang menambah daftar kekhawatiran keamanan, ketika perang di Ukraina telah memasuki tahun ketiga.
 
Pekan ini Putin mengunjungi Korea Utara, negara yang memiliki arsenal senjata nuklir, dan menandatangani perjanjian pertahanan dengan Kim Jong Un. Presiden Rusia itu mengatakan ia mungkin akan memasok senjata ke Korea Utara sebagai tanggapan atas tindakan Barat yang mempersenjatai Ukraina.
 
Putin juga menegaskan kembali pada Kamis lalu bahwa ia sedang mempertimbangkan untuk meninjau kembali doktrin Rusia mengenai penggunaan senjata nuklir. Perjanjian pengendalian senjata terakhir yang membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat dikerahkan Rusia dan AS akan berakhir pada 2026.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nabiila Azzahra

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini menjadi reporter Tempo sejak 2023 dengan liputan isu internasional

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus