Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Doha - Setelah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Bahrain, kini langkah negara Teluk Arab diikuti oleh sekutunya, Kuwait dan Qatar, meminta warga meninggalkan atau melarang mereka pergi ke Libanon.
Sikap tegas anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) itu datang beberapa hari setelah Riyadh menghentikan bantuan US$ 4 miliar (Rp 54 triliun) untuk pasukan keamanan Libanon sebagai respons permusuhan atas Hizbullah, kelompok Syiah Libanon.
Kantor Kementerian Luar Negeri di Doha, dalam sebuah pernyataan pada Rabu, 24 Februari 2016, sebagaimana disiarkan kantor berita Qatar, mendesak seluruh warganya yang ada di Libanon untuk segera meninggalkan negeri itu demi keselamatan dan melarang warga berpergian ke sana.
Sebelumnya, pada Rabu, 24 Februari 2016, Kedutaan Besar Kuwait di ibu kota Libanon, Beirut, juga menyatakan hal sama kepada warganya, kecuali ada keperluan sangat penting. Kedubes menyarankan mereka berhati-hati serta menghindari tempat-tempat yang tidak aman.
Pernyataan Kuwait itu dikutip kantor berita KUNA. Namun negeri itu tidak memberikan alasan yang jelas.
Pada Selasa, 23 Februari 2016, Kementerian Luar Negeri Saudi mengeluarkan maklumat agar seluruh warga Kerajaan tidak pergi ke Libanon dengan alasan keselamatan, serta meminta mereka yang tinggal di Libanon tidak mengunjungi kawasan yang tidak aman. "Warga Saudi yang ada di Libanon diminta menghubungi kedutaan besar di Beirut," tulis kantor berita SPA.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini