Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Wakil Presiden AS Mike Pence, Sabtu, 11 Maret 2023 mengatakan "sejarah akan meminta pertanggungjawaban Donald Trump" atas perannya dalam serangan 6 Januari 2021 di Capitol AS, salah satu kecaman paling keras yang sejauh ini dia berikan kepada mantan bosnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pence berada di Capitol ketika ribuan pendukung Trump menerobos gedung dalam upaya untuk menghentikan Kongres mengesahkan hasil pemilihan presiden 2020, di mana Trump kalah dari Presiden Joe Biden.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sebagai wakil presiden yang memiliki peran konstitusional sebagai ketua Senat, Pence memimpin apa yang selalu menjadi tugas seremonial untuk menyetujui suara Electoral College untuk memilih presiden dan wakil presiden.
Sepanjang pengepungan, Trump mengirim beberapa tweet, satu menyerukan Partai Republik untuk "melawan" dan yang lainnya membuat klaim palsu tentang penipuan pemilih. Dia juga mengkritik Pence karena mengesahkan hasilnya.
"Presiden Trump salah," kata Pence kepada wartawan yang berkumpul dan tamu mereka di jamuan makan malam Gridiron, acara dasi putih tahunan di Washington, D.C.
"Saya tidak punya hak untuk membatalkan pemilihan dan kata-katanya yang sembrono membahayakan keluarga saya dan semua orang di gedung DPR hari itu, dan saya tahu bahwa sejarah akan meminta pertanggungjawaban Donald Trump."
Pence, yang mempertimbangkan untuk maju dalam pencalonan Republikan untuk pemilihan presiden 2024, digiring ke tempat yang aman oleh petugas keamanan selama serangan itu.
Ia jarang menanggapi peristiwa 6 Juni ini berbulan-bulan setelah insiden tersebut tetapi sejak itu meningkatkan kritiknya terhadap para perusuh dan perilaku mantan bosnya hari itu.
Ia mengkritik tajam perilaku Trump dalam wawancara media akhir-akhir ini dan dalam sebuah memoar yang diterbitkan pada November ia menuduh Trump membahayakan keluarganya.
Tetap saja, komentar Pence pada hari Sabtu adalah yang paling menonjol saat ini.
“Yang terjadi pada hari itu adalah sebuah aib,” katanya. “Dan itu mengolok-olok kesopanan untuk menggambarkannya dengan cara lain. Selama hidup, saya tidak akan pernah mengurangi luka yang diderita, nyawa yang hilang, atau kepahlawanan penegakan hukum pada hari yang tragis itu."
REUTERS