Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEPERTI telah diramalkan, partai PAP-Lee Kuan Yew kembali
menang. Dalam pemilu Singapura 23 Desember itu seluruh 69 kursi
parlemen dia borong. Malahan dalam pemilu ke VI ini Lee makin
kuat otot politiknya: 4 tahun lalu suara yang menentangnya 31,
kini merosot menjadi 28%.
Pada Kamis malam itu pengumpulan dan perhitungan suara
dipusatkan di Singapore Polytechnic. Lee Kuan Yew (53 tahun)
muncul di situ malam 24 Desember lalu. Lebih kurang 200
pendukung partai PAP (Partai Aksi Rakyat) mengelu-elukannya.
Begitu keluar dari kendaraan, dia melangkahkan kaki masuk ke
sebuah ruang kantor. Wajahnya serius. Rambutnya memutih,
nampaknya lebih tua dari usianya yang 53 tahun. Pakaiannya
sederhana: hem lengan pendek abu-abu dan celana abuabu gelap.
Sepatunya merah-coklat, yang menandakan bahwa Lee orang yang
cincay-lah - seperti kata orang Singapura.
Tapi sifat cincay (gampangan) itu yang mewarnai pribadinya,
nampaknya tidak berlaku dalam politik. Dia memasuki ruang
perhitungan suara setelah terlebih dulu memperlihatkan surat
keterangan kepada petugas. Lalu dia mondar-mandir sambil
meneliti perhitungan suara, di mana beberapa orang dari partai
oposisi, seperti Hanbans Singh ikut hadir. Dia rupanya ingin
mencocokkan analisanya dengan pemilu yang berlangsung dari jam 8
pagi sampai dengan jam 8 malam. Lee menilai, 10-12% yang
menentangnya adalah fihak yang menginginkan pemerintahan
komunis 16% lainnya terdiri dari yang tidak puas karena
penggusuran, soal lisensi (tidak. diberikan atau dicabut) dan
mereka yang para anggota familinya ditolak izinnya bertempat
tinggal di Singapura.
Kekuasaan Mutlak
Rupanya dalam pemilu kali ini kampanye PAP lebih efisien. Partai
ini berhasil mematahkan kampanye lawan yang menggunakan
isyu-isyu seperti tersebut di atas. Lee tetap lebih menyukai
kekuasaan mutlak daripada memberi kesempatan kepada fihak-fihak
yang tidak mau mengekor padanya.
Untuk mengamankan garis politiknya, sekalipun perhitungan suara
belum seluruhnya rampung, Lee telah menciduk Samshudin Tung dari
partai United Front. Tung, bekas editor Nanyang Siang Pao pada
tahun 1971 pernah ditahan dua tahun, tanpa diadili. Kini dia
diringkus lagi berdasarkan Internal Security Act, yang tidak
memerlukan pemeriksaan pengadilan. Tuduhan yang pasti belum
diketahui. Mungkin juga Tung dikategorikan komunis oleh Lee.
Beberapa hari menjelang pemilu, Lee pernah mengancam mereka yang
berani menggunakan atau menyinggung-nyinggung khauvinisme rasial
dalam kampanye pemilu atau dalam kehidupan sehari-hari.
Pemerintahan PAP sangat anti terhadap komunis. Rajaratnam yang
hadir dalam perhitungan suara di Singapore Polytechnic itu
tegas-tegas mengatakan kepada TEMPO bahwa oposisi kita
sebenarnya cuma satu: komunis (lihat boxl
Dengan kemenangan PAP secara mutlak ini, agaknya Singapura
merasa dirinya makin jauh dari cengkeraman komunis. Kemenangan
PAP juga memantapkan hubungan Singapura dengan ASEAN. Karena
hanya dengan kerjasama itu Singapura dapat mempertahankan
pertumbuhan ekonominya, stabilitas sosial-politiknya dan -
secara tidak langsung keamanannya. Lee beranggapan bahwa ASEAN
yang makmur merupakan bendungan terhadap komunisme yang datang
dari utara.
Untuk keamanan dalam negeri itu Singapura akan menyediakan 4
sampai 5 persen dari GNP-nya. Dan kemenangan PAP sendiri agaknya
merupakan daya-tarik yang kuat untuk para investor Barat dan
Jepang untuk memperkuat struktur perindustrian Singapura.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo