Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Menjelang Ramadan, Begini Situasi Kemanusiaan di Gaza

Sudah lima bulan pengeboman Israel di Gaza tanpa henti, bagaimana situasi kemanusiaan di Gaza menjelang Ramadan?

8 Maret 2024 | 05.00 WIB

Warga Palestina melihat puing-puing rumah keluarga yang hancur akibat serangan udara Israel di kota Deir Al Balah selatan, Jalur Gaza selatan, 07 Maret 2024. Lebih dari 30.500 warga Palestina dan lebih dari 1.300 warga Israel tewas, menurut Kementerian Kesehatan Palestina dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), sejak militan Hamas melancarkan serangan terhadap Israel dari Jalur Gaza pada 07 Oktober 2023, dan operasi Israel di Gaza dan Tepi Barat setelahnya. EPA-EFE/MOHAMMED SABRE
Perbesar
Warga Palestina melihat puing-puing rumah keluarga yang hancur akibat serangan udara Israel di kota Deir Al Balah selatan, Jalur Gaza selatan, 07 Maret 2024. Lebih dari 30.500 warga Palestina dan lebih dari 1.300 warga Israel tewas, menurut Kementerian Kesehatan Palestina dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), sejak militan Hamas melancarkan serangan terhadap Israel dari Jalur Gaza pada 07 Oktober 2023, dan operasi Israel di Gaza dan Tepi Barat setelahnya. EPA-EFE/MOHAMMED SABRE

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pengiriman bantuan ke Gaza menjadi semakin mendesak dalam lima bulan setelah serangan Israel yang telah membuat sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya mengungsi, menyebabkan kekurangan makanan, air dan obat-obatan serta memicu gangguan tatanan sosial.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Berikut beberapa fakta mengenai kondisi di wilayah Palestina:

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pengungsi

Diperkirakan 1,7 juta orang, lebih dari 75% populasi Gaza, telah mengungsi, banyak dari mereka terpaksa berpindah berulang kali melintasi wilayah kantong tersebut, menurut badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA).

Israel bulan lalu mengintensifkan pemboman terhadap Rafah, sebuah kota di Gaza selatan yang berbatasan dengan Mesir, dimana sekitar 1,5 juta orang diperkirakan berdesakan.

Kebanyakan orang di sana telah meninggalkan rumah mereka di utara untuk menghindari serangan militer Israel, yang dilancarkan setelah serangan mematikan yang dilakukan militan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober.

Kelaparan, Bantuan Kemanusiaan

Anak-anak sekarat karena kelaparan di Gaza utara, kata Ketua Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus pada X pada 4 Maret, mengutip tim WHO yang mengunjungi dua rumah sakit.

“Ketika anak-anak mulai meninggal karena kelaparan, hal ini seharusnya menjadi peringatan yang tiada duanya,” kata Jens Laerke, juru bicara kantor kemanusiaan PBB.

“Jika tidak sekarang, kapan waktu untuk berhenti, memecahkan kaca, membanjiri Gaza dengan bantuan yang dibutuhkan?”

Israel menghentikan semua impor makanan, obat-obatan, listrik dan bahan bakar ke Gaza pada awal perang. Meskipun kemudian mereka mengizinkan masuknya beberapa pengiriman bantuan melalui Mesir dan melalui penyeberangan Kerem Shalom Israel, kelompok-kelompok bantuan mengatakan pemeriksaan keamanan dan sulitnya bergerak di zona perang telah sangat menghambat operasi mereka.

Organisasi-organisasi PBB mengatakan bahwa tingkat kekurangan gizi pada anak-anak di Gaza utara “sangat ekstrem” dan tiga kali lebih tinggi dibandingkan di wilayah selatan Palestina dimana lebih banyak bantuan tersedia.

Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan pada 6 Maret, jumlah warga Palestina yang meninggal karena dehidrasi dan kekurangan gizi mencapai 20 orang. Reuters tidak dapat memverifikasi kematian tersebut.

Israel menghadapi tekanan untuk berbuat lebih banyak guna mengatasi krisis kemanusiaan setelah warga Palestina terbunuh saat menunggu bantuan di Gaza bulan lalu. Otoritas kesehatan Gaza mengatakan 118 orang tewas, dan menghubungkan kematian tersebut dengan tembakan Israel. Israel, yang mengatakan sebagian besar korban tewas terinjak atau terlindas, telah berjanji untuk menyelidikinya.

Kesehatan dan Rumah Sakit

WHO mengatakan sebagian besar dari 36 rumah sakit di Gaza telah berhenti berfungsi. Hanya 12 yang berfungsi sebagian – enam di utara dan enam di selatan – dan satu, Rumah Sakit Al Amal di Khan Younis, dianggap tidak berfungsi maksimal.

Richard Peeperkorn, perwakilan WHO untuk Gaza dan Tepi Barat, mengatakan pada 5 Maret bahwa lebih dari 8.000 orang perlu dirujuk ke luar Gaza untuk mendapatkan perawatan medis.

Pada 3 Maret, WHO dan mitranya mengunjungi rumah sakit Kamal Adwan dan Al-Awda di Gaza utara untuk mengirimkan pasokan untuk pertama kalinya sejak dimulainya permusuhan.

Kedua rumah sakit tersebut “berjuang untuk bertahan hidup dengan bantuan dosis kecil yang membuat mereka hampir tidak cukup berfungsi untuk melayani mereka yang paling membutuhkan,” kata Dr Ahmed Dahir, kepala sub-kantor WHO di Gaza.

Peran Mesir dan Hamas

Mesir telah menyalurkan bantuan internasional melalui perbatasannya dengan Gaza, namun berulang kali mengkritik Israel karena menghambat pengiriman bantuan, sebuah tuduhan yang dibantah oleh Israel.

Mesir sangat ingin memberikan bantuan ke Gaza karena khawatir akan terjadinya pengungsian massal warga Palestina ke Semenanjung Sinai.

Israel mengatakan Hamas mengalihkan bantuan untuk kepentingannya sendiri. Hamas membantah hal ini. Mereka mengatakan tidak mempunyai peran dalam distribusi barang yang merupakan tanggung jawab PBB dan Bulan Sabit Merah.

Kementerian Dalam Negeri yang dikelola Hamas telah berhenti beroperasi secara normal. Pasukan, kantor dan kendaraannya telah berulang kali dibom, dan beberapa pemimpin penting telah terbunuh, termasuk personel polisi yang bertugas melindungi truk bantuan yang datang melalui Rafah, serta kepala otoritas Gaza yang mengatur penyeberangan ke Israel dan Mesir.

Bantuan dari Udara, Kontraktor Swasta

COGAT, cabang militer Israel yang menangani pengiriman bantuan, mengatakan pihaknya menyediakan koordinasi untuk konvoi bantuan, memfasilitasi koridor taktis, dan menempatkan petugas di unit-unit di lapangan untuk memastikan perjalanan.

Pada akhir Februari, Israel juga mulai bekerja sama dengan kontraktor swasta untuk mengirimkan bantuan ke tempat penampungan di Gaza utara.

Namun, juru bicara COGAT Shimon Freedman mengatakan distribusi dan keamanan pada akhirnya bergantung pada lembaga bantuan dan PBB.

Negara-negara termasuk AS telah mulai menjatuhkan bantuan dari udara, yang menurut Freedman didukung oleh Israel. Militer AS melakukan pengiriman makanan pertama ke warga Gaza pada 2 Maret.

Namun lembaga-lembaga bantuan mengatakan pasokan bantuan dari udara lebih sedikit dibandingkan yang dapat diangkut oleh truk dan mungkin tidak memberikan bantuan kepada mereka yang paling terkena dampaknya.

Kondisi Sandera Israel

Setidaknya 134 tawanan diyakini masih ditahan dari 253 orang yang ditangkap pada 7 Oktober dalam serangan Hamas yang menewaskan sekitar 1.200 orang, menurut penghitungan Israel. Pihak berwenang Israel mengatakan para tawanan ditahan tanpa komunikasi, tanpa akses Palang Merah.

Sayap bersenjata Hamas mengatakan pada 1 Maret bahwa serangan Israel telah mengakibatkan kematian lebih dari 70 tawanan. Para pejabat Israel pada umumnya menolak menanggapi pesan publik Hamas mengenai para sandera, dan menganggapnya sebagai perang psikologis.

REUTERS

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus