Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LOCKHEED, nama industri penerbangan raksasa di AS, agaknya sudah
menjelma menjadi lambang penyuapan. Senat AS yang menelanjangi
praktek penyuapan yang dilakukan Lockheed kepada para pemimpin
dan tokoh bisnis di mancanegara, mungkin berhasil membuat para
industrialis Amerika berhati-hati. Tapi praktek model Lockheed
agaknya tak cuma terjadi di Amerika. Di Jerman Barat,
sebagaimana ditulis majalah ternama Der Spiegel baru-baru ini,
kisah Lockheed bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Dalam laporan
utamanya awal Mei lalu, mingguan yang punya sirkulasi 1,2 juta
itu telah membeberkan praktek serupa yang dilakukan para
pengusaha di negerinya Willy Brandt. Berikut ini beberapa
petikan menarik dari Der Spigel yang turun dengan judul: 'Dan
semua minta dibagi Sedekah' (Und alle wollen sie ein
Bakschisch).
* Hermann Fredersdorf, ketua Serikat Buruh Bea Cukai menaksir
uang suap yang disediakan para pengusaha Jerman berjumlah
seputar DM 2,2 milyar setahun. Taksiran Fredersdorf itu mungkin
agak tinggi. Tapi harus diakui, orang-orang bea cukai dan para
inspektur pajak biasanya mempunyai gambaran yang agak tepat
tentang jumlah uang suap. Sebuah taksiran yang sangat
berhati-hati, seperti dikemukakan Gunther Schwel dari
Departemen Keuangan Jerman Barat, memperkirakan jumlah uang suap
itu paling rendah DM 550 juta setahun.
* Dalam satu penggeledahan dalam kamar tidur Menteri Perhubungan
Zaire, Eketebi Moyidiba, polisi berhasil menemukan sepeti uang
berisi lembaran $AS 2. Moyidin kemudian ditahan. Tapi menurut
kcterangan fihak Kejaksaan Agung Zaire tumpukan dollar itu
berasal dari maskapai galangan kapal Vulkan di Jerman Barat,
untuk "melicinkan" pembelian 6 kapal pengangkut seharga DM 180
juta bagi negerinya jenderal Mobotu. Juga dalam tahun 1960-an
galangan kapal Lussen di Bremen berhasil memhuat kontrak
jual-beli dengan pemerintah Arab Saudi seharga DM 30 juta.
Sebanyak DM 1,7 juta lebih atau hampir 6% (enam prosen) dari
harga penjualan disisihkan bagi sejumlah orang penting di Arab
Saudi yang kerajaan absolut itu
* Sebuah maskapai Jerman Baral yang bergerak di bidang
elektronika. mendapat order untuk perlengkapan elektronis sebuah
pabrik baja di Asi Tenggara (Krakatau Steel? - Red) Sekalipun
yang ditawarkan perusahaan Jerman itu jauh lebih tinggi dari
penawaran yang diajukan perusahaan-perusahaan sejenis di negeri
lain, toh perusahaan elektronika itu yang menang dalam "tender".
Permainan harga kontrak itu, menurut Spiegel, terang bukan
disebabkan merek made in Germany yang terkenal kuat. Tapi
seper tiga, atau 33, (tiga puluh tiga prosen dari harga
penawaran itu, menum taksiran orang dalam, disisihkan fihak
Jerman yang lihai itu sebagai uang suap.
* Rainer Offergeld, salah seorang pejabat Departemen Keuangan
Jerman Barat, berkata: "Kita harus ikut main atau bisa gigit
jari". Demikian pula di Bonn timbul pengertian bahwa segalanya
tak akan lancar jika tak disertai hadiah mewah atau komisi di
bawah meja. Tak sedikit pun terlintas pada orang-orang di Bonn
untuk mengungkapkan striptis model Washington. Bahkan sebuah
kantor penerangan untuk perdagangan luar negeri di Koln yang
langsung di bawah pengawasan Menteri Perekonomian Hans
Friederichs -- tahun lalu menyusun sebuah daftar petunjuk yang
penting di seputar urusan pemberian hadiah dan komisi. Untuk
para pejabat di Libya misalnya Kantor Jerman itu menganjurkan
agar menyediakan sejumlah uang yang kecil saja untuk melicinkan
semua rintangan. Tapi dalam hal lain yang dipandang sulit, para
eksportir Jerman dianggap perlu menyisihkan komisi setinggi 20%
(dua puluh prosen) Dari jumlah order. Dan komisi yang juga
disebut sebagai "pos pengeluaran tak menentu" itu, oleh hukum di
Jerman Barat dianggap boleh dibebaskan dari pajak.
* Skandal Lockheed dan Northrop telah membuka mata berbagai
negeri pembeli. Begitu pula perusahaan-perusahaan Jerman mulai
kena sorot. Industri penerbangan Northrop dalam keterangannya
Kepada Senat AS mengakui: mereka telah memindahkan sebanyak satu
juta dollar lebih atas rekening khusus perusahaan elektro
Siemens di Swiss. Northrop tak memperhitungkan jumlah itu
dalam pajaknya. Sedang Siemens tak mau buka mulut siapa
gerangan yang menerima uang itu. Begitu juga yang terjadi di
Iran. Northrop bersama maskapai multinasional Siemens dan luar
perusahaan lainnya pernah mendapat order pemasanan jaringan
telekomunikasi seharga $ 5 juta. Sebuah panitia di Iran mencoba
menyelidiki siapa saja di negara minyak itu yang sudah kena
suap. Namun bukti-bukti tak berhasil mereka temukan.
* Di tahun 1974, sejumlah ahli telekomunikasi dari beberapa
negara Arab berkumpul di hotel Hilton di Tunisia. Mereka
memperbincangkan kemungkinan mendirikan proyek satelit untuk
Liga Arab. Maka puluhan wakil perusahaan AS dan Eropa terbang
ke Tunis. Tak ketinggalan tiga wakil dari satu perusahaan
Jerman yang amat aktif meyakinkan orang-orang Arab itu. Mereka
tak segan menyediakan 4 wanita cantik dari negerinya.
Perusanaan-perusahaan Jerman itu ada juga memasang seorang
"direktur", yang merupakan keluarga dekat dari salah seorang
pejabat penting suatu negeri. Melalui "direktur" itulah mereka
kemudian mengatur, agar keputusan yang ditempuh negeri
berkembang tertentu itu menguntungkan perusahaan mereka.
* Di Muangthai caranya lebih "elegan". Penyelesaian transaksi tak
dibicarakan secara langsung, tapi dilakukan melalui kantor
pengacara. Maka selang beberapa hari ada panggilan dari kantor
pengacara itu untuk membicarakan segala sesuatu, termasuk uang
komisi. Dan di negara-negara yang membatasi impor barang luks.
alat pelicin itu bukan cuma uang tunai. Tapi juga mobil balap,
kapal pesiar cepat, perlengkapan dapur ultra modern, unit stereo
yang lengkap sampai herbagai kamera film. Tak kurang disukai
adalah pesiar ke Eropa atau keliling dunia. Biasanya mereka
berangkat dari pelabuhan udara satu negeri tetanga. Beberapa
pimpinan biro perjalanan di Singapura tak merasa heran, jika
seorang pegawai tinggi bersama isteri tiba di pelabuhan Paya
Lebar dari Kualalumpur atau Jakarta dengan menumpang kelas
ekonomi. Untuk kernudian meneruskan perjalanan mereka dengan
kelas utama salah satu penerbangan.
* Hans Matthofer, kini Menteri Riset dalam kabinet Helmut
Schmidt, sejak lama mendesak agar pembebasan pajak bagi uang
suap atau komisi itu dihapuskan saja. Lebih jauh lagi, Matthofer
yang sejak 1971 aktif mengurus bantuan kepada negeri-negeri
berkembang, ,menganggap perlu dimulainya suatu perang
internasional melawan praktek-praktek yang turut membantu
korupsi di seluruh dunia. Untuk itu orang Sosialis Demokrat
(SPD) itu menunjuk kesaksian Gunnar Myrdhal, pemenang hadiah
Nobel. Orang Swedia yang tersohor itu berpendapat:
negara-negara industri akan sangat membantu pembangunan Dunia
Ketiga kalau saja mereka menghentikan praklek-praktek penyuapan
yang selama ini mereka lakukan.
Apakah dengan begitu perbuatan korupsi di negeri berkemhang
dapat dibendung? Spiegel dalam akhir laporannya beranggapan:
hal itu masih menjadi tanda tanya besar. Sebab sumber
penyebabnya bukanlah perdagangan internasional. Para pengusaha
Barat "hanya menysuaikan diri" dengan praktek korupsi yang
sudah berlaku di negara-ngara itu.Nah, bisakah hal itu dirubah
kalau PBB -- seperti diusulkan Matthofer -- mengeluarkan sebuah
charter khusus tentang Korupsi?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo