Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mereka Menyuap Dunia Ketiga

Laporan majalah der spiegel di jerman barat tentang, praktek penyuapan oleh pengusaha di negara itu. dikatakan, praktek korupsi bersumber dari dunia ketiga. dunia barat hanya menyesuaikan diri. (ln)

19 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LOCKHEED, nama industri penerbangan raksasa di AS, agaknya sudah menjelma menjadi lambang penyuapan. Senat AS yang menelanjangi praktek penyuapan yang dilakukan Lockheed kepada para pemimpin dan tokoh bisnis di mancanegara, mungkin berhasil membuat para industrialis Amerika berhati-hati. Tapi praktek model Lockheed agaknya tak cuma terjadi di Amerika. Di Jerman Barat, sebagaimana ditulis majalah ternama Der Spiegel baru-baru ini, kisah Lockheed bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Dalam laporan utamanya awal Mei lalu, mingguan yang punya sirkulasi 1,2 juta itu telah membeberkan praktek serupa yang dilakukan para pengusaha di negerinya Willy Brandt. Berikut ini beberapa petikan menarik dari Der Spigel yang turun dengan judul: 'Dan semua minta dibagi Sedekah' (Und alle wollen sie ein Bakschisch). * Hermann Fredersdorf, ketua Serikat Buruh Bea Cukai menaksir uang suap yang disediakan para pengusaha Jerman berjumlah seputar DM 2,2 milyar setahun. Taksiran Fredersdorf itu mungkin agak tinggi. Tapi harus diakui, orang-orang bea cukai dan para inspektur pajak biasanya mempunyai gambaran yang agak tepat tentang jumlah uang suap. Sebuah taksiran yang sangat berhati-hati, seperti dikemukakan Gunther Schwel dari Departemen Keuangan Jerman Barat, memperkirakan jumlah uang suap itu paling rendah DM 550 juta setahun. * Dalam satu penggeledahan dalam kamar tidur Menteri Perhubungan Zaire, Eketebi Moyidiba, polisi berhasil menemukan sepeti uang berisi lembaran $AS 2. Moyidin kemudian ditahan. Tapi menurut kcterangan fihak Kejaksaan Agung Zaire tumpukan dollar itu berasal dari maskapai galangan kapal Vulkan di Jerman Barat, untuk "melicinkan" pembelian 6 kapal pengangkut seharga DM 180 juta bagi negerinya jenderal Mobotu. Juga dalam tahun 1960-an galangan kapal Lussen di Bremen berhasil memhuat kontrak jual-beli dengan pemerintah Arab Saudi seharga DM 30 juta. Sebanyak DM 1,7 juta lebih atau hampir 6% (enam prosen) dari harga penjualan disisihkan bagi sejumlah orang penting di Arab Saudi yang kerajaan absolut itu * Sebuah maskapai Jerman Baral yang bergerak di bidang elektronika. mendapat order untuk perlengkapan elektronis sebuah pabrik baja di Asi Tenggara (Krakatau Steel? - Red) Sekalipun yang ditawarkan perusahaan Jerman itu jauh lebih tinggi dari penawaran yang diajukan perusahaan-perusahaan sejenis di negeri lain, toh perusahaan elektronika itu yang menang dalam "tender". Permainan harga kontrak itu, menurut Spiegel, terang bukan disebabkan merek made in Germany yang terkenal kuat. Tapi seper tiga, atau 33, (tiga puluh tiga prosen dari harga penawaran itu, menum taksiran orang dalam, disisihkan fihak Jerman yang lihai itu sebagai uang suap. * Rainer Offergeld, salah seorang pejabat Departemen Keuangan Jerman Barat, berkata: "Kita harus ikut main atau bisa gigit jari". Demikian pula di Bonn timbul pengertian bahwa segalanya tak akan lancar jika tak disertai hadiah mewah atau komisi di bawah meja. Tak sedikit pun terlintas pada orang-orang di Bonn untuk mengungkapkan striptis model Washington. Bahkan sebuah kantor penerangan untuk perdagangan luar negeri di Koln yang langsung di bawah pengawasan Menteri Perekonomian Hans Friederichs -- tahun lalu menyusun sebuah daftar petunjuk yang penting di seputar urusan pemberian hadiah dan komisi. Untuk para pejabat di Libya misalnya Kantor Jerman itu menganjurkan agar menyediakan sejumlah uang yang kecil saja untuk melicinkan semua rintangan. Tapi dalam hal lain yang dipandang sulit, para eksportir Jerman dianggap perlu menyisihkan komisi setinggi 20% (dua puluh prosen) Dari jumlah order. Dan komisi yang juga disebut sebagai "pos pengeluaran tak menentu" itu, oleh hukum di Jerman Barat dianggap boleh dibebaskan dari pajak. * Skandal Lockheed dan Northrop telah membuka mata berbagai negeri pembeli. Begitu pula perusahaan-perusahaan Jerman mulai kena sorot. Industri penerbangan Northrop dalam keterangannya Kepada Senat AS mengakui: mereka telah memindahkan sebanyak satu juta dollar lebih atas rekening khusus perusahaan elektro Siemens di Swiss. Northrop tak memperhitungkan jumlah itu dalam pajaknya. Sedang Siemens tak mau buka mulut siapa gerangan yang menerima uang itu. Begitu juga yang terjadi di Iran. Northrop bersama maskapai multinasional Siemens dan luar perusahaan lainnya pernah mendapat order pemasanan jaringan telekomunikasi seharga $ 5 juta. Sebuah panitia di Iran mencoba menyelidiki siapa saja di negara minyak itu yang sudah kena suap. Namun bukti-bukti tak berhasil mereka temukan. * Di tahun 1974, sejumlah ahli telekomunikasi dari beberapa negara Arab berkumpul di hotel Hilton di Tunisia. Mereka memperbincangkan kemungkinan mendirikan proyek satelit untuk Liga Arab. Maka puluhan wakil perusahaan AS dan Eropa terbang ke Tunis. Tak ketinggalan tiga wakil dari satu perusahaan Jerman yang amat aktif meyakinkan orang-orang Arab itu. Mereka tak segan menyediakan 4 wanita cantik dari negerinya. Perusanaan-perusahaan Jerman itu ada juga memasang seorang "direktur", yang merupakan keluarga dekat dari salah seorang pejabat penting suatu negeri. Melalui "direktur" itulah mereka kemudian mengatur, agar keputusan yang ditempuh negeri berkembang tertentu itu menguntungkan perusahaan mereka. * Di Muangthai caranya lebih "elegan". Penyelesaian transaksi tak dibicarakan secara langsung, tapi dilakukan melalui kantor pengacara. Maka selang beberapa hari ada panggilan dari kantor pengacara itu untuk membicarakan segala sesuatu, termasuk uang komisi. Dan di negara-negara yang membatasi impor barang luks. alat pelicin itu bukan cuma uang tunai. Tapi juga mobil balap, kapal pesiar cepat, perlengkapan dapur ultra modern, unit stereo yang lengkap sampai herbagai kamera film. Tak kurang disukai adalah pesiar ke Eropa atau keliling dunia. Biasanya mereka berangkat dari pelabuhan udara satu negeri tetanga. Beberapa pimpinan biro perjalanan di Singapura tak merasa heran, jika seorang pegawai tinggi bersama isteri tiba di pelabuhan Paya Lebar dari Kualalumpur atau Jakarta dengan menumpang kelas ekonomi. Untuk kernudian meneruskan perjalanan mereka dengan kelas utama salah satu penerbangan. * Hans Matthofer, kini Menteri Riset dalam kabinet Helmut Schmidt, sejak lama mendesak agar pembebasan pajak bagi uang suap atau komisi itu dihapuskan saja. Lebih jauh lagi, Matthofer yang sejak 1971 aktif mengurus bantuan kepada negeri-negeri berkembang, ,menganggap perlu dimulainya suatu perang internasional melawan praktek-praktek yang turut membantu korupsi di seluruh dunia. Untuk itu orang Sosialis Demokrat (SPD) itu menunjuk kesaksian Gunnar Myrdhal, pemenang hadiah Nobel. Orang Swedia yang tersohor itu berpendapat: negara-negara industri akan sangat membantu pembangunan Dunia Ketiga kalau saja mereka menghentikan praklek-praktek penyuapan yang selama ini mereka lakukan. Apakah dengan begitu perbuatan korupsi di negeri berkemhang dapat dibendung? Spiegel dalam akhir laporannya beranggapan: hal itu masih menjadi tanda tanya besar. Sebab sumber penyebabnya bukanlah perdagangan internasional. Para pengusaha Barat "hanya menysuaikan diri" dengan praktek korupsi yang sudah berlaku di negara-ngara itu.Nah, bisakah hal itu dirubah kalau PBB -- seperti diusulkan Matthofer -- mengeluarkan sebuah charter khusus tentang Korupsi?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus