Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Johor Baru – Pangeran Johor, Tunku Ismail Ibni Sultan Ibrahim, membuat cuitan yang menjadi kontroversial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca juga: PM Mahathir Sebut Pangeran Johor Orang Kecil, Kenapa?
Ismail mencuit pada perayaan Hari Raya Idul Fitri bahwa pakaian Baju Melayu Teluk Belanga hanya layak dipakai oleh keluarga kerajaan Johor.
Dia juga membuat perbandingan antara burung elang dan burung pipit, yang terbang pada ketinggian berbeda.
“Anda sebaiknya tahu posisi Anda dan biarkan mimpi-mimpi itu lebih rendah dari pada tinggi rumput,” kata Ismail seperti dilansir The Star, Ahad, 9 Juni 2019.
Baca juga: Anwar Ibrahim Bicara Soal Konflik Mahathir dan Pangeran Johor
Pernyataan Ismail ini menimbulkan reaksi dari para pengguna sosial media. Ismail beralasan pernyataannya itu merupakan nasihat dari kakeknya.
Seorang netizen menyahut,”Simpan nasihat kakek untuk diri Anda. Kami punya kakek sendiri.”
Seorang netizen lain juga menanggapi. “Tolong hormati semua manusia, bukan hanya pakaian yang dipakainya.”
Seorang guru bernama Lisa Lim mengatakan unggahan dari Ismail itu memiliki nuansa kesombongan.
Baca juga: PM Mahathir Mohamad Sindir Pangeran Johor Tidak Paham Konsep Federal
“Itu mungkin memang nasihat kakeknya. Tapi kata-katanya dan cara dia menuliskan kalimat itu cenderung merendahkan rakyat.”
Menurut analis politik Mohd Akbal Abdullah, beberapa unggahan Ismail di sosial media ditafsirkan secara berlebihan.
“Orang-orang menjadi terlalu sensitif ketika putra mahkota bicara hal-hal terkait keluarga kerajaan,” kata Akbal. “Beberapa orang menanggapi dengan tafsirannya sendiri.”
Menurut ahli sejarah, baju Teluk Belanga dirancang oleh Sultan Abu Bakar untuk memperingati pemindahan ibu kota Kerajaan Johor pada 1866 dari Teluk Belanga di Singapura ke Tanjung Puteri, yang sekarang menjadi Johor Baru.
Pangeran Johor Ismail, yang juga putra mahkota, kerap menghiasi pemberitaan media massa Malaysia belakangan ini. Seperti dilansir Channel News Asia, Ismail, misalnya, berbeda pendapat dengan PM Mahathir Mohamad soal pengelolaan pemerintahan di Johor. Mahathir menyebutnya sebagai anak kecil yang bodoh karena tidak memahami sistem negara federal.