Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Pemerintah Australia Berencana Bunuh Jutaan Kucing Liar

Kucing liar kini menjadi musuh publik nomor satu Australia dan pemerintah berencana untuk memusnahkan kucing liar.

27 April 2019 | 11.00 WIB

Seorang anggota tim SAR menyelamatkan seekor kucing dari banjir akibat terjangan Badai Matthew di Nichols, North Carolina, AS, 10 Oktober 2016. Badai yang dahsyat ini tak hanya membuat ribuan warga terpaksa mengungsi lantaran rumah mereka terendam banjir, namun juga berdampak pada sejumlah binatang peliharaan maupun liar. REUTERS/Randall Bukit
Perbesar
Seorang anggota tim SAR menyelamatkan seekor kucing dari banjir akibat terjangan Badai Matthew di Nichols, North Carolina, AS, 10 Oktober 2016. Badai yang dahsyat ini tak hanya membuat ribuan warga terpaksa mengungsi lantaran rumah mereka terendam banjir, namun juga berdampak pada sejumlah binatang peliharaan maupun liar. REUTERS/Randall Bukit

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kucing liar kini menjadi musuh publik nomor satu Australia dan pemerintah berencana untuk memusnahkan kucing liar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Pada tahun 2020, pemerintah ingin membunuh dua juta kucing liar, sebagian besar dari total populasi kucing liar, yang diperkirakan antara 2 hingga 6 juta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Beberapa daerah di Australia telah melangkah lebih jauh. Di negara bagian timur laut Queensland, bahkan ada dewan yang menawarkan hadiah AUS$ 10 (Rp 100 ribu) per kulit kepala kucing liar, sebuah kebijakan yang disebut kelompok perlindungan hewan PETA sebagai kebijakan yang kejam.

Masalah kucing liar tidak hanya terjadi di Australia. Di Selandia Baru, seorang pencinta lingkungan terkemuka telah mengusulkan negara itu bebas dari kucing, di mana ia menyarankan kucing peliharaan dan liar harus dikontrol atau dimusnahkan.

Menurut laporan CNN, 26 April 2019, alasan utama orang Australia membenci kucing liar kaena kucing liar adalah pembunuh.

Kucing pertama diperkirakan telah tiba di Australia di beberapa titik di abad ke-17. Sejak itu, jumlah mereka meningkat, dengan populasi saat ini diperkirakan mencapai 99,8 persen.

Meskipun kucing liar termasuk spesies yang sama dengan kucing peliharaan, kucing liar hidup di alam liar di mana mereka dipaksa untuk berburu untuk bertahan hidup.

Puluhan kucing berkeliaran di tepi pantai di Pulau Sardinia. Pulau yang terletak di antara tiga negara yakni Spanyol, Tunisia dan Italia ini terkenal akibat kehadiran kucing. dailymail.co.uk

Sejak pertama kali diperkenalkan oleh pemukim Eropa, kucing liar telah membantu mengusir sekitar 20 spesies mamalia hingga punah, menurut Gregory Andrews, komisaris nasional spesies terancam mengatakan kepada Sydney Morning Herald.

Menurut Andrews, itu menjadikan kucing liar satu-satunya ancaman terbesar bagi spesies asli Australia.

Saat ini, sekitar 80 persen mamalia Australia dan 45 persen unggasnya ditemukan di alam liar di tempat lain di bumi.

Bagi kucing, spesies asli adalah mangsa yang mudah. Kucing diyakini membunuh lebih dari 1 juta burung asli, dan 1,7 juta reptil di seluruh Australia setiap hari, kata juru bicara Departemen Lingkungan dan Energi Australia, mengutip penelitian ilmiah.

Beberapa spesies lain yang terancam oleh kucing termasuk kelinci ekor sikat, yang diklasifikasikan oleh pemerintah rentan, dan bandicoot emas seperti tikus.

"Kami tidak memusnahkan kucing bukan karena kami membenci kucing," kata Andrews.

"Kita harus membuat pilihan untuk menyelamatkan hewan yang kita cintai, dan yang mendefinisikan kita sebagai bangsa."

Pemerintah, yang mengumumkan rencananya untuk memulai pemusnahan kucing liar pada tahun 2015, telah menjanjikan AUS$ 5 juta (Rp 50 miliar) untuk mendukung kelompok masyarakat yang dapat menargetkan kucing.

Tetapi rencana itu mendapat kecaman dan yang mengejutkan, para konservasionis adalah di antara para kritikus.

Tim Doherty, seorang ahli ekologi konservasi dari Deakin University di Australia, setuju bahwa kucing liar mengambil korban besar pada spesies asli Australia, tetapi percaya pemusnahan tersebut didasarkan pada ilmu pengetahuan yang goyah.

"Pada saat itu, ketika target ditetapkan pada tahun 2015, kami sebenarnya tidak tahu berapa banyak kucing liar di Australia," katanya, menambahkan bahwa beberapa perkiraan pada saat itu menyebutkan angka 18 juta, yang ia sebut sebagai perkiraan melebihi bruto.

Masalah lain yang lebih mendesak, adalah bahwa hanya membunuh kucing tidak harus menyelamatkan nyawa burung atau mamalia, kucing harus tinggal di daerah yang telah mengancam binatang, katanya.

Tokoh pengkritik penting lainnya dari rencana pemusnahan kucing liar oleh pemerintah Australia termasuk penyanyi Inggris Morrissey dan Brigitte Bardot.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus