Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Dalam Negeri Kuwait menerbitkan sebuah surat perintah deportasi pada seorang perawat asal India karena mendukung pendudukan Israel di Gaza. Surat kabar al-Rai pada Minggu, 29 Oktober 2023, mewartakan perawat itu bekerja di rumah sakit al-Sabah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Perawat yang dideportasi itu, menyebarkan bentuk dukungan dan solidaritas untuk Negeri Bintang Daud lewat status WhatsApp. Dia menggambarkan warga Palestina sebagai teroris dan memajang bendera Israel. Berdasarkan sejumlah sumber, Surat kabar al-Rai dalam pemberitaannya menyebut perawat, yang identitasnya tidak dipublikasi tersebut, mengakui perbuatannya saat diinterograsi kalau dia mendukung pendudukan Israel.
Surat kabar al-Rai juga menulis ini adalah kasus kedua yang melibatkan WNA karena menyebarkan solidaritas pada Israel. Pada kasus sebelumnya atau pada 22 Oktober 2023, Jaksa Penuntut Umum Kuwait menggugat seorang perawat asal India yang bekerja di rumah sakit Mubarak Al-Kabeer karena mendukung tindakan-tindakan militer Israel membunuh anak-anak Palestina dan pengeboman rumah sakit al-Ahli Babtist. Bukan hanya itu, perawat tersebut pun memajang bendera Israel di sejumlah akun media sosialnya.
Mantan Emir Kuwait Sabah al-Salem pada 5 Juni 1967 mengeluarkan dekrit yang mendeklarasikan perang defensif antara Kerajaan Kuwait dengan orang-orang yang menduduki wilayah Palestina. Sejak 7 Oktober 2023, lebih dari 8 ribu warga Palestina tewas dalam serangan udara oleh militer Israel ke Gaza. Separuh dari jumlah tersebut adalah anak-anak dan lebih dari 20 ribu orang luka-luka.
LSM Save the Children melaporkan jumlah anak-anak yang terbunuh di Gaza dalam tiga Minggu terakhir kini lebih banyak dibandingkan jumlah total korban tewas dalam konflik di seluruh dunia setiap tahunnya sejak 2019. Angka yang dikeluarkan oleh LSM tersebut pada Minggu, 29 Oktober 2023, yang merujuk pada otoritas kesehatan Palestina, menunjukkan bahwa setidaknya 3.324 anak telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober, sementara 36 anak meninggal di Tepi Barat.
Secara keseluruhan, setidaknya 1.400 warga Israel dan warga negara asing juga tewas di Israel, sebagian besar akibat serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober.
Israel telah memberlakukan pengepungan total terhadap Jalur Gaza, memperketat blokade yang diberlakukan sejak 2007, memutus seluruh pasokan makanan, listrik, bahan bakar dan air, serta hanya mengizinkan sejumlah kecil bantuan masuk melalui penyeberangan Rafah dengan Mesir sejak 21 Oktober.
Sumber : middleeastmonitor.com
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini