Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Perdana Menteri India Narendra Modi mengucapkan selamat kepada masyarakat Indonesia atas berlangsungnya Pemilihan Umum 2024 sepekan lalu, sekaligus kepada calon presiden Prabowo Subianto yang unggul dalam perolehan suara hitung cepat (quick count) dan penghitungan sementara.
“Selamat kepada masyarakat Indonesia atas suksesnya pemilihan Presiden dan @prabowo yang memimpin,” tulis Modi di media sosial X pada Ahad, 18 Februari 2024.
Meski unggul, Prabowo dengan calon wakil presidennya Gibran Rakabuming Raka belum resmi dinyatakan sebagai pasangan yang akan memimpin Indonesia berikutnya. Hasil real count Pemilu 2024 dari semua Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Indonesia akan diumumkan pada 20 Maret 2024, menurut jadwal Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Berdasarkan hasil hitung suara sementara dari KPU per Selasa, 20 Februari 2024 pukul 18:00 WIB, paslon Prabowo-Gibran unggul dengan perolehan suara 58,72 persen, disusul Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar di 24,25 persen dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md di 17,04 persen.
“Kami berharap dapat bekerja sama dengan Kepresidenan baru untuk lebih memperkuat Kemitraan Strategis Komprehensif antara India dan india,” Modi melanjutkan dalam pesannya.
India merupakan negara tujuan ekspor terbesar keempat dan sumber investasi asing terbesar ke-21 bagi Indonesia, menurut data Kementerian Dalam Negeri tahun lalu. Kedua negara telah memiliki ASEAN-India Free Trade Agreement (FTA) sebagai perjanjian dagang regional.
Prabowo membalas pesan Modi lewat X pada Senin petang, 19 Februari 2024 dengan mengutip cuitan perdana menteri tersebut. “Terima kasih, Perdana Menteri @narendramodi, atas pesan ucapan selamat Anda atas pemilu kami,” katanya.
“Saya memiliki sentimen yang sama dengan Anda untuk lebih memperkuat Kemitraan Strategis Komprehensif antara india dan India ke tingkat yang lebih tinggi. Saya berharap dapat bekerja lebih dekat dengan Anda,” ujarnya.
Perdana menteri dan calon presiden tersebut memiliki beberapa kesamaan. Apa saja?
Berasal dari Negara-negara Demokrasi Terbesar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prabowo dan Modi sama-sama berasal dari dua negara yang masuk peringkat lima teratas negara demokrasi terbesar di dunia. India dengan populasi 1,4 miliar jiwa sering kali disebut sebagai negara demokrasi terbesar di dunia, disusul oleh Amerika Serikat dan Indonesia.
Duta Besar India untuk Indonesia Sandeep Chakravorty pekan lalu memberi selamat kepada Indonesia atas Pemilu 2024. Dia mengatakan demokrasi di Indonesia merupakan sumber stabilitas regional dan global serta kekuatan perdamaian dunia.
“Negara-negara di dunia, terutama Indonesia dan India, telah membuktikan secara meyakinkan bahwa bagi masyarakat majemuk dan beragam, jalur demokrasi adalah satu-satunya jalan nyata menuju pembangunan inklusif dan berkelanjutan,” katanya dalam tulisan berjudul “Merayakan Pesta Demokrasi” pada 12 Februari 2024.
Meski jadi yang terbesar, India dan Indonesia tidak kebal dari kritik terhadap demokrasinya. Gordon LaForge, analis kebijakan senior di New America, mengatakan Prabowo sebagai kandidat capres yang paling unggul dapat mengancam kemajuan demokrasi Indonesia selama ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menjabarkan dugaan pelanggaran HAM yang dilakukan Prabowo dan cawe-cawe Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk memenangkan Prabowo dan Gibran, putra sulung presiden.
Dalam tulisannya di New York Times yang berjudul “Matahari Terbenam di Era Demokrasi Indonesia” LaForge juga mengkritik melemahnya demokrasi di India dan Amerika Serikat, masing-masing di bawah pemerintahan Modi dan era mantan Presiden Donald Trump.
Dilarang Masuk AS karena Dugaan Pelanggaran HAM
Pemerintah Amerika Serikat pernah melarang Prabowo dan Modi memasuki negaranya – masing-masing di tahun yang berbeda – sebelum kemudian memberikan kembali visa masuk bagi mereka.
Prabowo dilarang masuk Amerika karena dugaan pelanggaran HAM saat ia menjabat Komandan Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Departemen Luar Negeri AS tidak mengeluarkan visa untuk Prabowo yang berniat mengunjungi Boston untuk hadir di acara wisuda anaknya, Didit Hediprasetyo, pada 2000 silam.
Namun larangan tersebut dicabut di bawah pemerintahan mantan Presiden Donald Trump, tatkala Prabowo menjabat Menteri Pertahanan. Prabowo melakukan perjalanan dinas sebagai Menteri Pertahanan ke Amerika Serikat pada 14 – 19 Oktober 2020, atas undangan Menteri Pertahanan AS Mark T. Esper.
Sementara, Modi ditolak visanya oleh AS pada 2005, berdasarkan ketentuan undang-undang yang melarang masuknya orang asing yang telah melakukan “pelanggaran berat terhadap kebebasan beragama”.
Perdana menteri itu dituduh memiliki andil dalam kerusuhan agama di negara bagian asalnya, Gujarat, pada 2002 yang menewaskan lebih dari seribu orang, sebagian besar muslim.
Larangan masuk Modi ke Amerika dicabut di bawah pemerintahan mantan Presiden Barack Obama setelah partainya, Partai Bharatiya Janata (BJP), memenangkan pemilu 2014. Obama langsung menelepon Modi untuk menyampaikan ucapan selamat dan mengundang dia ke Gedung Putih.
Departemen Luar Negeri AS memberi kepada Modi visa A-1, yang diperuntukkan bagi pemimpin negara dan disertai dengan kekebalan diplomatik.
Daya Tarik Prabowo dan Modi di Mata Rakyat
Prabowo dinilai memiliki daya tarik bagi masyarakat Indonesia yang sebagian besar berasal dari latar belakang pendidikan rendah, kondisi ekonomi miskin dan sibuk hanya untuk bertahan hidup, seperti dikatakan wartawan senior Bambang Harymurti di diskusi publik FPCI Global Town Hall pada 12 Februari 2024.
Bambang mengatakan beberapa masyarakat Indonesia masih percaya akan sosok Ratu Adil dari mitologi Jawa, yaitu pemimpin yang akan menjadi penyelamat, pembawa keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Oleh karena itu, ada keinginan untuk dipimpin olah sosok yang kuat karena sudah terlalu banyak bekerja untuk sekadar bertahan hidup sehari-hari.
Menurutnya, hal itu bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi di negara-negara yang masyarakatnya masih sangat tradisional dan terlalu sibuk berusaha bertahan hidup, sehingga mengharapkan pemimpin kuat yang bisa menyelesaikan semua masalah.
“Dan menurut saya dengan cara ini, Jenderal Prabowo menarik perhatian mayoritas masyarakat Indonesia,” ujarnya dalam diskusi bertema pemilu di Indonesia, Amerika Serikat dan India itu.
Gurjit Singh, diplomat yang pernah bertugas sebagai Duta Besar India untuk Indonesia dan Timor Leste, menilai Modi menjalankan sistem “presidensialisasi” perdana menteri.
Berbicara di diskusi yang sama, Gurjit mengatakan Modi selalu melakukan perombakan sekitar 40 persen anggota parlemen untuk menghadirkan wajah-wajah baru.
“Jadi ada politisasi partai untuk menarik lebih banyak orang dan mereka semua berhutang budi padanya,” kata dia. “Mereka semua terikat padanya. Jadi, ya, itu berujung pada apa yang kami sebut sebagai kultus individu.”
NABIILA AZZAHRA